14

774 134 5
                                    

Kelas sore ini sunyi, bukan karena tidak ada orang melainkan karena para mahasiswa tengah menanti dosen memberikan masukan untuk essay yang mereka tulis. Berfikir itu untuk dirinya dan untuk mahasiswa lain, seisi kelas menahan suara mereka agar masukan apapun dan untuk siapapun bisa mereka dengarkan, itu penting untuk menyusun skripsi meskipun masih beberapa semester lagi.

"Kanemoto Yoshinori?.", Yoshi mengangkat tangan kanannya rendah, kali ini dosen sudah menoleh kearahnya, Yoshi menelan ludah gugup saat sang dosen dengan kernyitan serius di dahi sembari mengangkat rendah kacamatanya itu kembali menatapi kertas ditangannya yang bisa ditebak merupakan milik Yoshi.

"kamu,,, sudah pernah menang lomba essay sebelumnya?".

Mata Yoshi membola kaget, langsung menggeleng ragu. "belum pernah pak.", jawabnya.

Sang dosen makin menatapnya tidak percaya lalu kembali beralih ke laptopnya mungkin untuk menuliskan nilai, membuat Yoshi merasa lucu bagaimana teman-teman lain sudah mulai memberikan senyuman menggoda.

"ini, sudah bisa diambil kembali.", ujar dosen, meletakkan kertas milik Yoshi di pinggir meja. Yoshi segera berdiri dan melangkah kesana.

"terimakasih pak.", ujar Yoshi meraih kertas tugasnya yang disodorkan kearahnya oleh sang dosen "kalau gini harusnya kamu gausah ambil kelas saya saja, saya jadi bingung mau ngajarin kamu apa lagi.", ujar sang dosen sembari memasang raut sedih, membuat seisi kelas tertawa untuk candaan yang entah itu betulan candaan.

Yoshi menggeleng ribut, mengatakan terimakasih lagi sebelum kembali ke kursinya sambilan menutupi wajahnya dengan kertas tugas lantaran tengah menjadi atensi seisi kelas, dia sempat melihatnya tadi bagaimana kertas tugas essaynya amat kosong tanpa tinta merah tanda revisi.

Sepanjang mata kuliah ini setelah sang dosen beralih ke nama lain, Yoshi merasa gugup, dia sadar tengah diperhatikan oleh seseorang, entahlah jika itu teman dekatnya atau orang lain pun tidakmasalah, namun diperhatikan oleh seseorang yang dikenal sebagai orang yang paling pintar seangkatannya—membuatnya merasa seolah telah melakukan dosa besar.

Yoshi berharap kelas cepat-cepat berakhir, sampai waktu itu tiba dia langsung berdiri sembari menyampirkan ranselnya ke sebelah bahu, ingin melangkah keluar kelas melewati seseorang yang membuatnya kikuk sepanjang kelas tadi.

Orang itu tengah memasukkan barang-barangnya kedalam ransel, dapat Yoshi lihat bagaimana orang itu menoleh ke tempat dimana Yoshi duduk tadi dan langsung menengok kesekitaran dengan cepat, menemukan Yoshi yang telah melewatinya lewat belakang, langsung berdiri sembari melangkah cepat menyusul.

"Yoshi!.", panggilnya, dimana Yoshi yang berhenti merasa perlu mundur mepet ke tembok agar teman lain memiliki akses keluar gelas, "i-iya Mashi?".

"periksa essay gue dong."

Ah, yaampun. Tidak tau saja Mashiho bahwa Yoshi sudah overthinking duluan dari tadi.

Saat ini mereka tengah melangkah menuju kantin, dengan Yoshi yang menjelaskan pada Mashiho kenyataan bahwa dia tidak memenangkan lomba apapun, juga kenyataan bahwa—dia memang mengikuti beberapa lomba essay sebelumnya.

Mashiho menangguk-angguk paham, "hmm, pantesan. Gue paham semua orang punya bakat dari lahir, tapi gak pernah denger aja orang yang punya bakat bikin essay dari lahir."

"hahaha, yakali.", mereka menarik kursi, lalu duduk disana.

Mashiho mulai mengeluarkan kertas tugasnya, menunjuk kearah tinta merah yang tersebar, meminta Yoshi untuk mendengarkan pendapatnya dulu mengenai apa dan bagaimana dia akan merevisi nanti, lalu jika Yoshi setuju Mashiho baru akan menanyakan kekurangan dari keseluruhan tulisannya.

Dari belakang, dimana Yoshi duduk membelakangi area masuk ke kantin fakultas, dia dapat mendengar dengan jelas suara dari seseorang yang amat familiar dan ceritanya—tengah ia hindari. Siapa lagi kalau bukan...

sreet!

"Kelasnya udah selesai?".

Mashiho yang tengah membaca kertas tugasnya dalam posisi menunduk pun mengangkat kepalanya kearah seseorang yang tiba-tiba menarik kursi dan duduk dihadapannya, "eh, Hyunsuk hyung?". Hyunsuk tersenyum kecil dan mengangguk, "udah siap, baru banget keluarnya.", sambung Mashiho.

Hyunsuk bergumam ohh dengan nada yang lama, melirik singkat kearah temannya Mashiho disebelahnya, lalu mengernyitkan keningnya kecil menatapi Mashiho dihadapannya yang kembali fokus pada kertas.

"tugas apa?".

"revisi essay."

"eh, lo juga bisa revisi ternyata?".

Mashiho melemparkan tatapan tajamnya, mengangkat ponselnya sembari memberi gestur akan melempar kearah Hyunsuk yang tertawa ribut sembari menggeleng. "kejam amat lo, gue laporin bunda juga baru tau."

"bodo."

Hyunsuk menghela nafas dalam, sekarang beralih menoleh kesamping. "emang ya, sepupu gue yang ini gaada sopan-sopannya sama yang lebih tua."

"temen gue jangan diajak julid Hyunsuk."

Yoshi terkekeh kecil, dilihat dari sisi manapun mereka pasti benar-benar keluarga.

Setelah selesai membaca, Mashiho kembali menyodorkan kertasnya kearah Yoshi, "kalau bagian ini, gue tambahin pendapat ahli, apa bakalan kebanyakan ya?", tanyanya sembari menunjuk kepada sebuah paragraf.

Yoshi menerima sodoran itu, membalikkan kertasnya dan mulai membaca. Hyunsuk celingak-celinguk menatapi dua adik tingkatnya ini tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

"Yoshi lebih pinter dari Mashiho ya?"

Tentu, Yoshi menggeleng ribut dan Mashiho mengangguk sama ributnya.

"tau hyung, tadi bahkan dosen kami bilang kalau beliau gak tau mau ngajarin Yoshi apa lagi, karna essaynya udah sempurna."

"Oh, wow~."

"Terus kan hyung..."

"ekhem, g-gue. Pergi duluan ya, baru ingat ada yang ketinggalan di motor."

Kedua sepupu itu menoleh kearah Yoshi, dengan Mashiho yang mengangguk dan berterimakasih lantaran Yoshi sudah menjawab banyak pertanyaannya.

Mendapati izin pergi membuat Yoshi langsung berdiri, melangkah keluar dari kantin. Sembari melangkah pria itu berhenti sejenak untuk menarik nafas dalam dan menghela cepat, sebelum kembali pergi kearah parkiran fakultas mereka.

Belum jauh, masih beberapa langkah menyusuri halaman belakang kampus lengan Yoshi dicekal hingga membuatnya otomatis berbalik.

Netranya menangkap seseorang yang sama, tengah memberi tatapan kesal yang tidak Yoshi mengerti kenapa, alisnya terangkat menunggu ucapan apapun.

"kenapa, abaiin dm gue?".

To be continued

But I'm A Nerd - YoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang