Part 1

16 2 3
                                    

-

"Sial! Sial!" Edward mengumpat sembari berlari kencang di lorong sekolah yang sunyi. Ia seorang diri menaiki beberapa anak tangga untuk sampai di kelasnya yang terletak di lantai tiga.

"Haahhh ... pakai acara kelupaan segala," keluh Edward sambil memasuki ruang kelas yang sangat gelap. Ia mengarahkan senter ke satu sudut. Sebuah buku tergeletak di atas meja dan segera dihampirinya. "Besok pasti tamat kalau nggak ngerjain tugas Ms. Anna."

Tiba-tiba sebuah kilatan cahaya biru tertangkap oleh mata Edward. Ia menoleh dan mendapati sebuah foto berbingkai di atas rak penyimpanan yang entah bagaimana bisa berpendar aneh dalam kegelapan. Dengan penuh rasa penasaran, Edward menghampiri foto tersebut yang berjarak lima langkah darinya.

Foto itu berukuran cukup besar dan menampilkan tampak depan sekolahnya.

"Loh ... memangnya ada foto begini di kelas?"

Ketika Edward ingin meraih foto tersebut, sebuah tangan berpendar biru muncul, mencengkram lengan Edward dan menariknya dengan kekuatan luar biasa.

"A-apa ini? Akh!"

***

"Hei, bangun!"

Pipi Edward ditepuk dengan keras.

Edward terpaksa membuka matanya yang terasa berat. Pandangannya perlahan-lahan bisa menangkap gambar. Seorang gadis muda dengan rambut pirang seperti rambutnya menatap dengan kening berkerut.

"Si-siapa?"

Edward kemudian teringat dengan apa yang terjadi. Ia lantas mengalihkan pandangan ke sekelilingnya dan tersentak.

"Dimana ... ini?"

***

Edward begitu terperangah, dunia yang ia pijaki kini tampak berbeda.

Manik matanya berkilat, berkelabat makhluk yang berlalu-lalang, makhluk-makhluk itu seperti penggabungan sel beberapa hewan, dengan rupa yang lebih aneh dan menakutkan. Kilauan serbuk yang beterbangan dan kian menghilang mengiringi makhluk terbang itu. Beberapa bangunan kecil tampak seperti gubuk yang hanya berlapiskan kulit kayu. Rumah-rumah itu tampak redup, di bawah cakrawala yang tampak seperti gulali raksasa.

Kelebat menghampiri Edward layaknya helaian kain sutera.

"Kamu! bantulah aku mencari adikku yang hilang," pinta sosok yang melayang dengan setelah gaun putih yang sudah lusuh. Edward melihat bahwa usia sosok itu tak jauh darinya.

"Ha!"

"Kamu tidak mau?"

"HANTUUU!!!"

Lekas-lekas sosok itu membekap mulut Edward. "Diam! Lihat sekelilingmu!" seru sosok di depannya.

***

Selang beberapa menit ketika sosok hantu itu menjelaskan panjang lebar, Edward baru mau membantunya.

"Apa yang ada di sampingmu itu?"

"Ini Chimmy, setengah jiwaku." Mahkluk seperti kelinci bersayap yang terbang di samping kepala hantu itu memiringkan kepalanya, membuat Edward bergidik ngeri.

"Kau lebih tahu tempat ini." Mendengar perkataan itu Edward menyapu pandangan. Melihat sekitar. Kemudian, imajinya membuka pandangan akan sekolah tempat tinggal asalnya.

Ini adalah kawasan sekolahku, mungkinkah ...

"Aku merasa aku sangat familiar dengan tempat ini, bisakah kau mengajakku berkeliling? "

Chimmy, bagian jiwa dari gadis hantu yang meminta bantuan pada Edward, merubah bentuknya dari kelinci mungil bersayap menjadi kelinci besar bertangan kekar, bertanduk banteng, dan ekornya yang bulat menggemaskan berubah menjadi ular bersisik putih.

PANGGILAN DARI SEBERANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang