03

115 22 12
                                    

*

*

*

"Kak Jov beneran nggak ikut ke Solo, Bang?" sapa Laika saat bergabung dengan para sepupu lelakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kak Jov beneran nggak ikut ke Solo, Bang?" sapa Laika saat bergabung dengan para sepupu lelakinya. Ia mengambil posisi duduk di sebelah Damar, lalu dengan gerakan tidak sopan ia langsung mengambil setusuk sate milik pria itu.

"Tahu adab dikit kenapa sih, Ka?" protes Damar dengan wajah kesalnya.

"Sama saudara itu nggak usah pelit kenapa sih?" balas Laika dengan wajah santainya, "nih, gue balikin. Pelit banget sih lo," gerutunya sambil mengembalikan bekas tusuk satenya ke piring Damar. Tentu saja hal ini membuat pria itu langsung mengumpat kasar.

"Enggak, dia di Jakarta," jawab Satya, menjawab pertanyaan Laika yang tadi.

"Untung lo hari ini cakep, Ka, kalau enggak gue jambak rambut lo."

"Gue tiap hari cakep tuh," ucap Laika dengan wajah sombongnya.

Damar langsung memasang wajah pura-pura ingin muntah. Kamil tidak peduli dan Satya hanya terkekeh geli. Sudah biasa melihat dua adik yang beda Ibu dan Bapak itu berseteru. Malah aneh kalau keduanya diem-dieman.

"Mau punya gue atau gue ambilin yang baru? Lo belum makan, Ka?" tawar Satya.

Laika menggeleng. "Gue udah kenyang, Bang, cuma pengen ngicip doang tadi. Gue tadi udah makan bareng Mbak Mita sama Bunda kok. Ngomong-ngomong telernya Kak Jov parah banget ya, sampai nggak diajak ke sini?"

Dengan wajah sedihnya, Satya mengangguk. Mendadak ia teringat dengan kondisi sang istri yang tengah hamil muda tapi malah ia tinggal. Tapi mau bagaimana, ia juga tidak enak dengan Randu kalau sampai ia tidak hadir dalam momen bersejarah sang Kakak Sepupu.

"Apalagi dia sensitif banget sama wewangian, Ka, jadi nggak mungkin gue ajak ke sini. Dokternya juga belum kasih izin pergi jauh, soalnya masih trimester awal."

Laika mangguk-mangguk paham lalu menoleh ke arah sang Kakak. "Kak, Bang Satya aja udah mau jadi Bapak, lo kapan nyusul?"

"Ntar, agak siangan," balas Kamil cuek.

"Ini udah siang, Bang," sahut Damar sambil terkekeh.

Kamil pura-pura memasang wajah seperti orang yang sedang berpikir. "Ya, udah agak sorean kalau gitu," balasnya kemudian.

"Bunda tadi introgasi gue, Kak, lo serius belum ada cewek?" Laika kemudian berdecak karena Kamil memilih untuk diam, seolah tidak menggubrisnya, ia kemudian menoleh ke arah Satya, "Bang, lo nggak ada kenalan cewek gitu buat jadi kandidat calon Kakak ipar gue?"

"Sorry, Ka, kalau kenalan cewek gue nggak yakin punya, buat dijadiin calon ipar lo. Tapi kalau cowok gue ada."

"Ya kali, pedang sama pedang, ntar yang ada ntar mereka gelut. Jangan aneh-aneh deh, Bang," decak Laika dengan wajah kesalnya.

Inneffable (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang