4. Pengakuan

12.2K 1.2K 157
                                    

Taeyong memasak makan malam dengan perasaan yang membuncah dan juga berdebar. Setelah bertahun-tahun ia menunggu akhirnya, semuanya kembali. Keluarga bahagia, yang selalu ia impikan. Taeyong hanya berharap makan malam kali ini, tidak berakhir seperti makan malam lima tahun yang lalu. Mengingat hal itu, membuat Taeyong ingin sekali berteriak sekencang mungkin, menyuarakan perasaannya yang begitu sakit, tapi entah kenapa, perasaan bahagia justru mendominasi dirinya. Karena dirinya, yang amat sangat mencintai suaminya, hingga tidak ada yang bisa Taeyong lakukan kecuali tersenyum.

Sementara di meja makan, Jaehyun hanya terduduk dengan kaku, memandangi punggung Taeyong, yang tengah sibuk berkutat dengan peralatan masak. Hatinya berdenyut sakit, ingat jika ia pernah menyakiti Taeyong hingga begitu dalam, di tambah fakta, jika ia pergi dalam keadaan Taeyong yang juga tengah mengandung. Jaehyun datang kembali tanpa tahu malu, memeluk dan meminta maaf, yang mana tidak akan merubah apapun. Kenapa ia diterima dengan begitu baik? Tanpa ada tatapan benci ataupun marah, yang Jaehyun dapat malah, sebuah tatapan rindu dan rapuh. Rasa bersalah semakin menyeruak dalam dirinya, seharusnya Jaehyun sudah tidak pantas untuk pulang kembali dirumah.

"Ayah."

Jaehyun tersentak saat merasakan tangan hangat Jeno, menyentuh punggung tangannya. Jaehyun hanya menatap Jeno dengan sendu, tidak berani menyahut panggilan dari Jeno.

Jeno memajukan tubuhnya, meraih toples yang berisi cookies pada genggaman Ara, yang sedang duduk disebrang, berhadapan dengan Jeno.

"Kak Jeno!" Teriak Ara tak terima, saat toplesnya direbut begitu saja.

Jeno menyodorkannya pada Jaehyun, "Sebelum ayah pergi, ayah harus mencoba cookies buatan bunda."

Jaehyun tertegun mendengar penuturan dari Jeno. Jaehyun mengangguk pelan, dan mengambil satu, sebelum menggigitnya. Jaehyun menengadahkan kepalanya ke atas menahan laju air mata yang akan keluar begitu saja. Semuanya terasa begitu menyesakkan, ia lah penyebab rasa sakit yang terjadi dalam rumah ini.

"Setelah ayah pergi, bisakah ayah kembali lebih cepat? Aku hanya tidak mau melihat bunda menangis lagi, seperti waktu itu. Aku marah pada ayah, tapi kata bunda, Jeno tidak boleh membenci ayah."

Pertahanan Jaehyun runtuh, meraih bahu putranya, dan mendekapnya dengan erat, menenggelamkan Jeno pada tubuhnya dan terisak. "Maafkan ayah, Jeno."

Jeno hanya terdiam tidak berniat membalas pelukan sang ayah. Entahlah, hatinya hanya terasa begitu enggan untuk membalas pelukan ayahnya. Rasanya sudah tidak seperti dulu lagi.


Brak!

Ara, memukul meja dengan kuat, saat merasakan ia tengah diabaikan begitu saja dan tak terlihat. "Ara, juga mau pelukk~"

Taeyong menghampiri meja makan, dan meletakkan masakan terakhirnya, dengan deheman kecil agar suasana tidak terlihat canggung.

Jeno menoleh, melihat Taeyong yang juga sedang menatapnya. "Bunda?" Taeyong tersenyum kecil, dan mengangguk.

"Aku memaafkan ayah, karena bunda."

"Sudah, ayo makan!" Seru Taeyong, membuat semuanya patuh dan menganggukkan kepala.

Hanya keheningan yang mengisi meja makan, dan suara denting sendok yang beradu dengan piring. Bahkan Ara makan dengan tenang.

Taeyong mengusap pelan surai putrinya, yang telah menyelesaikan makannya. "Malam ini, Ara tidur dengan kak Jeno ya? Hanya malam ini, besok Ara boleh tidur dengan bunda lagi."

Can't stop Loving you - Jaeyong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang