Brian segera bergegas keluar dari kelas seusai bel istirahat dibunyikan. Cowok itu berlarian menuju tangga sampai akhirnya ia sampai ke sebuah tempat yang sering ia kunjungi. Tempat itu adalah rooftop, puncak gedung sekolahnya itu adalah tempat favoritnya ketika ia sedang menghadapi masalah.
Kehadiran Jane sekarang benar-benar membuat hidupnya seperti seolah sedang terjebak di masa lalu. Brian tidak tahu apakah ia bisa menata ulang kembali kisah percintaannya yang pahit meskipun tragedi itu sudah lama terjadi.
"Benar kan dugaan gue. Lo itu masih sama kayak dulu." Jane menghampiri Brian yang sedang menatap lurus ke depan. Gedung-gedung tinggi menjulang terpampang jelas di hadapan mereka sekarang.
Brian tidak menjawab ataupun sekedar menoleh. Cowok itu benar-benar malas berinteraksi dengan mantannya itu.
"Kesalahan gue di masa lalu emangnya nggak bisa lo maafin ya?" tanya Jane dengan raut wajah yang sangat santai.
Brian menoleh ke arah Jane dengan wajah datarnya. "Lo nggak ngerti situasinya ya?"
Jane menghela napasnya seraya menggelengkan kepalanya. "Kayaknya lo salam paham deh."
"Salah paham lo bilang? Kejadian itu udah bertahun-tahun dan lo masih kasih alasan yang sama? Salah paham?" ucap Brian dengan nada yang sedikit meninggi.
"Bukan itu yang gue maksud," balas Jane. Kenyataannya memang benar, bukan itu yang dimaksud oleh Jane akan salah paham yang ia maksud.
"Berhenti untuk memutar semuanya, Jane. Apa pun yang lo katakan sekarang, nggak akan membuat gue percaya begitu aja sama lo," ucap Brian. Nada bicaranya sudah mulai merendah.
"Udah gue duga lo emang nggak semudah itu percaya sama gue lagi. Tapi, gue saranin lo mending buang jauh-jauh ego lo supaya nanti lo nggak menyesal," balas Jane.
Brian tidak membalas ucapan Jane. Cowok itu berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh Jane. Sebenarnya apa tujuan gadis itu kembali ke kehidupannya? Sepertinya dugaan selama ini Jane akan berbalikan dengannya salah. Apa ada tujuan lain yang Brian tidak ketahui.
"Tujuan awal gue emang mau balikan sama lo. Tapi, kayaknya lo benci banget ya sama gue sekarang? Ya gue tau gue salah, tapi gue nggak sejahat yang lo kira," ungkap Jane.
"Lalu sekarang tujuan lo masih tetap sama? Balikan sama gue?" tanya Brian.
"Kalau lo mau, gue siap aja. Tapi, kayaknya lo nggak akan segan-segan nolak gue, kan?" jawab Jane.
"Bagus deh kalau lo sadar diri," balas Brian.
Tidak ada lagi percakapan diantara keduanya. Mereka sibuk menatap pemandangan dari atas rooftop sambil menghirup udara segar. Saat masa pacaran dulu, mereka berdua sering menghabiskan waktu di rooftop. Rooftop yang awalnya menjadi tempat favorit Brian, kini juga menjadi tempat favorit Jane.
"Selama gue di Surabaya, gue juga selalu datang ke rooftop di sekolah gue dulu. Bayang-bayang indah saat masa pacaran kita dulu seolah terputar dari awal sampai akhir," ucap Jane.
"Bayang-bayang itu berakhir dengan kegelapan," balas Brian dengan wajah datarnya tanpa menoleh ke Jane.
"Gue mau berusaha menerangi kegelapan itu lagi," ucap Jane.
"Tidak semudah itu, Jan."
"Gue akan membuatnya menjadi mudah."
*****
Di sudut kantin, Alya dan Fitri tengah asyik menikmati hidangan yang mereka pesan beberapa menit yang lalu.
"Si Brian semenjak kedatangan murid baru itu jadi rada aneh gitu nggak sih?" ucap Fitri setelah menyuapi suapan terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST YOU FOR YOU [ON GOING]
Teen FictionHubungan Alya dan Brian yang terjadi secara tiba-tiba membuat kecurigaan banyak orang. Apalagi sebelumnya jarang ada interaksi diantara mereka berdua walaupun sudah lama mengenal. Kecurigaan tersebut semakin kuat saat salah satu teman Brian tidak se...