Flashback on
Kring kring kring
Bunyi alarm membangunkan Emily dari tidur nyenyak nya. Dia dengan malas mematikan alarm dan melihat pukul berapa sekarang,
"Sial!! Sudah pukul tujuh! Aku harus segera berangkat sekolah." Emily segera bangkit dari tidurnya dan berlari ke kamar mandi. Dia mandi terburu-buru dan dengan asal menggosok tubuhnya. Tidak peduli tubuhnya yang belum bersih, Emily menyambar handuk dan keluar dari kamar mandi.
Dia memakai seragamnya dengan terburu buru dan tidak beraturan, alhasil seragamnya tampak lusuh dan berantakan. "Nek aku berangkat sekolah ya!"Emily berteriak sambil menuju ke garasi. Dengan mengendarai sepeda gadis itu pun berangkat menuju sekolah.
Emily melajukan sepedanya dengan tidak santai. Matanya masih mengantuk dan pikirannya penuh dengan sumpah serapah. Bagaimana bisa dia lupa mengatur alarmnya untuk berbunyi di pukul 06.00. Oh tentu karena ini adalah hari pertamanya masuk sekolah setelah liburan yang panjang. Tentu saja alarmnya berbunyi pada jam tujuh. Hey, memangnya siapa yang bangun pada jam enam saat liburan.
"Ah sial sial sial, kenapa aku begitu dungu. Lalu bagaimana sekarang, aku pasti akan mendapat hukuman karena terlambat. Sial! Kenapa pula aku berangkat, lebih baik tadi aku membolos saja" Emily merutuki kebodohannya sendiri karena memilih untuk berangkat.
Gadis itu terlalu fokus mengoceh dan lengah dalam mengendarai sepedanya. Diapun menghantam tiang lampu jalanan dengan keras dan membuat sepedanya penyok.
"Arrgh shit!!!"
Kaki Emily mengalami luka dan cedera setelah tergores rantai sepeda dan menghantam tiang lampu. Sungguh malang nasib Emily. Disaat dia butuh pertolongan, tidak ada satu orang pun yang terlihat di jalan. Jalanan yang seharusnya ramai malah sepi seperti kota mati. Kemana perginya orang orang? Sialan sekali.
"Apakah kau baik baik saja?" Seorang pria sebayanya menghampiri Emily dengan menuntun sepeda dan menanyakan keadaannya.
"Apakah aku terlihat baik baik saja tuan?" jawab Emily dengan ketus. Dengan sepeda yang penyok dan kaki yang cedera, dia benar benar tidak dalam suasana hati yang baik sekarang.
"Oh maaf, aku seharusnya langsung menolong mu." Dia pun langsung membantu Emily berdiri.
"Maaf tapi aku tidak punya obat merah, aku hanya punya tissue basah." Dia membuka tasnya dan mengeluarkan tissue basah lalu memberikannya pada Emily.
"Tidak masalah, terima kasih."
"Hey, apakah kau akan tetap pergi ke sekolah dengan keadaan seperti ini? Kurasa lebih baik kau pulang dan membersihkan lukamu."
"Ya, aku juga tidak yakin akan pergi ke sekolah. Apakah kau bersedia mengantarku pulang? Aku tidak mungkin mengendarai sepeda yang penyok atau berjalan kaki. Rumahku cukup jauh dari sini."
"Tentu. Kalau begitu naiklah." Pria itupun menaiki sepedanya dan mempersilahkan Emily untuk naik. Merekapun berboncengan dan pergi meninggalkan sepeda Emily yang penyok menuju rumah Emily.
"Eumm, ngomong ngomong siapa namamu tuan?"
"Oh, namaku Juan Robert. Panggil saja Juan. Dan tolong jangan panggil aku dengan sebutan tuan, aku tidak setua itu."
Oh, jadi namanya adalah Juan? Nama yang bagus.
_______
See you on the next chapter guys
KAMU SEDANG MEMBACA
A Chance For Love
RomanceNew York Hujan deras mengguyur kota New York. Dengan payung, Emily menerobos derasnya hujan dan berjalan cepat menyusuri ramainya jalanan kota yang ramai. Langkahnya yang cepat dan pikirannya yang tidak fokus membuat Emily menabrak bahu seorang pria...