Part 3. The Book of The Dead

1 0 0
                                    

Masih dengan team 14😉

***

Ini adalah musim di mana dedaunan menguning dan gugur. Di sekolah Edward tengah diadakan studi wisata ke Museum, para murid diminta pembina studi wisata yang bernama Pak Alfonso yang juga berprofesi sebagai guru fisika di sekolah Edward.
Pak Alfonso berdiri di hadapan para murid yang berbaris.

Langkah kakinya seakan mengikuti apa yang ia katakan. “... dan hari ini kita akan pergi ke museum sejarah Mesir kuno, kalian buat kelompok, maksimal terdiri dari lima orang dalam satu tim dan minimal terdiri dari dua orang.” Pak Alfonso yang sedari tadi mengentakkan kakinya, mengayun dan melengkapkan kalimatnya itu berhenti sejenak. “Bagi kalian yang tidak membuat laporan dengan tim, ingat ya, harus bersama dengan tim, kalau tidak, kalian akan mendapat nilai nol di ulangan pertama fisika dan sejarah!”

Para murid tersentak, terkecuali dengan Edward, ia masih menampakkan ekspresi santainya.
“Kamu yang akan Bapak awasi lebih awal,” tegur Pak Alfonso, pandangannya menatap Edward dengan tajam.

Edward tak dapat berkutik dan seketika ia menyeret seseorang pemuda dengan kacamata membingkai di depan kedua matanya.

“Eh,” celetuk sang pemuda dengan gugup, ia menatap mata Edward yang penuh arti, mengisyaratkan sesuatu padanya.

“Saya sudah dapat tim, Pak!”
Pak Alfonso menyipitkan pandangannya, masih mengawasi seorang anak berandal dengan teman satu timnya. Kemudian, pandangannya melebar ke seluruh murid.

Pak Alfonso meminta para murid untuk masuk ke dalam bus sekolah dan bus sekolah itu lekas menggulirkan rodanya dan melesat ke tujuan mereka.

***

Bus telah sampai di depan sebuah kawasan, bangunan di kawasan itu benar-benar terlihat seperti bangunan sejarah Mesir kuno: bangunan-bangunannya tampak seperti miniatur untuk suasana Mesir yang sebenarnya: Piramida Agung Giza, Menara Isis, Karnak, dan tanah yang Edward dan kawan-kawannya pijak adalah tanah gurun pasir asli.

“Woah!” semuanya berseru takjub.

“Lihatlah keagungan dari sejarah yang tertimbun, hohoho!” Pak Alfonso berseru dengan riang membuat para murid merasa aneh dan asing.

“Kalian akan dibina oleh pemandu wisata dan dijelaskan tentang beberapa hal dari sejarah Mesir kuno yang terpendam, ingat! Catat semua detail yang dibutuhkan untuk laporan kalian, kalian paham!”

“Siap, paham, Pak!” balas para murid.
Beberapa saat kemudian, para murid dibagi lagi menjadi beberapa tim, sebagian mereka mendengarkan dengan khidmat dan teliti, sedangkan sebagian yang lain hanya mencatat seadanya.

Edward melewati sebuah gulungan-gulungan yang berisikan tulisan asing, gulungan itu berada di atas tatan kayu yang cukup tinggi, hampir setinggi tubuh Edward. Tulisan itu secara tiba-tiba mengeluarkan cahaya.

“The Quest?” Mata Edward mengkilap terkena sinarnya. Tangan Edward perlahan mengarah ke gulungan itu sampai Seth, anggota satu timnya itu menghentikan kasi Edward.

“Jangan menyentuh benda itu, itu benda sejarah!” pinta Seth dengan suara yang sedikit gemetar karena takut.

Edward menangkis tangan Seth. “Apa-apaan, sih, jangan khawatir kawan, itu tak akan membahayakan ki—” belum saja Edward menggenapkan kalimatnya, sebuah tangan dengan gulungan kain yang sudah lusuh, kotor dan berbau apek serta anyir keluar dari gulungan kertas dan menarik Edward dan Seth ke dalam gulungan itu.

“AAA!!!”

Gulungan itu mengeluarkan cahaya dan menghisap keduanya masuk ke dalam dunia dan dimensi yang berbeda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PANGGILAN DARI SEBERANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang