Chapter 2

5 2 0
                                    

Sekarang disini dirinya berada. menyandar ke tembok sambil melihat banyak orang yang sibuk mengantri untuk membeli tiket masuk bioskop ataupun membeli popcorn.

Sosok yang Orgi cari belum terlihat, ia yakin penjelasan dari gosip para cewek di kelas terdengar sampai rusuk jika mereka berdua akan nonton di Mall sini.

Dan sialnya daritadi dia hanya berdiam sedangkan sahabatnya sedang asik bercanda di sofa yang tak jauh darinya, oke sebenarnya Orgi malas ke tempat yang kaya gini apalagi jadi nyamuknya mereka aiisssh, tapi mau gimana lagi, alasanya kesini karena cewe yang akhir-akhir ini membuatnya tertarik.

Orgi menaikan sudut bibirnya, ternyata ia sudah menemukan apa yang ia cari. Langkah santainya berjalan meninggalkan tempat yang sedari tadi ia diami, dan sahabatnya pun tak menyadari jika Orgi pergi.

Rachel malah mengajak Iqbal untuk membeli makanan dahulu, Iqbal hanya mengangguk mengiyakan.

Orgi langsung duduk disamping cewe itu yang masih menunduk memainkan handphonenya. Rebecca tersenyum, ternyata cowok yang ditunggunya sudah datang dan duduk disisinya, Rere tersenyum dan langsung menoleh ke arah samping tapi yang ia temukan cowok yang tak ia kenali.

Arah matanya masih mencari sosok Arul dan tak mempedulikan Orgi yang ada disampingnya.

Orgi menjentikan jarinya dihadapan wajah Rere. Ia tersenyum.

"Gausah nyari cowok brengsek yang gatau janji kaya dia, mending cari cowok yang udah ada aja contohnya gue." Orgi berucap dengan santai seolah-olah ia memang sudah akrab.
Paan si.

Rere menatap Orgi dengan cuek, dan akhirnya ia kembali berkutik dengan handphonenya, kali ini Rere akan menelpon Arul dan menanyakan kenapa dia belum datang.

Raut muka Orgi berubah menjadi datar melihat respon yang ditunjukan Rere padanya, ah ga seru.

Tangan Orgi mengeluarkan benda pipihnya dari saku, ia mengetikan beberapa kalimat dan mengirimnya.

Rere yang sedari tadi menghubungi Arul tapi tak mendapat jawaban dari seberang sana merasa bingung, sebenarnya siapa yang ngajak nonton si?!

Baru saja terdengar suara notif yang keluar dari handphonenya tapi ia tak mengenali nomor itu. Unknown.


08xxxx


hey nonton sama gue aja yuk. Btw yang nungguin lo daritadi tuh gue.



Rere hanya membaca pesan itu, menurutnya itu hanya pesan iseng yang biasa terjadi.
Orgi membuka roomchatnya dan hasilnya..
Read.

Nih cewek ngeselin juga.

Rere mengernyitkan alisnya sebelah, ini nomor yang tadikan? Kenapa sampai nelfon kek gini. Rere membiarkanya dan memasukan handphonenya kembali ke sakunya.

Tapi lagi-lagi suara deringan itu mengusiknya. Dirinya geram dan langsung mengeluarkan handphonenya lagi, tanganya ingin menolak jawaban itu tapi rasanya percuma karena pasti nomor ini akan menelfonya lagi, dan bisa jadi juga kan kalau ini Arul?

Orgi yang berada disamping Rere menahan senyumnya, sedari tadi ia tahu persis jika Rere sebal terlihat dari gerak geriknya dan raut muka yang ditunjukan wajah berkulit putih itu.

Rere menerimanya. Hening. Tak ada yang mengawali percakapan.

"Halo?" Hingga akhirnya Rere memulai bicara. "Hai."

Rere terdiam sejenak, mengapa suara ini terasa lebih dekat dan terdengar seperti alami, rere menoleh sedikit ke arah kirinya, ia menyadarinya.

"Lo?! Siapa lo? Tau darimana no gue?" Rere berdiri dan langsung melepaskan genggaman di handphonenya.

Orgi tertawa kecil. Rere masih terdiam, emang apa yang lucu?

"Oke, lo minta gue kenalan sama lo? Nama gue Kanorgian--"
"Gue gak nanya nama lo," sela Rere.
"Oke maaf. Masalah nomor lo gampang aja, tinggal minta ke sahabat lo yang centil itu. Terus gue udah bilang kan kalau gue yang nunggu lo buat nonton bareng."
"Oh."

Rere mood nya sudah buruk dan rasanya ia lebih baik langsung pulang. Mungkin saja Arul sibuk hingga tak bisa kesini.

Orgi melongo sesaat 'oh'? Sebenernya siapa yang salah sih, perasaan dia tadi marah-marah dan- ah gue males.

Tangan Orgi lebih dulu terulur dihadapan Rere sebelum ia pergi, hingga Rere bingung, apa-apaan nih cowok?

Rere masih menatap Orgi tanpa ekspresi, ya ampun tatapanya nusuk banget kaya gue tuh dituduh maling ayam sama warga kampung.

"Woi tangan gue capek njir, gue ngajak lo kenalan susah amat."
"Oh, gue Rebecca." Cewek itu langsung berucap dan tak berniat membalas uluran tangan Orgi.
"Ck, ternyata susah ya deket sama lo."
"Apa?"
"Gak. Gue Kanorgian. Temen gue manggilnya Orgi tapi terserah lo mau manggil apa."
Rere terlihat menahan tawanya sambil menutupi mulutnya dengan tangan dan nada suara yang mengejek.
"Orgi? Maksud lo orang gila? Haha."
"Eh?"

Rere lebih dulu meninggalkan Orgi disana. Gapapa, menurut Orgi ini langkah awal yang bagus.

Tapi yang barusan itu dia ngejek gue? Nama panggilan yang dibuat Iqbal memang membuatnya sial dan membuat semua orang mengikuti panggilan itu terkecuali keluarganya.

Memang sedari tadi cewe itu memeriksa handphonenya beberapa kali. Orgi dibuat geram melihatnya, apa cewe itu masih menunggu kabar dari Arul? Ahh ternyata dia emang sialan membuat Rere menunggu.
Orgi merasa pikiranya salah, apa Rere tak ada jemputan untuk pulang? Lagian jadwal tontonanya beberapa menit lagi dimulai dan memang gak mungkin cewe itu kembali lagi dan memasuki studio.

Baru saja ia ingin menghampiri Rere, tapi sahabatnya lebih dulu memanggil dan menghampirinya.

"Woi gue cariin lo kemana-mana, abis ngapain hah?" tanya Rachel sambil membawa popcorn dan minuman dingin ditanganya.

"Ketemu pacar," jawab Orgi santai.
"Pacar yang mana nih hahaha," ejek Iqbal.
"Cepet lah, bentar lagi film dimulai. Yuk masuk studio," ajak Rachel lebih dulu.
"Kalian aja, gue dah ga mood."

Iqbal hanya mengiyakan pernyataan Orgi, toh sahabatnya itu emang sudah biasa aneh tiba-tiba, tanganya langsung menggandeng Rachel untuk segera masuk studio dan meninggalkan Orgi.

"Gimana gue ga iri kalo dideket kalian, liatnya tuh aduh."

Hampir saja Orgi lupa, ia membalikan tubuhnya lagi mencari sosok Rere, tapi cewe itu sudah pergi. Dan pastinya belum jauh dari sini, Orgi berjalan menuju lobi dan benar saja, sebelum sampai, Orgi sudah menemukan Rere lebih dulu, dia sedang duduk di tempat starbucks dengan minuman yang sudah ada dimeja. Seperti biasa, Orgi akan gabung dengan Rere lagi.

"Nanti pulang perlu tumpangan ga?" tanya Orgi sambil duduk dihadapan Rere.

Rere mematikan handphonenya kemudian mengalihkan pandanganya menuju pintu masuk, yah disana ada seorang cowok jangkung dengan rambut yang hitam legam dan ada satu tindik di telinga kirinya menghampiri mereka.

Cowok itu melirik Orgi sesaat kemudian beralih lagi ke arah Rere.

"Maaf lama, yuk pulang," ajaknya
Rere mengangguk.

"Makasih waktunya," Rere mengucapkan itu pada Orgi dengan senyuman tipis, kemudian tatapanya beralih lagi pada cowok yang berdiri dihadapan Rere, raut muka itu langsung Uwaaaah ceria sambil tersenyum tulus.

"Gilaa gue juga pengen disenyumin kek gitu, bukan senyum datar," gumamnya.

Cowok itu mengajak Rere pergi dengan tatapan terakhir yang singkat ke arah Orgi.
"Serem banget tuh muka. Ternyata Rere gampang dapetin cowok ya, gimana gue bisa menang dari mereka."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HalmaheraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang