DUA

10 0 0
                                    

_____•••••_____

Kali ini, menyisir jalanan dengan sepeda bersama teman masa kecil-ku, lagi.

Langit terlihat nyaman untuk dipandang, seperti sedang memanjakan siapapun yang ingin keluar dan memandanginya. Awan-awan putih yang terlihat seperti kapas nampak berkumpul hingga menutupi sinar matahari.

Mentari pagi cukup malu untuk menampakkan sinarnya, membuat daratan bumi dihempas angin sejuk. Kami sengaja menggunakan sepeda, menikmati jalanan dengan mengayuh tanpa membuat udara pagi menjadi polusi.

Namun sayangnya, pandanganku mendapati gambaran yang mengiris hati.

Di pertigaan jalan besar, dengan lampu merah dan beberapa kendaraan yang belum ramai. Netra mataku menatap seorang perempuan. Tidak, bukan karena parasnya yang elok yang membuat aku dan teman laki-laki ku menatapnya.

Perbuatannya ... Perilakunya membuat kami hanya menghela nafas lelah. Jari jemari perempuan itu terlihat cantik dengan kuku-kuku yang diwarna. Namun, kedua tangannya nampak memegang handphone dengan kamera yang terarah pada seseorang yang sedang duduk di samping lampu merah.

Tertawa ... tawa yang kurasa begitu menyebalkan di telingaku, maaf. Aku begitu ingin menghampirinya, menarik handphone dan melemparnya hingga rusak. Sayangnya, lagi-lagi aku tak mampu melakukannya.

Aku hanya bisa menatap sedih pada pria yang sedang bermain dengan sebongkah kayu yang kukira dianggapnya sebuah mobil-mobilan. Beliau tersenyum memainkan mainannya, menciptakan dunia bahagianya sendiri.

Tidak normal bukan berarti membuatmu bisa semena-mena. Berbeda bukan berarti membuatmu merasa di atas. Tawa perempuan yang sedang mengabadikan seseorang yang tidak seharusnya diabadikan membuatku muak.

Hanya karena kamu menaiki sebuah motor bagus atau mobil mahal, bukan berarti segala seisi dunia bisa kau jadikan candaan.

Beliau tidak akan menyadari sedang ditertawakan. Tapi, dimana letak nuranimu?

Bahkan mengambil objek gambar dengan tanpa izin saja sudah melanggar hak orang lain. Dengan tanpa beban, video yang kau tangkap dan mungkin akan dibagikan ke media sosial bisa menjadi hiburan untukmu.

Kita semua tidak pernah bisa berjalan di atas sepatu orang lain. Kita tidak pernah tahu apa yang dilewati disepanjang hidupnya hingga beliau menjadi berbeda. Gelak tawa dan gawai mu mencerminkan nuranimu.

Lagi dan lagi, aku hanya merasa kesal pada diriku sendiri. Aku ingin menegurnya tentang sebuah kesetaraan manusia. Tapi, manusia begitu banyak perbedaan wataknya. Apa yang akan terjadi jika aku menghampirinya dan berbicara tentang semua manusia itu sama? Mungkin perempuan itu hanya akan mengelak dan pergi, atau yang lebih buruk kami bertengkar.

Hanya akan ada lelah yang akan menghampiriku jika aku berhadapan dengannya.

Aku hanya berpesan, jangan ...

Tolong sebisa mungkin jangan melakukan apapun yang dapat 'melukai hati orang lain'

Kita semua berada di bawah langit yang sama. Kita semua berjuang untuk tujuan yang berbeda, namun punya akhir yang sama yaitu kematian. Kita semua bertarung untuk sesuatu yang tidak saling kita ketahui satu sama lain.

So, be kind to everyone.

Dunia dan alam tidak pernah jahat. Tapi, manusianya terkadang begitu mengerikan.

~20 Jan 22, mentari pagi dan sepeda.

_____•••••_____

"Mau beli berapa bungkus mba, mas?" Tanya pedagang nasi uduk yang sudah jadi langganan keluargaku dan keluarganya jika ada kesempatan untuk pergi membeli sarapan.

"Aku tiga bungkus saja bu, semuanya campur pakai sambal ..." ujarku sambil merogoh saku, hendak mengambil uang yang tadi diberikan ibuku untuk membeli nasi uduk.

Namun, sebelum aku menyerahkannya pada ibu penjual, ada tangan lain yang menahannya.

"Pakai uangku saja, sekalian mau nuker jadi receh." Katanya sambil mengeluarkan uang selembar berwarna merah.

"Kamu beli berapa bungkus memangnya?" Tanyaku penasaran.

"Beli satu doang. Cuman buat aku, orang rumah lagi pada pergi semua." Jawabnya membuatku mengernyitkan kening bingung.

"Kalau satu doang, ngapain kau ikut? Kan biasa nitip ke aku." Aku bertanya karena memang biasanya dia sering menyebalkan dengan kebiasannya yang suka 'nitip, sekalian'

"Ndak papa, pengen ikut aja. Sekalian menikmati pagi, jarang-jarang kan aku bangun pagi dan bebas tugas kampus." Elak-nya sambil tersenyum aneh padaku.

Apa-apaan alasannya itu, mencurigakan.

_____•••••_____




613 words.
Thu, 20 January 2022.
18:48.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LAZUARDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang