Kerumitan

67.5K 2K 15
                                    


Haura memandang miris pipi sahabatnya, Akifa. Lebam dan kebiruan.

"Kenapa ga ngadu ke Om kamu aja Kif? Ini sampai lebam kebiruan gini loh. Pasti sangat sakit."

"Percuma Ra. Om aku punya masalah sendiri. Aku ga mau menambah bebannya lagi."

"Kenapa lagi Bapakmu? Minta uang?"

"Selalu kasus itu, Ra. Ga ada yang lain. Oh ya Ra, bulan depan bu Ratih yang biasa ngasih kerjaan ke aku mau ikut suaminya dinas ke luar jawa. Secara otomatis aku ga ada kerjaan lagi. Kamu ada kenalan lain yang bisa ngasih kerjaan ga Ra?"

"Ehmt...kayaknya belum ada deh. Tapi coba nanti aku tanya Ayah dulu. Siapa tahu salah satu cabang rumah makannya butuh karyawan."

"Makasih yaa."

Haura menatap iba sahabatnya. Ah, ia  jadi bersyukur sepanjang hidupnya Ayahnya tidak pernah memukul dan tidak menyuruhnya bekerja. Sementara Akifa, Ia harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan menjadi sumber keuangan Ayahnya yang pemabuk.

Ayah...seharusnya ia menjadi pelindung putrinya. Menjadi sumber kenyamanan rumah. Menjadi teladan anak-anaknya. Namun itu semua tak dirasakan Akifa. Ia lelah harus berjuang. Ia masih kelas 3 SMA. Ia ingin merasakan sebagaimana siswa lain menikmati masa remajanya.

___

Rasa simpati yang ditanamkan sang Ayah membuat Rara ingin membantu masalah Sahabatnya, Akifa.

Semakin Rara mengenal Akifa, semakin mantap juga ingin menjodohkan gadis itu dengan Sang Ayah.

Bagaiamana takdir sahabat dan Ayahnya?

_____________

Bagi Akifa, Ayah Rara adalah laki-laki yang  sangat baik dan bertanggung jawab. Hanif memberi Akifa pekerjaan, menyelamatkan gadis yang  hampir diperkosa Juned, juga mengajarkan banyak nilai-nilai kehidupan.

Tidak adanya teladan seorang Ayah membuat Akifa mengagumi Hanif. Kekaguman yang Akifa. Kekaguman yang lama-lama menjadi rasa yang asing bagi Akifa.

Sahabatku, Istri AyahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang