Bagian 2

19 4 0
                                    

Happy Reading ❤️❤️

Realitanya semakin tumbuh dewasa semakin banyak pikiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Realitanya semakin tumbuh dewasa semakin banyak pikiran.
^_^

____________________________________

Siang ini sekolah Pelita di pulangkan lebih cepat dari biasanya di karenakan para guru akan mengadakan rapat hingga sore hari. Karena jadwal pulang yang di majukan, tukang ojek yang biasa menjemput Pelita jadi terlambat datang. Pelita dengan tas ransel berwarna biru dongker yang ia gendong di punggungnya pun berdiri menunggu di depan gerbang sekolah. Dari tadi sudah banyak murid-murid yang pergi untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Pelita menendang-nendang kerikil kecil di tanah sambil terus mengecek ponselnya, berharap ada jawaban dari si tukang ojek. Rasa bosannya kini mulai melanda. Tanpa sadar ia memanyunkan bibirnya karena bosan.

"Woi Pelita!" Teriak seseorang. Mendengar namanya di panggil Pelita pun menghentikan aktivitasnya dan menoleh.

Pelita melihat Reno yang duduk di atas motor Vespa matic miliknya tidak jauh dari tempatnya berdiri. Reno menyalakan mesin motornya dan melajukannya mendekati Pelita. Pelita menatap Reno yang kini berada di hadapannya.

"Kenapa? Lo manggil gue?" Tanya Pelita.

Reno pun mengangguk. "Mau bareng?" Tanya Reno.

Pelita menggeleng cepat. "Gak usah, gue di jemput ojek." Tolak Pelita.

"Bilang ke abang ojeknya gak usah di jemput. Karena gue yang nganter lo pulang."

"Tapi Ren...."

"Udah gak ada tapi-tapian. Ikut aja, sekali mau gue ajak ke tempat tongkrongan." Ujar Reno.

"Dih fuckboy lo, main ajak cewek ke tongkrongan aja padahal gak ada status." Balas Pelita

"Jadi harus ada status dulu nih baru boleh? Ya udah kalau gitu status yang bagus buat kita apa ya?" Ledek Reno ke Pelita.

"Dih gak waras." Demi dewa Neptunus, kenapa Celina harus memiliki teman seperti Reno, yang nyebelin nya minta ampun.

Namun jika di pikir-pikir ajakan Reno tidak ada salahnya. "Tapi boleh deh, gue bosen di rumah. Lo gak bakalan macem-macem kan sama gue? Kalau sampe lo macem-macem gue patahin batang leher lo!" Ancam Pelita.

"Buset serem amat. Lagian Ta, kita dari kecil udah kenal dan deket. Dan keluarga lo juga tahu gue, gak mungkin gue macem-macem sama lo. Lagian lo kurus kering begitu, mana mau gue. Level gue yang semok kali."

Pelita terbelalak mendengar ucapan Reno, bahkan ia pun memukul lengan Reno. "Body shaming banget lo." Kata Pelita.

"Bercanda, udah ayo." Ajak Reno.

"Tunggu dulu, gue kasih kabar ke abang ojeknya dulu." Ucap Pelita sambil mengetik sesuatu di ponselnya.

Setelah beberapa detik, Pelita memasukkan ponselnya ke dalam saku. Dan berjalan menuju kursi boncengan motor. Ia pun naik dan duduk di sana. Saat merasa Pelita sudah naik, Reno pun memakai helmnya yang sedari tadi ia gantung di tangannya.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang