MENJADI BADUT LEBIH BAIK

5 1 0
                                    

Kakak: "Kenapa sih, akhir-akhir ini sering lukai diri sendiri? "

Aku: (terdiam, mengumpulkan keberanian. Yah, mungkin gue bisa bernafas sedikit lebih lega jika berbagi dengan kakak, lagi pula dia sudah terlanjur memergoki gue disaat self harm gue kambuh).

Aku: "amm.. Gak tau mulai dari mana tapi di saat gue melukai diri sendiri, entah kenapa beberapa ingatan pahit muncul gitu aja di otak yang membuat gue gak bisa kontrol lagi emosi gue. Kayak saat ayah mukulin gue pas masa gue PKL, ibu nyuruh gue tinggal di rumah ayah, tapi di sana gue gak dapat perlakuan baik, cuma gue gak mau cerita ke ibu karena takut keadaan mereka jadi semakin rumit (brokenhome). Dan dari kecil, ibu juga sering mukul gue sambil bilang 'gak tau diri lo, punya bapak moyang udah ngebuang lo juga'.."

Kakak: "halah, paling juga lo karena udah berharap lebih ke si Danu karena dia janji mau nikahin lo tapi dia malah ninggalin lo gitu aja tanpa kabar ilang." Ucapnya memotong curhatan gue.

Aku: (ngehela nafas) ia, gue akuin ingatan buruk itu juga lewat di kepala. Tapi apa yang gue ceritain tadi juga rel muncul di... "

Kakak : halah udahlah, itutuh elonya aja yang lebay, berlebihan sampe lukai diri sendiri. Udah napa, cowok kaya gitu lupain aja, tar juga ada yang lebih baik dari dia buat lo, Allah tunjukin keburukannya sekarang biar lo gak nyesel kedepan. Lo itu terlalu dibuat drama.

Aku : (diam mendengar ocehan ceramahnya, sambil sesekali mengatakan) "iya, lo bener. "

Kakak: "ASAL LO TAHU AJA YAK, GUE TUH, MALAH JADI BENCI SAMA LO PAS LIAT LO LUKAIN DIRI SENDIRI SAMPE HISTERIS GITU KAYAK ORANG GILA. DALAM HATI GUE TUH PAS LIAT LO GITU KEMARIN 'IH APAAN SIH NIH ANAK, DRAMA BANGET, KESEL GUE LIATNYA.' lo itu bisakan ngadepin masalah dengan dewasa umur lo udah bukan bocah lagi, gara2 cowok lo kaya gitu. "

Aku: "iya maaf, udah bikin kesel. "

(Setelah itu dia cerita tentang bagai mana kesulitannya, masalah rumah tangganya yang kadang suaminya bikin dia kesel).

Aku berusaha menanggapinya sebaik mungkin, memberikan ruang untuk dia bercerita dan sesekali mengatakan 'yah, lo hebat udah bertahan dalam situasi ini dan situasi itu. ' terus berusaha memberikan respon yang baik, menunjukkan kalau aku ada di pihaknya aku benar mengerti gimana sesaknya itu, karena kita manusia memang juga mengalamai situasi dimana kita merasa sesak seperti itu namun dengan alur cerita yang Berada-beda.
....

Terlahir di keluarga broken home, belum pernah sama sekali merasakan kasih sayang ayah, sementara kakak gue setidaknya merasakan kasih sayang keluarga utuh sebelum mereka cerai (saat umur gue baru 9 bln).

Sebenarnya di sekolah juga sering mengalami kejadian tidak mengenakan, seperti disaat kondisi fisik yang di jadikan lelucon teman dan banyak lagi lainnya.

Disaat dewasa, mencoba membuka hati untuk seorang pria, karena bagaimanapun pada akhirnya gue harus menikah dan gue harus mencoba membuka diri pada pria walau dari kecil disaat gue bikin kesalahan sering mendengar kata-kata 'anak tidak tahu diri, punya bapak moyang gak ngakuin lo dan ngebuang lo juga. ' bukan pukulannya yang sakit membekas, tapi ucapannya itu membuat gue jadi berpikir 'ah gue tidak di inginkan, gue anak buangan. '
Dan disaat gue mencoba membuka hati untuk pria lalu beberapa kali mendapat pengkhianatan dari berbagai cerita. 'Rasa tidak di inginkan dan anak buangan itu semakin membekas di benak gue. '

Lalu gue bertemu seseorang yang gue pikir dia berbeda dengan pria lain, sikapnya benar2 sangat berbeda, gue bisa sedikit terbuka sama dia untuk cerita soal ketidak harmonisan hubungan gue dengan ayah yang membuat gue sedikit ragu akan cintanya dan kasih sayang seorang pria.

Singkat cerita, pria bernama Danu itu melamar gue, mengutarakan keinginannya untuk menikahi gue, tapi setelah beberapa bulan berjalan setelah ia mengutarakan nya, dia menghilang selama 3 bulan tanpa kabar dan tepat di tanggal 3 Januari 2022 dia memutuskan hubungan lewat pesan singkat WA, tanpa alasan dia mengakhiri.
'Aku udah dapat jawabannya, kayaknya aku harus ngelepas kamu, kita itu berbeda, kamu baik dan rajin sementara aku malas dan sangat cuek. Semoga kamu bisa dapat yang lebih baik dari aku. '

Itu benar-benar sakit banget, sebelumnya kita gak ada ribut atau masalah apapun, semuanya berjalan baik-baik saja sebelum ia menghilang dan muncul dengan memutuskan hubungan.

Disaat yang bersamaan semua luka yang kupendam sendiri bermunculan dikepala, sampai aku tidak bisa mengontrol diri. Sementara rasa 'tidak di inginkan, anak buangan. ' semakin menjadi dalam diri gue.

....

Sejak saat itu gue berpikir.

Terkadang, tidak semua orang bisa menjadi pendengar yang baik, di saat kita berusaha ingin menjadi pendengar yang baik untuknya.

Tidak semua orang bisa memahami kita. Disaat kita berusaha ingin memahaminya agar ia bisa berbagi lukanya, agar ia bisa sedikit bernafas lebih lega.

Yah, tidak semua orang bisa.

Terkadang memendam luka sendirian lebih baik, biarkan saja luka ini terus bersemayam, perlahan menggerogoti diriku, hingga mentalku hancur dalam diam.

Terkadang menjadi BADUT lebih baik, berusaha bahagia untuk menyembuhkan luka orang lain, tapi tidak ada satupun yang bisa menelaah luka di balik topeng bahagia yang ku buat. Tidak ada yang bisa menghibur disaat aku selalu berusaha untuk menghibur orang disekitar ku.

MELELAHKAN... TAPI MAU BAGAI MANA LAGI. AKU HARUS BERPURA-PURA AKU SUDAH SEMBUH DARI KONDISI MENTAL SELF HARM KU, KARENA KEADAAN DAN ITU SANGAT SAKIT.

BADUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang