Chapter 4

1.9K 307 45
                                    

^HAPPY READING^

*

*

Hinata memainkan laptopnya, ia membuka Folder yang ia sembunyikan dengan nama "My Angry Bird", ia terkekeh pelan membaca nama foldernya sendiri, itu mengingatkan bahwa pria yang ia cintai itu memang sungguh pemarah.

Tangan kanan Hinata bergerak di mouse membuka folder yang berisi kumpuan foto-foto mereka saat berkencan, ia tersenyum melihat saat foto mereka berada di taman, kebun binatang, Disneyland, tahun baru, festival dan masih banyak lagi.

Hinata menopang wajah dengan tangan kirinya sambil tersenyum, tatapanya penuh akan kerinduan, ia merindu dengan putus asa namun tak ada yang bisa ia lakukan.

"Aku merindukanmu, bodoh"guman Hinata pelan.

Hinata mungkin menjadi wanita paling bodoh di dunia ini, pria yang menyebabkan kesengsaraan dalam hidupnya itu bahkan tak bisa datang menemuinya namun Hinata masih mecintainya seperti orang gila.

Demi pria itu, Hinata mengorbankan banyak hal, demi cinta yang begitu memabukan itu Hinata kehilangan segala hal yang ia miliki, dengan genggaman hangat itu kini Hinata terjebak dengan perasaan rindu yang tak bisa ia salurkan pada siapapun.

"Takara sungguh mirip denganmu"gumannya pelan.

Hinata mengingat dengan jelas bagaimana tatapan keluarganya saat mereka tahu dirinya hamil sebelum menamatkan sekolahnya, tatapan hina dari teman-temannya dan orang-orang di sekitarnya membuat hari-hari yang di lalui Hinata penuh dengan kesulitan.

Namun suara cerah pria itu saat mendengar bahwa dirinya hamil seperti memenangkan lotre, suara tawa penuh dengan angan akan masa depan mereka membuat Hinata sedikit melupakan bagaimana ia di perlakukan orang lain.

Suaranya di balik sambungan telfon itu masih terekam dengan jelas di ingatannya, suara yang tertanam dalam hatinya seolah pengingat untuknya bahwa putra mereka sungguh beruntung karena memiliki kedua orang tua yang menginginkannya dan mencintainya. Takara bukanlah kesalahan namun hadiah yang tuhan berikan.

.

.

"Ak...aku akan menjadi seorang ayah...."

"Hm..."Hinata diam, mengigit bibirnya di tengah minimnya penerangan, air matanya mengalir. ia khawatir bagaimana jika pria ini juga tak menginginkan bayi ini? bagaimana jika pria itu berpendapat untuk menggugurkannya lebih baik sama seperti keluarga dan orang-orang di sekitarnya? Bagaimana jika....

"HINATA...HINATA....HINATA....HAHAHHAHA...AKU AKAN MENJADI SEORANG AYAH? SUNGGUH?"Hinata mengerutkan dahinya bingung mendengar teriakan di seberang sana dan suara tawa itu?.

"Hm....19 minggu"kata Hinata pelan masih belum yakin.

"apa yang kau lakukan? Jangan meloncat seperti orang gila"

Hinata bisa mendengar jelas suara omelan itu, itu pasti tangan kanan yang sudah sering di ceritakan.

"AKU AKAN MENJADI SEORANG AYAH....HAHAHAHHA"teriaknya lagi tak perduli dengan omelan bawahannya.

"Ka...kau senang? Ap..apa kau tak berfikir ini kesalahan?"suara Hinata membuat suara tawa cerah di seberang sana menghilang dalam seketika.

"Hinata, apa bagimu itu kesalahan? Bagiku apapun yang aku lakukan bersamamu tak pernah menjadi kesalahan entah kemarin, sekarang atau pun di masa depan nanti. Apa kau tak menginginkannya?"tanyanya dingin namun terdengar jelas bahwa ia kecewa dengan pertanyaan Hinata.

YOUNG MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang