Happy Reading
Emily melihat jam yang menempel pada dinding tokonya, jam menunjukkan pukul sembilan malam. Sudah saatnya ia menutup toko kuenya. Ia pun bangun dari kursinya, dan mulai membersihkan beberapa meja yang disediakan untuk pengunjung. Dan segera menutup tokonya
Hari yang sangat melelahkan, banyak hal yang terjadi hari ini. Pagi tadi ia berniat memberi kejutan untuk sahabatnya yang sedang berulang tahun. Dia membawa kue serta kado yang sudah ia siapkan dan masuk secara diam-diam ke dalam apartemen milik sahabatnya.
Saat Emily mengintip kedalam kamar sahabatnya, ia terkejut bukan main. Emily melihat kekasih dan sahabatnya sedang tertidur pulas di atas ranjang. Tubuhnya kaku dan tangannya gemetar. Ia berusaha untuk menahan emosinya dan segera keluar dari apartemen. Emily memilih menghindari pertikaian dan membuka toko kuenya seperti biasa
Emily menghembuskan nafasnya kasar, ia marah saat mengingat kejadian tersebut. Namun entah mengapa, ia tidak merasakan kesedihan saat mengetahui hal itu. Mungkinkah ia tidak benar benar mencintai sang kekasih? Emily sendiripun tidak mengerti.
Saat sudah selesai menutup toko, Emily keluar dari toko dan memutuskan untuk pulang menggunakan bus. Biasanya sang kekasih akan datang menjemput dan mengantarnya pulang. Tapi, tentu saja setelah kejadian pagi tadi, Emily memutuskan untuk pulang menggunakan bus.
Emily harus cepat karena hujan mulai turun, ia pun segera mengeluarkan payungnya dan berjalan menuju halte bus.
"Huuufft... hujan yang merepotkan"
Emily menggerutu saat hujan mulai turun dengan deras. Lengkap sudah kesialannya hari ini, mulai dari memergoki kekasihnya berselingkuh, dan sekarang ia harus basah kuyup karena kehujanan.Emily menerobos derasnya hujan dan berjalan cepat menyusuri jalanan kota yang ramai. Langkahnya yang cepat dan pikirannya yang tidak fokus membuat Emily menabrak bahu seorang pria. Ia dengan segera menoleh kebelakang untuk meminta maaf. Mata mereka bertemu, Emily terkejut, ia kenal pria itu. Pria yang menjadi cinta pertamanya, namun juga pria yang sangat ia benci. Pria itu adalah Juan Robert.
"Juan..."
"Emily..."
Matanya berkaca-kaca, Emily pun segera memalingkan wajahnya dan berlari sambil mulai meneteskan air mata, ia sudah tidak sanggup membendung air matanya. Persetan dengan orang-orang yang memakinya karena ia tabrak.
Juan pun tidak tinggal diam, ia dengan segera mengejar Emily yang berlari semakin jauh. Ia tidak ingin kehilangan Emily untuk yang kedua kalinya. Namun sial, ia gagal. Jalanan yang licin dan ramai, serta hujan yang deras membuat Juan kesulitan untuk mengejar Emily. Ia kehilangan jejak Emily, ia kehilangan Emily untuk yang kedua kalinya.
"Shit..!!"
Umpatan keluar dari mulut Juan, nafasnya terengah-engah, ia lelah dan kedinginan karena basah kuyup oleh air hujan. Juan pun pergi dengan hati yang kesal dan kecewa.
"Aku akan tetap menemukanmu Emily".
****
Emily sudah dalam perjalanan pulang sekarang, ia tampak tenang, namun tidak dengan pikirannya. Pikirannya kalut dan tidak karuan. Ia masih memikirkan kejadian yang baru saja ia alami, kejadian yang membuat hati dan pikirannya kacau bukan main.
Ia menatap keluar jendela, memandangi titik-titik embun di kaca jendela bus. Benci, marah, kecewa, dan rindu, semua perasaan itu bercampur jadi satu dalam hati Emily.
Emily sangat membenci pria itu namun ia juga sangat merindukannya, ingin rasanya ia memutar balik waktu, dan segera mendekap pria itu dengan hangat ditengah derasnya hujan, namun ia lebih memilih egonya dan berlari meninggalkan pria itu. Ada rasa sesal yang hinggap dihatinya karena memilih untuk berpaling dan malah meninggalkan orang yang selama ini ia cari-cari keberadaannya.
Ia rindu dan sangat menyayangi pria itu, Juan Robert.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Chance For Love
RomansaNew York Hujan deras mengguyur kota New York. Dengan payung, Emily menerobos derasnya hujan dan berjalan cepat menyusuri ramainya jalanan kota yang ramai. Langkahnya yang cepat dan pikirannya yang tidak fokus membuat Emily menabrak bahu seorang pria...