Hay, Kangen banget up date 🥺
Maaf, ya, bikin nunggu lama.
Jangan lupa vomentnya 🥰😍
GomawoyoooooHappy Reading
.
.
.
.
.🌻🐱🌻
Sepulang dari rumah sakit, Alvaro memutuskan untuk pulang ke rumah mamanya. Sudah hampir dua minggu Alvaro tidak pulang ke rumah sang ibu. Alvaro merasa sudah seperti anak perantauan saja. Padahal, jarak rumah ibunya ke gedung apartemennya tidak terlalu jauh. Kira-kira, waktu tempuhnya tidak lebih dari empat puluh menit.
Alvaro memandangi rumah megah bergaya modern dengan cat abu-abu di depannya. Tidak ada yang berubah dari bangunan yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup Alvaro itu.
Semuanya masih sama.
Ah, atau tidak?
Halaman asri yang ditumbuhi beberapa jenis bunga itu masih halaman yang sama, yang menjadi saksi bisu terciptanya luka kecil di kedua lutut dan siku Alvaro.
Dan rumah itupun masih sama. Masih rumah yang sama, yang memberikan Alvaro, ibunya, dan kakaknya kebahagiaan, kekecewaan, dan kesedihan.
"Al pulang," ujarnya seraya berjalan ke arah dapur tatkala tak menemukan keberadaan sang ibu di ruang keluarga.
Saat Alvaro sampai di dapur, tampak keadaan meja dapur yang di penuhi oleh seperangkat perlengkapan membuat kue, serta semua bahan-bahannya.
Ibunya sedang membuat kue. Wanita dengan surai legam sebahu yang mengenakan apron merah muda itu nampak sibuk mengeluarkan loyang silver dari dalam oven.
Semerbak wangi kue nastar pun seketika mencumbu indera penciuman Alvaro.
"Wah, kebetulan banget Al pulang waktu bunda lagi bikin kue kesukaannya Al," kata Alvaro terdengar antusias. Alvaro mendekat ke arah sang ibu. Sepasang netra sipit Alvaro berbinar melihat melihat kue kesukaannya itu. Senyum lembut ibunya mengembang melihat ekspresi Alvaro.
Setelah ibunya melepas sarung tangan, Alvaro meraih tangan ibunya dan mencium punggung tangan wanita yang melahirkannya ke dunia tersebut.
"Kok baru dateng sekarang, sih kamu. Nggak kangen sama bundanya, ya?" serbu Anita, ibu Alvaro.
"Kalo Al bilang nggak kangen, pasti Al nggak boleh nyentuh kue paling enak ini walaupun cuma secuil," kata Alvaro mengerucutkan bibirnya, "Ya udah, Al kangen, deh, sama bunda."
Anita mengusak surai putranya yang sudah sedikit memanjang.
Alvaro mendudukkan dirinya di kursi, mengambil kue nastar yang sudah tersusun rapi di wadah lalu memakannya. Rasa kue bulat berwarna cerah itu benar-benar memanjakan lidah Alvaro.
"Kak Chandra ada di rumah, nggak Bun?" tanya Alvaro yang masih asyik menikmati kue nastar bundanya
"Ada. Kayaknya lagi di halaman belakang deh dia," jawab Anita. Alvaro mengangguk kecil.
"Gimana sekolah kamu?" Tanya Anita yang kini sibuk membereskan barang-barang yang memenuhi meja
"Don't worry me, Bun. Sekolahnya lancar, kok. Aman semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTA | NEVER ENDING
Teen Fiction"Gue nggak takut lo berpaling dari gue. Karena, gue tau laki-laki yang bisa nerima cewek o'on, cengeng, tukang halu, dan bar-bar kayak lo itu cuma gue," ujar cowok itu membuat sang pacar seketika mengerucutkan bibirnya. "Yang gue takutin itu kalau g...