Prolog

14 4 8
                                    

Derik binatang malam telah menjadi tanda waktu bahwasanya sudah tiba masa untuk beristirahat, tetapi tidak dengan orang-orang yang berkerumun di dalam sebuah bangunan yang didominasi warna putih. Ia terletak jauh di dalam lingkup hutan, atapnya berdempetan dengan ranting-ranting dan dedaunan yang halus menari tiap angin bersiul. Mereka, para pria dan wanita berjas putih sibuk hilir mudik dengan setumpuk kertas di tangan, atau mendorong troli yang berisikan bermacam-macam hal: berbungkus-bungkus obat, cairan-cairan dalam botol kecil, dan berbagai hal lainnya yang tak orang awam pahami.

Dalam tabung-tabung yang direbahkan, tidurlah empat orang pria dewasa, kabel-kabel berkelindan membelit tubuh mereka yang polos tanpa sehelai benang. Sesekali salah seorang berjas putih akan menyuntikkan cairan ke dalam tubuh mereka melalui selang kecil yang terhubung dengan organ-organ di balik kulit dan daging. Di waktu lain, mereka dikeluarkan, diobrak-abrik bagiannya, lalu ditata ulang, lantas dibiarkan ke tempat semula untuk ditinjau efek perubahannya.

Di sisi ruangan lain berdiri ruangan-ruangan berlapis kaca tebal, masing-masing berisikan satu orang. Mereka terkurung di sana, dijadikan objek penelitian, dipantau gerak-geriknya, dicatat perkembangannya. Tanpa seorang pun orang-orang berlapis jas tahu bagaimana otak mereka sudah saling tekan, bagaimana otot-otot mereka ingin meledak keluar, bagaimana gumpalan-gumpalan napsu mereka berkobar. Bagi para manusia berjas, semua itu sekadar tontonan yang harus diawasi ketat, lantas hasilnya ditulis dalam laporan panjang nan rinci kepada sang Pimpinan.

Dokter Greck bergantian menapakkan kaki-kakinya pada lantai seputih awan, membawa diri pada ruang lain, mendinginkan kepala setelah belasan jam lamanya berkutat dengan sejumlah sampel darah. Di sampingnya, berdiri seseorang yang wajahnya tampak lebih berkeriput, gurat-gurat halus menghiasi dahi, area mata, juga garis senyumnya. Rambut pendek dan cepak itu telah ditumbuhi uban, hampir habis tak bersisa.

"Bagaimana dengan perkembangan sampel 130A4, Prof?" Dokter Greck bertanya seraya membuka pintu kaca menuju kantin.

Keduanya melangkah masuk bergantian, lalu duduk pada kursi panjang.

"Sangat baik. Tubuhnya mau menerima semua anomali yang kumasukkan. Menyerap dan bersatu dengan baik, seperti menjadi bagian dari tubuh itu sendiri. Benar-benar luar biasa!" Profesor Roxan bertepuk tangan saking gembiranya.

Dokter Greck tertawa sebagai penghargaan. "Seperti yang saya katakan, tubuh yang seperti merekalah yang cocok untuk uji coba seperti ini."

"Dari mana kamu mendapatkan orang-orang itu? Awalnya aku memang meragukan, sebab fisik terlihat mereka sangat buruk, tetapi setelah beberapa kali menyuntikkan gen, hasilnya terlihat signifikan dibanding kelinci percobaan lainnya."

Mendengar itu Dokter Greck berdeham, mengulum senyum di balik kepalan tangannya. "Aku mendapatkan mereka dengan sangat mudah, wilayahnya tak jauh dari laboratorium ini. Ada di balik dinding besar itu."

Profesor Roxan tampak berpikir beberapa saat, kerutan di dahinya bertambah banyak ketika akan membuka suara. "Maksudmu mereka ...."

"Ya, Anda benar sekali."

Tawa Profesor meledak kembali. Tangan kirinya memukul-mukul pundak Dokter Greck dengan bangga. "Kerja bagus, Dokter."

Di tengah perbincangan mereka yang menyenangkan, huru-hara terjadi di ruang penelitian. Para peneliti bergiliran menekan tombol-tombol pada layar kaca transparan. Tubuh-tubuh di balik tabung, juga penjara kaca entah bagaimana menjadi tidak biasa. Mereka mengamuk, memecahkan kaca, mengocar-kacirkan orang-orang berjas. Teriakan menggema hingga ke kantin tempat Profesor Roxan dan Dokter Greck berada.

"Profesor, Profesor ... mereka ... mereka ...." Wanita berjas tidak mampu menyelesaikan kalimatnya, ia sibuk menata napas dan kecemasan yang menyerang secara tiba-tiba.

"Ada apa? Katakan dengan jelas."

Belum sampai si wanita menjawab ledakan besar terjadi, api menyambar, menyebar hingga ke lorong. Orang-orang berbalut jas putih berlarian, memikirkan keselamatan dirinya masing-masing.

Bersamaan dengan itu, seolah ada kabel yang menghubungkan satu kepala dengan lainnya. Mereka kompak memikirkan satu kalimat.

Lari! Atau kau akan mati.

⚠︎⚠︎⚠︎

⚠︎⚠︎⚠︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BloodShipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang