Chapter 1

9 2 0
                                    

Kertas itu dicabut dari buku yang dipegangnya, tanganya meremas kertas itu hingga membentuk sebuah gulungan, mulutnya tersenyum jail. Tangan itu mengangkat ke udara hingga melambungkanya melepaskan kertas itu.

"Aduh." Seseorang meringis pelan sambil memegang kepalanya. Perempuan itu tak kunjung menoleh. Ia tak peduli.

Kanorgian, yang kerap dipanggil Orgi itu mendecih pelan ketika melihat reaksi perempuan yang tak jauh darinya. Ia menoleh pada teman yang disampingnya.

"Bal, kenapa lo gabilang-bilang kalo ada anak baru?" tanya Orgi. Iqbal menggidikan bahunya.

"Dia udah lama disini, lo aja yang liburnya kelamaan," jawabnya santai.

Padahal baru kemarin saja Ospek, tapi Orgi tak mengikuti kegiatan itu, padahal sendirinya termasuk panitia MOS dan alhasil banyak hal yang tertinggal semenjak ia berlibur, Terutama perempuan itu.

"Lo mau dia jadi korban lo lagi? Dasar playboy ck," gumam Iqbal.

"Kasih tau dong dia tuh siapa," mohonya.

Iqbal tak menjawab-jawab. Orgi memanyunkan bibirnya kedepan. Dan akhirnya Orgi menatap Iqbal datar. Kalau Iqbal sudah seperti ini berarti ia menyuruh Orgi untuk diam dan memerhatikan guru lagi. Dasar si pinter. Dan bisa disebut ia si bodo. Orgi memerhatikan guru itu tak bertahan lama, ia terlelap tidur.

Orgi duduk dipojokan, jadi ia pikir tidak terlalu bermasalah jika ia tertidur.

"Iqbal, maju kedepan kerjakan soal di papan tulis!" suruh guru itu.

Iqbal berdiri. Ia berjalan santai menuju depan kelas. Tanganya mengambil spidol dari meja guru. Iqbal mengerjakan soal itu dengan mudah tanpa beban. Guru itu sesekali memicingkan matanya.

"ORGI BANGUN!" teriak guru itu melengking.

Suara Bu Sekar itu paling hebat di penjuru sekolah ini. Hingga terdengar kemana-mana, membuat semua orang memekakan telinganya jika mendengar teriakan itu. Murid-murid dikelas terlonjak kaget. Malah ada yang sengaja menutupi telinganya walaupun tak mempan, Kaca jendela bergetar, bukan karena suara Bu Sekar, melainkan disana seorang laki-laki dengan sengaja menggetar-getarkan kaca jendela agar suasana lebih mempesona baginya, namanya Arsen. Sedangkan Orgi masih terdiam tanpa bergeming sedikitpun, walau Bu Sekar sudah berkicau-kicau tak jelas. Hingga akhirnya Bu Sekar menyerah, ia menghembuskan nafasnya perlahan dan mengatur emosinya. Iqbal yang awalnya menulis, ia sudah selesai. Tatapanya melihat sahabat kecilnya yang tertidur pulas, Iqbal menahan tawa.

"Rere, bangunkan Orgi!" suruh Bu Sekar.

"Kok gue Bu?" tanya Rere sebentar sambil menunjuk dirinya.

"Kamu ketua kelas kan?!"

"Gilaa, Bu Sekar marah-marah mulu kayak Kak Ros ya Vin?" bisik Arsen pada Kelvin yang berada disebelahnya. Kelvin hanya mengangguk mengiyakan, Ia sedang menunggu reaksi Rere.

Rere mendengus pelan. Ia akhirnya berdiri berjalan santai ke arah belakang menuju tenpat dudki Orgi. Semua orang melihat ke arah Rere. Rere tersenyum sarkatis melihat wajah tanpa dosa dihadapanya.

BRAKK

Rere memukul meja keras tepat dihadapan wajah Orgi. Orgi terperanjat kaget. Matanya benar-benar terbuka. Ia melihat sekitarnya. Tepat orang yang berada didekatnya, Rebecca.

"Hai cantik," sapa Orgi.

Rere mngabaikan panggilan Orgi, ia memutarkan bola matanya dengan malas sambil berjalan santai menuju tempat duduknya lagi.

HalmaheraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang