" Kau harus tahu satu hal, Han,"
" Meskipun aku diciptakan untuk klanmu tapi..... "
"....... Suatu saat nanti, keturunanku akan membalaskan dendam ini!"
.
.
.
.
.
.
" Menghina tubuh fisik bukankah itu memang keahlianmu?"
" Ingat ini. Sampai matipun, aku tidak akan pernah berhenti membalasmu!"
..
.
.
.
.
" Suatu saat nanti, kau akan tahu, apa itu perjuangan yang sesungguhnya. Dan jika sudah waktunya tiba, kematianlah yang akan menghentikan perjuangan itu."
..
.
.
.
.
" Kita satu ras, kenapa kau melakukan ini padaku?!"
..
.
.
.
.
" Sayangnya, aku masih belum bisa membalaskan dendammu, senior. Haahh...... Maafkan aku. Tapi, aku yakin, salah satu keturunan kita akan membalasnya."
..
.
.
.
.
" Benar benar menyedihkan! Aku diciptakan hanya untuk ras rendahan sepertimu."
" Jika memang begitu, aku akan mengambil nyawamu untuk tetap bertahan hidup. BERSIAPLAH!!"
.
.
.
.
.
.
" Perjuangan. Perang. Kematian. Penderitaan. Keharusan. Dan juga, pilihan. Kau adalah yang terpilih. Kau terpilih menjadi salah satu dari keturunan kami."
Dengungan suara berbeda itu menggema dalam pikiran'nya'. Membuat 'ia' yang tengah kebingungan hanya bisa diam seraya menelisik sekitarnya.
Gelap.
Semua hanya diisi oleh kegelapan. Bahkan, 'ia' tidak bisa melihat wujud'nya'.
" Berjuanglah. Dan rebut hak hidupmu."
Bayangan seorang pria terpampang jelas dihadapannya. Berwajah tegas dengan suara berintonasi dingin.
" Jangan menilai hanya dari luarnya. Tapi, lihatlah ketulusannya."
Bayangan lain ikut menyusul. Muncul begitu saja disamping kiri bayangan pertama. Tersenyum sayu sambil memperlihatkan anak mata kehijauannya.
" Bangkit! Dan cari jati dirimu."
Suara lain ikut terdengar. Sosok bayangan kembali muncul mengikuti keduanya. Berwajah datar namun penuh kesungguhan.
" Jangan mudah percara meski mereka satu ras dengan kita."
Tersenyum miris, sebuah bayangan muncul lagi disamping sosok sebelumnya.
" Dendam memang boleh dibalas tapi, ingatlah lebih baik merelakan dan merubahnya menjadi keikhlasan."
Sesosok pria tua dengan janggut panjang ikut menghadiri barisan itu. Tersenyum hangat seolah memberikan dorongan.
" Jangan terlalu naif."
Pernyataan yang diiringi suara tawa itu membuat 'ia' menoleh pada sosok terakhir. Menatap seorang pria yang tampak lebih muda dibanding lima bayangan sebelumnya. Tersenyum lembut dengan sorot mata yang tentram menyejukkan.
" Pilihan kami jatuh kepadamu. Kaulah keturunan kami. Mewarisi kelebihan kami. Mulai saat ini, kau adalah keturunan ketujuh kami."
Sinaran cahaya terang yang muncul sesaat setelah keenamnya mengatakan kalimat itu secara bersamaan membuat 'ia' terseret masuk kedalam lubang hitam. Berputa putar sebelum akhirnya tersentak, bangun dari mimpinya.End
YOU ARE READING
SECRET MEMORY
ФэнтезиSemua kenangan yang semula terkunci mulai terkuak satu demi satu. Ia yang sebelumnya tidak tahu apa apa. Ia yang selama ini tidak tahu jati dirinya. Dan ia yang tidak tahu akan rahasia dari orang orang terdekatnya. Bagaimana ia harus membuka setiap...