Happy reading all, jangan lupa tinggalin jejak ya🤗 aku gk galak kok, santai#
#
#
Briantara Dirga, bassist Enam Hari mulai merasa bosan dengan kegiatan kesehariannya yang begitu-begitu saja. Makan pergi siaran, makan nulis lagu, makan cover lagu, makan ngeband, lalu makan sambil nongkrong. Hobinya memang makan dan Brian suka makan, jadi semua kegiatannya memang harus diselingi dengan makan.
Perasaan iri beberapa kali timbul dalam diri penulis lagu kebanggaan Enam Hari ini, meski tidak pernah ia perlihatkan pada anggota Enam Hari yang lainnya, tapi tetap saja perasaan iri sering kali tak terelakkan. Apalagi mengingat kedua anggota tertua Enam Hari sudah resmi menikah.
Pertanyaan apakah dirinya bisa bernasib seperti mereka atau tidak sering kali muncul dalam otaknya.
Brian tidak paham kenapa orang bisa dengan mudahnya memutuskan untuk menikah sedangkan dirinya tidak. Memang apa yang salah dari dirinya sehingga ia tidak bisa seperti yang lain?
Otaknya kembali flashback, membayangkan bagaimana Satya saat memutuskan menikah hanya karena desakan keluarganya. Setiap ia pulang ke rumah orangtuanya, Mama-nya seolah tidak pernah berhenti menanyakan kapan ia menikah. Bisa dikatakan, Brian mulai merasa didesak untuk segera menikah, tapi kenapa baginya masih tetap sulit untuk memutuskan segera menikah?
Padahal ia memiliki segalanya. Uang, popularitas, wajah ganteng, sifat humoris, rumah, mobil, semuanya sudah berhasil ia raih. Tapi kenapa tidak dengan pasangan hidup?
"Wir, lo pernah nggak sih ngerasa iri dengan Bang Satya sama Bang Jae?"
Brian sedang berkumpul bersama Wira dan Dewa di ruang tengah setelah menghabiskan ayam geprek mereka. Pandangannya lurus ke depan dan tubuh yang bersandar pada badan sofa.
"Bang, lo lagi ada masalah apa? Cerita deh ke kita," balas Wira tidak nyambung dengan pertanyaan yang Brian ajukan.
Pria itu lantas menoleh ke arah Wira yang kini tengah menatapnya khawatir. "Ah, lo kan pewaris Atmaja grup, punya segalanya mana mungkin ngerti rasanya iri," ia menghela napas lalu melirik Dewa sebentar, "kalau Dewa udah jelas sih ngiri sama Bang Satya karena bisa dapetin Jovita sedangkan dia enggak."
"Sialan," umpat Dewa tidak terima, "kenapa gue dibawa-bawa?"
"Tapi gue bener kan?" Ekspresi Brian nampak tenang dan santai.
Dewa diam. Batinnya ikut membenarkan, meski otaknya tidak terima dengan kenyataan itu.
Helaan napas terdengar tak lama setelahnya. Bukan Dewa yang menghela napas, melainkan Brian sendiri. Pandangannya kembali menerawang.
"Kira-kira kita nanti bakal bisa kayak mereka juga nggak sih? Kayak orang-orang lain gitu. Pacaran, nikah, terus punya anak."
"Perasaan lo pacaran mulu deh, Bang," sahut Wira dengan wajah herannya, "tinggal milih salah satu untuk lo ajak nikah terus punya anak. Enggak usah sok ngedrama deh," decaknya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inneffable (On Hold)
FanfictionIneffable; (a) too great or extreme to be expressed or described in words.