6. Langkahku

17 4 2
                                    

Tak semua hal bisa di bayar, dan tak semua hal bisa terlupakan.
Seperti halnya senyummu yang selalu membuatku candu namun begitu menyakitkan sanubariku. Entahlah apakah takdir berpihak pada ku?? Atau jalan lainnya. Yang jelas Allah lebih tau apa yang terbaik untuk makhluk Nya
~ Kalam Cinta Pesantren~

Sore ini Ryhan memang berencana datang kerumah sakit lagi, tak hanya menjenguk muridnya itu tapi juga mengantarkan makanan dan menjenguk temannya.

Ya teman masa lalunya, bisa di bilang calon istri yang gagal menjadi istrinya.

Rayhan sebenarnya masih malas bertemu lagi dengan seseorang yang benar-benar membuatnya kecewa. Tapi benar saja ia terlalu berharap pada manusia, ya dulu Rayhan sangat mencintai wanita yang bernama Zahra itu. Wanita tercantik menurutnya saat itu, lembut, pengertian dan cerdas baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum.

Tapi takdir tetaplah takdir, takkan ada yang tau kedepannya akan seperti apa. Bahkan kematian di depan mata pun ia takkan pernah tau sebelum hal itu terjadi.

Lucunya manusia terus saja berangan-angan tentang halusinasinya sendiri. Ingin ini, ingin itu, tapi dia lupa akan kehendak dan kuasa Nya.

Kadang manusia suka berekspetasi tinggi, pengen suami yang mapan lah, pengen suami yang tampan lah, pengen suami yang sempurna tanpa satu kekurangan pun. Tapi nyatanya manusia tak ada yang sempurna, dan satu lagi manusia tetaplah manusia yang punya sifat egois, yang punya sifat amarah dan serakah, bukan malaikat yang tak mempunyai sifat-sifat negatif.

Nyatanya Allah itu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Seringkali berekspektasi tinggi tapi itulah Allah yang Maha mengetahui apa yang terbaik untuk hamba Nya.

Dan memang benar mungkin ini jalan terbaik untuk Rayhan dan Zahra tak di satukan karena takdir dan mungkin saja ini jalan terbaik.

"Mas Ustadz."  Kata-kata itu terus terngiang di benak Rayhan. Seulas senyum indah Rayhan terpancar begitu saja.

"Astaghfirullah..." Ucap Rayhan sambil menyadarkan dirinya.

"Ehem kenapa Mas Ustadz?" Ucap seseorang dengan penuh penekanan pada kata Mas Ustadz.

Rayhan membulatkan matanya kaget, makhluk satu ini perasaan ada di mana-mana.

"Ngapain lo bang ngikutin gue? Kerja yang bener sana!!!" Kesal Rayhan.

Sedangkan Indra tertawa geli melihat ekspresi sang adik yang lucu saat sedang salah tingkah.

"Wkwkwk, bukan gitu gue mau nitip sesuatu buat Umi Abi ya, ntar gue belum bisa ke rumah dulu so'alnya mau nganterin Istri tercinta ke bandara."

"Nitip apa'an bang?"

"Ini sedikit bingkisan, nitip salam juga ya. Maaf anak kesayangannya belum bisa ke rumah." Ucap Indra sambil memberikan sebuah kantung yang berisikan hadiah untuk umi dan Abi.

"Oke siaap, untuk Abang tersibuk apa sih yang enggak." Goda Rayhan sambil tersenyum puas melihat ekspresi Indra yang kaget akan sifat Rayhan yang sedikit ada perkembangan.

" Tumben lo ngomong panjang kali lebar kali tinggi, kasmaran ya???."

"Heheh."

"Ya udah lo hati-hati, jangan sampai lupa itu kasih kan ke Abi Umi."

"Siap bang."

Rayhan pun segera pulang untuk segera memberikan amanah dari Abangnya itu. Memang semenjak Indra jadi dokter dia selalu sibuk sehingga ia selalu mencari cara agar bisa membahagiakan kedua orang tua nya, bagaimanapun caranya dia selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke pesantren. Akan tetapi akhir-akhir ini Indra sangat sibuk di tambah lagi istri Indra yang masih kuliah di Yogyakarta membuat Indra harus rela LDR jika sang istri kuliah.

Kegiatan Rayhan seperti biasa, ikut mengajar juga di pesantren Abi nya. Ia biasanya mengajar bahasa Arab, yang di dalamnya juga ada unsur nahwu dan shorofnya.

Pesona Rayhan begitu menawan, tubuhnya yang kekar dengan kulitnya yang bersih membuat para santri Wati pun banyak yang tergila-gila padanya.

"Monggo di baca shorofnya dulu ya." Perintah Rayhan saat setelah mengucapkan salam dan membuka pelajaran dengan do'a.

'' Baik Ustadz." Ucap salah satu santri Wati dengan sangat bersemangat.

Fa'ala, yufa'ilu, fa'lan, wamaf'alan, fahuwa fa'ilun, wathaka maf'ulun, uf'ul ......

Suara lalaran shorof masih berlanjut, sednagkan Rayhan menyimak dengan seksama.

"Sudah cukup, baik terimakasih untuk kesempatan kali ini silahkan menghafal kosa kata yang ada di papan tulis itu ya."

Para santri perempuan yang ada di kelas  pun menghafalkan kosa kata bahasa Arab yang di tulis Rayhan di papan tulis.

"Ustadz mau ngak jadi suami saya?" Kata seorang santri yang memakai kerudung merah, dengan  rok berwarna hijau dan kemeja berwarna biru itu.

Seketika seluruh ruangan pun terfokus pada gadis itu, ya dia Anala, dia adalah sahabat Mahya yang sikapnya sebelas dua belas dengan Mahya.

Sedangkan Rayhan melebarkan matanya kaget. Tapi ia berusaha tenang untuk menghadapi santri yang seperti Anala ini.

"Ya Allah Anala, gatau malu banget sih. Mana pakai baju kayak jemuran berjalan gitu." Sindir santri yang lainnya.

Anala masih dengan senyumnya yang mengembang, pasalnya Anala sangat ngefans dengan Ustadz sekaligus Anak Pemilik pesantren itu.

"Emang saya mau jadi suami kamu?" Celetuk Rayhan yang di sertai nada becanda. Dan ya seisi ruangan terkekeh mendengar respon Rayhan.

Sedangkan Anala yang tak punya urat malu itupun tetap ikut tersenyum. Pasalnya Anala hanya mengidolakan Ustadz nya itu, ia tak ada perasaan cinta jadi santai saja.

"Tuh Alana, dengerin kata Ustadz Rayhan." Ucap Faiza.

"Iya iya kan Anala niatnya becanda hehe, maaf ya Ustadz."

"Iya gapapa, silahkan di teruskan hafalan kosa katanya. Dan besok kalian harus setor ke saya setelah sholat isya'. Baiklah kelas malam ini saya tutup, jangan lupa belajar dan wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.

"Wa'alaikumsalam Warohmatullahi wabarokatuh, Syukron Ustadz."

"Affwan."

"Astaghfirullah astaghfirullah Astaghfirullah." Ucap Anala dengan memukul mukulkan kepalanya pada meja yang sedang berada di hadapannya.

"Kenapa la?" Tanya Faiza.

"Heheh gapapa." Ucap Anala sambil tersenyum.

Sebenarnya Anala hanya ingin tau bagaimana respon Ustadz Rayhan tadi, Anala tak benar-benar serius pasalnya ia mendapat cerita dari Nahla bahwa Ustadz Rayhan sepertinya cinta pada sahabatnya yang bernama Mahya.

Sedangkan di tempat lain, Mahya sedang tertidur pulas begitupun Nahla yang masih setia menunggu Mahya.  Sedangkan Ayah, ibu dan keluarga Mahya sudah mengetahui tentang kabar Mahya yang sakit dan besok akan datang menjenguk Mahya.

___________

Assalamualaikum Happy reading guys.

Tetap semangat, jaga kesehatan dan selalu semangat dalam mencari ilmu khususnya para santri heheh

Gimana ada yang kisahnya sama seperti Mahya?? Atau Rayhan??

Kalam Cinta PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang