Bagian 1

41 9 0
                                    

Happy reading ❤️

Terkadang sendiri itu jauh lebih nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang sendiri itu jauh lebih nyaman

***

Pagi ini seorang gadis yang rambutnya di kuncir kuda berlarian ke sana kemari mencari sesuatu yang ia butuhkan. Gadis cantik yang bernama Pelita itu memakai dasi sekolah dengan tergesa-gesa. Setelah itu ia bercermin dan merapihkan seragamnya. Pelita mengambil tasnya dari atas ranjang lalu keluar dari kamar sambil berlarian kecil. Pelita menuruni setiap anak tangga, saat sampai di lantai bawah. Kaki Pelita berhenti bergerak, mata Pelita melihat ke seluruh penjuru ruangan. Hampa. Hanya kata itu yang kini bisa menggambarkan apa yang Pelita lihat.

"Dan terjadi lagi." Ujar Pelita sambil tersenyum smirk.

Pelita keluar rumah tanpa mengunci pintu. Pelita langsung berlari menuju sebuah sepeda motor yang sudah mangkal di depan gerbang rumahnya yang tidak lain adalah pengemudi ojol. Pelita menepuk pundak si pengendara ojol

"Bang ayo, udah telat nih." Kata Pelita lalu mengambil helm yang ada di spion motor.

"Waduh neng, neng yang lama masa saya yang di marahin." Kata si abang ojol.

"Iya bang maaf, tadi ada atraksi sebentar, makanya lama."

Si pengemudi ojol bingung dan bertanya. "Atraksi apaan neng?" Tanyanya penasaran atraksi apa yang Pelita maksud.

Pelita memakai helm, setelah itu menepuk pundak si pengemudi ojol. "Idih kepo banget abangnya. Udah ayo bang tancap gas. Jangan pake ngerem." Kata Pelita lalu duduk di boncengan motor.

"Nambrak neng kalau gak di rem."

"Udah deh telat ini mah saya. Ngobrol terus gak jalan-jalan. Bisa-bisa kura-kura saya sampai duluan di sekolah dari pada saya."

"Lho neng emang boleh bawa peliharaan ke sekolah? Perasaan anak saya di sekolahnya bawa ayam warna-warni aja gak boleh neng." Tutur si pengemudi ojol justru curhat pada Pelita.

"Kira-kira juga bang, ngapain anaknya bawa ayam warna-warni ke sekolah. Ngadu ayam?" Tanya Pelita bingung dengan sifat pengemudi ojol satu ini. Ada-ada saya kelakuannya.

"Dia bilang mau lawan temennya, siapa yang bisa melihara ayam warna-warni sampai besar dia yang menang."

"Dari pengalaman hidup saya nih ya bang. Jarang saya nemuin orang yang berhasil melihara ayam warna-warni sampai gede. Paling cuma 10% orang yang bisa." Ujar Pelita menjelaskan sesuatu yang pernah ia rasakan bahkan alami

"Kasian dong anak saya. Anak ayamnya udah di kasih makan dedeg setiap hari masa mati." Balas si pengemudi ojol.

"Bebek kali bang di kasih dedeg." Ucap Pelita sewot.
"Anaknya cowok bang? Kalau cowok pasti gak bakalan nangis." Tutur Pelita.

Si pengemudi ojol menggeleng. "Bukan neng. Anak saya tuh perempuan." Balasnya.

Pelita menepuk jidatnya. "Bukan maen, keren bang anak cewek mainnya ayam." Kata Pelita sambil mengacungkan kedua jempol nya.
"Yaudah ayo bang berangkat." Sambung Pelita lalu mendapatkan anggukan dari pengemudi ojol.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang