1 | Riverside dan Crystal Lake

11 2 0
                                    

Langit dipenuhi dengan warna biru, burung berkicau seakan-akan mereka menyanyikan sebuah lagu. Matahari bersinar menembus awan, membuat hari ini menjadi hari yang indah. 

Seorang gadis sedang bersiap-siap untuk sekolah. Tentu saja, hari yang baru berarti bangun pagi dan bersiap-siap untuk sekolah. Setidaknya, itu untuk para pelajar.

Gadis yang tadinya kubicarakan adalah Nastasia Fortune, atau biasa dipanggil Nastia, seorang siswi kelas sepuluh yang tinggal bersama ayah dan kakak laki-lakinya. Saat ini, ia sedang menyisir rambut coklat gelapnya saat ia melihat sebuah jepit rambut di lacinya. Itu adalah hadiah dari teman lamanya. Dia tidak berpikir dia akan mengenalinya jika mereka bertemu lagi. Sudah lama sekali mereka tidak bertemu, dia pasti sudah berubah. Dia menutup lacinya, kemudian mengambil tasnya, keluar dari kamarnya, dan menuju ke pintu depan untuk memakai sepatunya. Kebetulan, kakaknya yang bernama Nathanial, atau Nate untuk nama panggilannya, juga sedang memakai sepatu di sana.

"Wih! Tumben jam segini udah bangun," kata Nate begitu melihat adiknya.

Nastia duduk di sebelahnya dan mengenakan sepatunya.

"Iya, lah! Masa iya telat kayak kemarin?" jawabnya sambil mengikat tali sepatu.

"Nah, gitu dong!" Nate berdiri. "Yaudah. Aku duluan, ya! Nggak mau terlambat juga, kan? Dadah!" Dia berpamitan kepada adiknya kemudian berangkat untuk kuliah.

Namun, adiknya tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengangguk.

"Hei, tunggu! Kucingnya udah kamu kasih makan?" Nastia memanggil kakaknya sebelun dia sampai di depan pagar.

"Sudah. Tenang aja!" kakaknya menjawab.

"Tempat pasirnya?" tanya Nastia lagi.

"Sudah bersih!" jawab Nate.

"Gimana kalo burungnya?"

"Udah beres. Lagi terbang di luar sekarang."

"Oke kalo gitu, sampai nanti!" pamit Nastia, akhirnya membiarkan kakaknya berangkat.

Nate pergi. Tak lama setelah itu, dia selesai memakai sepatunya dan keluar dari rumah menuju sekolah. Ayahnya sudah berangkat kerja, jadi dia tidak perlu berpamitan kepadanya. Dia melihat kucing peliharaannya sedang berjalan-jalan di luar. Kucing berbulu putih dan bermata biru.

"Cloud! Jaga rumah, ya! Sambut Sky kalau dia pulang!" ujarnya, mengacu pada burung peliharanya. Itu adalah burung lovebird berbulu biru dan putih bernama Sky. Sebenarnya dia burung liar, tapi dia sering datang ke rumah karena Nastia dan Nate selalu memberinya makan.

Cloud, sang kucing, hanya mendengkur sebagai balasan.

"Pinter! Daah!" dia mengelusinya.

Kota Riverside. Itu adalah kota di mana Nastia dan keluarganya tinggal. Kota itu dinamakan 'Kota Riverside' karena sungai mengalir melewatinya. Bahkan, bisa dibilang kota itu dikelilingi oleh sungai. Adanya sungai yang mengalir melalui kota itu membuat kota itu menjadi kota yang indah. Kota itu punya lapangan luas, kebun, pohon, kolam hias, dan juga jembatan megah di pinggir kota. Berbagai jenis burung dan ikan juga tinggal di Kota Riverside.

Tempat Nastia belajar adalah sekolah yang terkenal di kota, bahkan di seluruh negara. Tentu saja, sekolahnya nomor satu dan tidak ada tandingannya. Menjadi sekolah yang paling populer, SMA Crystal Lake memiliki banyak sekali pelajar yang belajar di situ.

Beberapa hal yang membuat sekolah itu begitu spesial adalah tempat parkir yang luas, kebun, taman atap, lapangan olahraga, kolam renang, dan itu hanya bagian luar saja. Belajar di sana membuatmu nyaman. Yang membuat kelas-kelas itu istimewa adalah bahwa setiap kelas memiliki dua pendingin udara di dinding, dispenser air di depan kelas, tempat sampah di sampingnya, sudut bacaan di belakang kelas, dengan dua rak buku yang diisi dengan berbagai macam buku, dan loker untuk meletakkan berbagai macam barang seperti remote pendingin udara, spidol whiteboard, dan penghapus tepat di sebelahnya, empat sapu dan sekop juga tersedia untuk membersihkan kelas. Kelas biasa tidak akan punya semua ini. Bahkan di setiap mejanya, ada tempat untuk meletakkan gelas atau botol.

Setiap tahun, sekolah memberikan empat proyek kepada para siswa. Jadi, ada satu proyek setiap tiga bulan. Proyek-proyek tersebut memiliki berbagai tema. Bulan ini, temanya adalah kewirausahaan. Para siswa ditugaskan untuk membuat kelompok yang terdiri dari enam orang. Mungkin Nastia tidak punya teman yang dekat, atau lebih tepatnya, dia tidak mengakui temannya. Namun begitu, dia sangat hebat dalam kepemimpinan.

"Anak-anak, kalau sudah membentuk kelompok, kalian tunjuk ketuanya!" ujar ibu wali kelas kepada siswanya.

Siswa-siswi saat ini sedang berkumpul dengan kelompok mereka masing-masing. Di kelompok Nastia, tentu saja Nastia dipilih menjadi pemimpin seperti biasanya.

"Siapa setuju Nastia jadi ketua?!?" Red, seorang anak dari kelompok Nastia berseru.

"GUE!!!" seluruh anggota kelompok Nastia setuju dengan cepat.

Di kelompok Nastia, ada Red, cowok dengan rambut merah, Kirako, yang memiliki rambut cokelat mocca diikat kepang dua, Diamond, seorang gadis dengan rambut pirang cerah, Reynold, si tampan berambut hitam, Lux, yang memakai kacamata, dan tentu saja, Nastia.

Bosan menjadi ketua setiap saat, Nastia keberatan.

"Eh, kalian semua! Gue udah sering banget jadi ketua. Kalian nggak ada yang mau tah? Gue udah jadi ketua kelas aja, masa ketua kelompok juga, cape dong gue!" ujar Nastasia.

Nastia adalah ketua kelas. Itulah mengapa dia tidak ingin menanggung beban menjadi ketua kelompok. Namun, anggota kelompoknya yang lain terus bersikeras memintanya menjadi ketua.

"Ah, lo ngebosenin banget sih!" Reynold mengatakan.

"Iya nih, yuk, Nas! Lo aja jadi ketua kita!" pinta Lux.

"Gue sih bisa jadi ketua. Tapi tetep aja, lo lebih oke daripada gua. Kalo kelompok kita mau jadi yang terbaik, pasti ketua yang paling oke ya lo! Lo yang PALING OKE!!!" seru Diamond.

"Eh, Lux, kenapa lo gak coba jadi ketua? Lo kan pintar," Nastia bertanya, melihat Lux.

"Gak deh." Lux menggelengkan kepalanya.

Nastia mengeluarkan napas berat.

"Plis dong, Nas? Semua orang percaya lo bisa. Jadi, kenapa gak dicoba aja? Kan kita semua punya kelemahan sendiri-sendiri. Tapi malah itu yang bikin kita tim yang kuat. Jadi mendingan kita ngebantu satu sama lain, kan?" Kirako berkata.

Yang lain mengangguk sebagai tanggapan, sambil melihat Nastia.

Nastia tidak bisa berkata tidak pada Kirako, dia terlalu baik hati. Menjadi gadis yang antisosial, tapi sebenarnya baik, akhirnya dia setuju menjadi ketua kelompok mereka.

"Yaudah deh! Gue jadi ketua aja," katanya.

"YEY!!" sorak yang lain.

Sekarang, karena sudah resmi, sang ketua, Nastia, mengambil alih pembicaraan.

"Oke! Pertama-tama, gue mau ngucapin makasih banget buat kalian semua yang percaya gue bisa jadi ketua...lagi," keluh Nastia sarkastik. "Ingat, kita semua pasti punya kekurangan. Tapi justru kekurangan itulah yang akan bikin tim kita menjadi tim yang solid. Itu menunjukkan kita saling butuh satu sama lain. Jadi, gue harap kita bisa kerja sama dengan bener, oke?"

"Siap, Nas!" jawab yang lain.

"Bagus deh. Sekarang, ada yang punya saran gak?" tanya sang ketua, Nastia.

"Kalo kalian sudah selesai," ibu wali kelas memulai, "tulis nama anggota kalian di kertas dan kumpulkan ke ibu, ya!"

"Iya, Bu!" seluruh kelas menjawab.

"Jelas ini diskusi ditunda dulu," gumam Lux.

Begitulah hari baru bagi Nastia, pergi ke sekolah dan belajar serta mengerjakan proyek, sama seperti hari-hari biasanya. Namun yang tidak dia ketahuilah adalah bahwa dia akan menemui seseorang yang baru, yang sebenarnya jauh lebih dekat dari yang dia kira.

[ID] From South to NorthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang