"Untung" ungkapan yang digunakan oleh orang Indonesia sebagai pembelaan diri atau kalimat penghibur atas kondisi buruk bertubi yang dialami. Kata itu pula yang diberikan kepada Idhan yang terbaring lemah dalam kondisi kritis. Mengapa masih disebut untung?. Karena dia masih hidup, setelah hampir sepuluh hari dicekoki narkoba perusak syaraf otak, PCC. Untung, tidak langsung mati.
Keadaan Idhan bisa dibilang sangat genting. Sepuluh hari itu kondisinya mengalami naik turun karena saat Lesti berada di dekatnya, sang dokter palsu tidak berani memberinya pil laknat itu. Sehingga Idhan tidak langsung mengalami kerusakan otak, melainkan bertahap. Namun tidak bisa dibilang baik - baik saja. Kenyataannya, Idhan semakin tidak mampu untuk menjadi normal. Idhan kembali seperti awal saat ia mengalami kecelakaan karena Lesti. Bahkan lebih buruk.
"Kondisi Tuan Idhan semakin menurun Tuan Beniqno. Dan dia terus mengucapkan kata 'Ti' yang mungkin ia maksud adalah Lesti, isterinya," terang dokter Hadi.
Beniqno urung berbicara sejak awal diskusinya dengan Sang Dokter. Ia hanya terus memperhatikan wajah polos tuan Muda Adinegara yang dititipkan almarhum sahabatnya.
"Mungkin sebaiknya Tuan Muda dipersatukan kembali dengan Nyonya Muda," sambung dokter Hadi.
"Tapi keadaan ini karena kelalaiannya dokter Hadi. Bahkan semua hal buruk ini terjadi pada Tuan Muda karena ulahnya. Bukan tidak mungkin Lestilah yang mencekoki Tuan Muda dengan PCC," sanggah Beniqno.
Dokter Hadi merunduk, mengakui kesalahannya dalam diam. Kesalahan tak sengaja karena tidak ada di sisi Tuan Muda Adinegara di saat terpuruk itu.
"Apa dia bisa sembuh?."
"Sulit Tuan. Namun harapan itu masih ada."
"Ti."
Kembali bibir tipis Idhan memanggil seseorang yang memenuhi hati dan pikirannya. Sosok yang selama berhari - hari ini dijauhkan darinya.
"Sebaiknya Tuan memanggil Nyonya Muda, saya tidak bisa berbuat apa - apa jika terjadi sesuatu. Nyonya Muda adalah obat utama untuk Tuan Muda."
Beniqno menoleh sekilas lalu meninggalkan ruangan Idhan. Dalam diamnya dia terus memikirkan nasib Sang Tuan Muda. Apakah benar keputusannya memisahkan Sang Tuan dengan isterinya. Akal dan hati Beniqno beradu sampai sebuah keputusan mantap ia ambil Baginya Lestilah pesalah atas kondisi Idhan saat ini.
"Tidak, mereka tidak bisa bersatu."
***
Pria berusia 32 tahun itu masih pada posisinya seperti setahun lalu saat pertama kali ia dimasukkan ke rumah sakit lalu dikeluarkan untuk rawat jalan. Pandangannya kosong. Tubuh gagahnya tampak sekadar kulit dan tulang. Kurus tak nampak daging. Padahal dulu ia pria bertubuh kekar dan tegap. Kini ia pucat, matanya sayu. Lingkaran hitam menjadi pewarna mata kecilnya yang menyerupai mayat hidup.
Dia Idhan. Yang tak pernah berbicara sejak pertama kali membuka mata delapan bulan lalu. Kalaupun ada yang terucap, hanya kata "Ti." Yang dapat disimpulkan ia memanggil isterinya tercinta, "Lesti."
Idhan tak bisa makan dengan normal. Selama setahun ia bertahan hidup dari cairan sari makanan yang dipaksa masuk melalui selang infuse. Ia tidak mau menelan apapun. Bergerak pun ala kadarnya. Tak jauh dari ranjang.
"Ti."
Air mata pun hanya dapat keluar setetes ketika potongan kata itu terucap. Jiwanya terguncang seperti jiwa anak kecil yang disakiti di masa emasnya.
"Ti."
"Dhan."
Mata Idhan mengerjap tetapi tak bergerak dari posisinya. Hanya deru napas yang terdengar mengiringi pria tak tahu diri di sampingnya yang tengah mengumpat.
KAMU SEDANG MEMBACA
YANG TERSAYANG
Любовные романыAku terus menyakitinya. Mau bagaimana lagi, dia jauh dari harapanku untuk menjalani hidup, terlalu jauh. Meski rasa bersalahku amat besar karena keadaannya yang sekarang.