Belajar

4.6K 649 136
                                    

"Penggaris ku? Mana penggaris ku?" Hyungseok berjalan memutari kamarnya dengan panik. 15 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup, tapi ia belum menemukan penggarisnya.

"ITU DIA" Hyungseok segera menyambar penggaris yang ada di bawah kompor. Bocah gila! Kenapa penggaris bisa ada di bawah kompor?!

Hyungseok membuka pintu rumahnya dengan hati hati. Perlahan menengok ke kiri dan kanan untuk melihat apakah Jitae dan antek anteknya masih setia berdiri menyambutnya seperti hari hari yang telah lalu.

Gotcha!

Mereka hilang!

'Akhirnya mereka tidak mengangguku'

Karena alasan itu, Hyungseok berlari dengan riang menuju sekolah.

"Paman Yoo, selamat pagi"

"Nenek Kim sedang berolahraga ya?"

"Uwahh, bunga di pekarangan rumah bibi Jung indah sekali"

Sambil berlari, ia menyapa para tetangga yang ia kenal. Hyungseok bertambah semangat, semua orang tersenyum padanya.

Ia memelankan langkahnya ketika melihat seorang pemuda sedang fokus dengan handphone di tangannya.

"YA, JJIKSAE! AWAS KAU BOLOS SEKOLAH LAGI" Hyungseok mengeraskan suaranya, merasa namanya disebut, pemuda tersebut menoleh dan mendapati hyungseok yang sedang... berlari pelan?

"AKU AKAN SEKOLAH. TINGGAL MANDI SAJA" Sahut Jjiksae. Hyungseok hanya tersenyum dan mengacungkan jari jempolnya.

.
.
.

"Pak Kim sialan, kenapa disekolah ini harus ada matematika?" Seru Zin. Sekarang Hyungseok sudah ada di kelas. Beberapa waktu yang lalu pak Kim datang dan memberikan tugas matematika lalu pergi begitu saja.

"Dasar guru tidak bertanggung jawab! Awas saja sialan, kalau aku menjadi presiden aku akan membuat para guru yang belajar dan murid-murid yang memberi tugas"

"Memang kita pernah belajar ini ya?"

"PINJAM CATATANMU DONG JINWOO"

"UAKKKHHH B**NS*T KALIAN SEMUANYA"

"Matematika matematika tai kuda! Enyah sana b*ji***n"

"Zin? Mau aku bantu?" Hyungseok yang lelah mendengar umpatan Zin berinisiatif membantu. Zin yang sedang berdiri menyampaikan pidato kotornya sontak menoleh kearah Hyungseok.

'Ugh, sial. Aku lupa Hyungseok sekelas denganku. Sial sial sial sial sial! Kenapa kau mengumpat di depan Hyungseok, bodoh'

"Bo-boleh kalau kau memaksa" Zin memalingkan wajahnya. Zin, kapan Hyungseok memaksa?

Hyungseok lantas mencondongkan tubuhnya pada Zin dan mendekatkan catatan miliknya.

"Jadi, ini begini, itu begitu, nah disini dan disitu lalu disana" Hyungseok menjelaskan cara menghitung rumus dan sebagainya. Zin hanya mengangguk anggukkan kepalanya.

"Lalu seperti ini, kemudian ngeeenggg ckitt bruk duar prikitiw" Hyungseok sedang serius sekarang, ia seperti guru yang sedang mengajari muridnya.

Tentu soal matematika seperti ini mudah baginya, karena dia bercita cita ingin menjadi seorang penyanyi.

"Nah, apa sekarang kamu paham Zin?"

"Zin?" Hyungseok menepuk bahu Zin.

"Oh! Hah? Apa?" Zin kebingungan

"Apa kau paham apa yang aku jelaskan?" Tanya Hyungseok sekali lagi. Zin yang daritadi hanya melakukan aktivitas 'menatap wajah Hyungseok, memalingkan wajahnya yang bersemu merah, menatap Hyungseok lagi, memalingkan wajahnya lagi' gelagapan.

"A-anu, sebenarnya kau menjelaskannya terlalu cepat" Jawab Zin.

"Oh? Benarkah?" Zin menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Begini, bagaimana kalau kita belajar dirumahku saja sore ini, Zin? Kita akan mengerjakannya bersama. Kau mau?" Ajak Hyungseok. Zin melotot. (Berpura pura) Berpikir sebentar lalu dengan cepat mengiyakan ajakan tersebut dengan penuh semangat.

"Hanya berdua?" Tanya Zin. Hyungseok yang mendengarnya mengangguk, "Iya, kau mau mengajak teman?"

"Tidak tidak. Berdua saja" Zin tersenyum.

"Makanya jangan tidur saat jam pelajaran, idiot" Tae lee yang berada di depan pintu kelas berteriak. Tunggu Tae lee. kau salah kelas, bodoh

"Kau sedang membicarakan dirimu sendiri ya?" Zin menyahuti. Menatap nyalang Tae lee

"Dasar sialan"

-------------------------

(●˙—˙●)

Haiiiii selamat pagi

Semoga suka yaaaaa π_π

HyungseokieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang