(1/3)

120 17 5
                                    

i. sur une petite fille et
elle est cachée.

hari ini, semesta memberikan emma sebuah kejutan besar. kemarin, ia masih bisa menatap bulan; melakukan rutinitasnya seperti biasa. mata bulat kepunyaan si gadis kecil sibuk mengamati ke luar jendela, menatap satu-satu kendaraan yang lewat, kadang termenung mengamati seekor tupai berlarian dekat pohon apel yang ibunya sengaja tanam di halaman.

ruang sewarna biru angkasa sudah menyembunyikan emma hampir selama satu dasawarsa. tuan kamar tidur ini sudah hapal betul bagaimana bau pesing emma kecil saat mengompol, atau bau susu yang tumpah di bantalannya dan dibiarkan mengering begitu saja hingga esok hari, atau dengkuran emma saat hidungnya tersumbat, atau bahkan bau keringat emma setelah berlarian sepanjang hari.

padahal, ini adalah rumahnya sendiri. tapi rasanya seperti diculik.

sungguh, setelah terjadi sesuatu waktu itu, ia tak pernah keluar rumah lagi.

dan suatu hari, seseorang datang tanpa diundang. saat itu emma tengah membaca buku (yang cenderung bercerita soal orang-orang dan busuknya perlakuan manusia di luar sana. tentu, ini seharusnya bukan bacaan untuk anak seumurannya).

emma melirik sebuah kunci yang terselip diantara jari-jari wanita itu. suara sepatunya terus mengetuk lantai hingga sampai di karpet bulu tempat ia bermain.

kunci kamar ini, seharusnya tak ada orang yang bisa menyentuhnya kecuali sang ibu.

"luna, nama saya luna."

pikiran anak-anaknya memilih untuk tak begitu menaruh peduli pada orang asing yang tiba-tiba datang ini. ia bahkan bukan seorang peri seperti yang ada di buku dongeng, untuk apa mendengarkan? tidak berguna.

"tidakkah kamu ingin tahu arti nama saya?"

emma bertindak acuh, pensil warna dan buku menggambarnya entah kenapa hari ini jadi lebih menarik.

"bulan. luna artinya bulan. saya tahu kamu suka melihat bulan, bukan begitu?"

mendengar itu, emma mulai tertarik, "apa kamu datang dari bulan?"

wanita itu terkekeh pelan, "anggap saja begitu."

emma memperbaiki posisi duduknya, kini bergeser pada luna lebih dekat. matanya membulat, menatap antusias.

"kenapa kamu kemari? apa kamu datang karena mendengar permohonanku, nona luna?"

permohonan?

"saya datang-karena saya telah membuat janji denganmu."

"janji?"

"iya, janji."

emma bahkan sudah lupa kapan terakhir kali ia bicara pada orang asing, atau bahkan kapan terakhir kali ia bertemu seseorang selain ayah dan ibunya, ia sudah tidak ingat. bertahun-tahun ruangan ini menyembunyikan emma dari dunia luar. tak tau hari, tak tahu tanggal, tiba-tiba, seseorang datang; mengaku telah mengikat janji dengan dirinya.

bukankah ini aneh? []

. . .

a/n: setelah bab ini, dongeng akan disampaikan melalui sudut pandang nona bulan.

moonchildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang