Semoga kalian suka😊
Nadhira adalah gadis cantik berdarah Sunda. Dia lahir di Bandung pada tanggal 4 April 2005. Nadhira anak semata wayang dari pasangan suami istri bernama Diah dan Dani, ayah Nadhira telah meninggal dunia saat Nadhira berumur 5 tahun, dia kerap di panggil Dhira oleh ibu dan ayahnya. Saat ini Nadhira duduk di bangku kelas 1 SMA semester akhir.
"Nadhira" ucap seorang wanita yang tengah berbaring di tempat tidur dengan nada suara gemetaran.
"Iya Bu" jawab seorang gadis perempuan, yang tidak lain adalah Nadhira.
"Dhira, maafin ibu ya nak. ibu sudah tidak sanggup lagi. Mu...ngkin ini sudah saatnya i..bu pergi"
"Ibu ga boleh bicara kaya gitu, ibu ga boleh tinggalin Dhira. Kalo ibu pergi siapa yang akan jaga Dhira?" Ucap Nadhira sambil memegang tangan ibunya dengan mata berkaca-kaca.
"Dhira kamu anak kesayangan ibu, kamu ga perlu takut untuk kehilangan ibu. Ibu ga bakal ninggalin kamu sendirian" ucap ibunya Nadhira sambil mengelus rambutnya Nadhira.
"Ibuuuuuuu" ucap Nadhira dengan tangisan yang begitu pecah.
"Dhira tolong ambilkan kertas yang ada di lemari baju ibu!"
"Ini Bu" ucap Nadhira sambil menyodorkan kertas itu yang bertulisan nomor handphone.
"Kamu telepon nomor itu Sekarang!"
"Ini nomor siapa Bu?"
"Itu nomor sahabatnya ibu, Tante Diana. Kamu telepon Tante Diana sekarang!"
"Iya Bu" ucap Nadhira, sambil memasukan nomor yang tertera di kertas pada handphone nya.
******
Shyam adalah laki-laki tampan berdarah Sunda-Korea. Dia lahir di Jakarta pada tanggal 5 September 2005. Shyam adalah anak tunggal dari pasangan suami istri bernama Sem dan Diana. Kedua orang tua mereka adalah seorang pengusaha dan pebisnis ternama di Indonesia. Saat ini Shyam duduk di bangku kelas 1 SMA semester akhir."Mamah sama papah udah mau berangkat lagi?" Ucap seorang laki-laki, yang tidak lain adalah Shyam.
"Iya Shyam, mamah sama papah ada bisnis di London. Jadi, mamah sama papah akan berangkat besok pagi"
Mendengar ucapan ibunya Shyam mengepalkan telapak tangannya, lalu Shyam meninggalkan kedua orang tuanya dengan wajah yang sangat kesal.
******
Tring...... Tring..... Tring.....
"Siapa mah?"
"Mamah juga ga tau, ini nomor yang gak di kenal"
"Udah angkat, siapa tau penting"
"Hallo ini dengan siapa?"
"Hallo apa benar ini Tante Diana?"
"Iya saya Diana, ini siapa ya?"
Saat teleponnya tersambung, Nadhira segera memastikan apakah orang yang ia telepon itu bernama Diana, setelah Nadhira mengkonfirmasi bahwa orang itu bernama Diana, ia langsung memberikan handphone nya pada ibunya. Setalah memberikan handphone nya pada ibunya Nadhira langsung keluar dari kamar ibunya, Karena ibunya menyuruh Nadhira ke luar.
"Hallo ini dengan siapa ya?"
"Diana, ini saya Diah"
"Diah, Kamu Diah sahabatnya saya yang suka berenang di sungai waktu kecil"
"Iya Diana, ini saya Diah sahabatnya kamu"
"Diah, sahabatnya aku. Apa kabar Diah? Kemana aja kamu selama ini?"
"Diana, kabar aku saat ini sedang tidak baik-baik aja. Saat ini aku butuh kamu Diana, aku tidak tau harus meminta pertolongan sama siapa lagi selain kamu."
"Kamu kenapa Diah? Ada apa?"
"Diana saat ini aku sedang mengidap penyakit kangker stadium akhir. Aku rasa hidup aku sudah tidak akan lama lagi"
"Diah kamu ga boleh bicara kaya gitu, sekarang kamu tinggal di mana? Aku akan jemput kamu sekarang juga. Kita berobat ke luar negri"
"Diana bukan itu yang aku ingin kan saat ini, aku tidak butuh pengobatan di luar negri. Aku hanya ingin kita menepati janji kita yang dulu pernah kita buat"
"Janji?"
"Iya janji kita, janji dimana kita akan menjodohkan anak-anak kita di masa depan"
"Aku ingat janji itu, aku ingat. Oke mari kita lakukan janji kita"
"Aku hanya punya satu anak, anak aku laki-laki. Anak kamu?"
"Aku juga hanya punya satu anak, anak aku perempuan"
"Syukurlah, kita lakukan perjodohan ini. Di mana alamat rumah kamu sekarang?, aku akan datang ke sana bersama keluarga aku"
"Saat ini aku tinggal di Bandung, alamat lengkapnya akan aku kirim lewat pesan"
"Iya aku akan segera ke sana sekarang juga, kamu bertahan ya Diah"
"Iya"
"Kamu janji sama aku, kamu harus bertahan demi anak kamu dan aku"
"Iya"
******
"Dhira" teriak Diah yang tengah terbaring di tempat tidurnya.
"Ibu, ibu kenapa menangis?"
"Dhira maafin ibu, sepertinya ini sudah waktunya ibu pergi"
"Ibu, ibu ga boleh bicara kaya gitu"
"Dhira, sebelum ibu pergi. Ibu punya satu permintaan"
"Satu permintaan, apa Bu? Ibu ga boleh bicara kaya gitu, ibu mau minta apa aja Dhira turutin, asalkan ibu sembuh"
"Sebelum ibu pergi, ibu ingin melihat Dhira menikah. Melihat anak semata wayang ibu menikah dengan laki-laki yang baik"
"Menikah? Iya, ibu akan liat Dhira menikah. Maka dari itu ibu harus sembuh, supaya ibu bisa menyaksikan pernikahan Dhira dengan laki-laki yang baik sesuai dengan apa yang ibu inginkan"
"Dhira, untuk saat ini ibu tidak bisa bertahan terlalu lama, sebelum ibu pergi ibu ingin melihat Dhira menikah"
"Bu, Dhira masih sekolah. Dhira ga bisa menikah sekarang, Dhira juga ga punya pasangan buat menikah, maka dari itu ibu harus sembuh. Ibu harus menyaksikan Dhira mewujudkan cita-cita Dhira, lalu ibu juga akan menyaksikan pernikahan Dhira."
"Dhira saat ini umur kamu sudah 17 tahun, jadi di umur kamu saat ini, kamu sudah layak untuk menikah"
"Ibu menikah itu butuh pasangan, saat ini Dhira belum menemukan laki-laki yang cocok untuk menjadi suami Dhira, lagian Dhira ga mau menikah di usia muda. Dhira mau mewujudkan impian Dhira menjadi seorang dokter, supaya Dhira bisa mengobati ibu"
"Dhira, ibu sudah menemukan laki-laki yang cocok buat kamu, jadi kamu mau kan menikah dengan laki-laki pilihan ibu, kamu mau kan?"
"Hah..... Bu Dhira masih remaja, ini belum waktunya untuk Dhira menikah, ibu percaya sama Dhira ibu akan sembuh dan Dhira akan menikah saat Dhira benar-benar sudah siap untuk menikah"
Jangan lupa Vote;
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is My Husband
Teen FictionBagaimana perasaan kalian ketika di paksa untuk menikah di usia muda? Bahkan kalian di paksa menikah dengan orang yang tidak kalian kenal atau pun kalian suka? Shyam dan Nadhira di paksa untuk menikah di usia muda oleh orang tua mereka masing-masing...