2. Dendam

4 0 0
                                    

Happy reading
Mirror, 2022.
.
.
.

"Halo, cari siap—AAA ADA KAK KHIREII!!"

Aku hanya terkekeh mendengar jeritan anak remaja yang hanya berusia satu tahun dibawahku itu.

Reisha, atau akrab disapa Esya ini memang memiliki kepribadian yang periang sehingga membuatnya disukai banyak orang.

"Esya jangan teriak-teriak!" Bentak seorang ibu muda dari dalam sana, yang hanya dibalas dengan kekehan oleh Esya.

"Hehe, maaf bun! Kak Khirei ayo masuk! Aku kangen banget sama kakak."

Aku tersenyum ramah, setelah itu masuk ke dalam rumah bernuansa beige itu.

"Kak Khirei mau minum apa?" Tawar Esya ramah. Aku pun dengan sungkan menolak.

"Ga usah Sya, aku kesini mau jemput kamu doang. Mau berangkat sekarang? Nanti buku yang kamu cari keburu abis lagi." Ujarku, mengingat toko buku yang biasa kami kunjungi memang ramai pembeli.

Esya menepuk jidatnya, tanda ia melupakan hal itu.

"Esya lupa kak, tunggu bentar deh ya."

Setelah itu, Esya kembali masuk ke dalam sementara aku menunggu di ruang tamu sambari sesekali menelisik seisi ruang tamu rumah ini.

Ada beberapa foto yang dipajang di dinding. Beberapa foto keluarga, dan foto Nathan serta Esya saat mereka masih kecil.

"Kak, ayo."

Aku tersadar dari lamunanku saat suara Esya menyentuh gendang telingaku.

Aku menoleh kearah sumber suara, dan mendapati Esya yang terlihat manis dengan pakaiannya.

Celana jeans model cutbray dengan sedikit motif hati dan ornamen berwarna-warni lainnya yang menutupi sebagian kakinya, cardigan crop top berwarna ungu muda, tas selempang berwarna senada dengan cardigannya, dan rambut yang dikepang dua membuat Esya menjadi berkali-kali lipat lebih manis.

Tak heran banyak laki-laki yang mengincar adik semata wayang sang ketua Alluenza ini. Kalau aku laki-lakipun, aku akan tergila-gila dengan gadis ini.

Aku tersenyum, lantas mengangguk.

"Yaudah, ayo."

Singkat cerita, kami sampai di toko buku yang dimaksud. Esya yang panik karena toko buku itu sudah ramai dengan pengunjung tergesa-gesa menarikku yang masih mencabut kunci motor. Wajahnya terlihat panik, takut buku incarannya terjual habis.

Esya berlari menuju stan buku yang dimaksud, dengan aku yang kewalahan mengejarnya dari belakang.

"Dapet bukunya Sya?" Ujarku seraya mengatur nafas.

Esya menoleh kearahku dengan wajah cerianya. Ah, sudah pasti ia dapat buku yang dia incar.

Namun diluar perkiraanku, buku yang ia incar sudah ludes terjual habis 15 menit sebelum kami datang.

"Kak, bukunya habis. Hehe,"

"Loh, terus gimana? Buku itu kan best seller, langka juga."

Esya nyengir, menampilkan sederet gigi putihnya dengan gingsul dibagian kiri. Ia lantas mengangkat sebuah buku bersampul putih tinggi-tinggi. Menunjukkan nya kepadaku.

Mirror [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang