part 1

8 0 0
                                    

Seorang gadis memandangi lekat bangunan dihadapannya yang dimana akan menjadi sekolah barunya.

"Semoga isinya kayak bangunanya bagus"gumam gadis dengan nama lengkap Raliansa Aqueena Meilisa sambil melangkahkan kakinya memasuki bangunan tersebut.

"Pagi Pak, kalau boleh tau ruangan kepsek dimana ya?" Tanya gadis itu pada satpam yang sedang berada di pos satpam.

"Pagi Neng, Neng murid baru?" Jawab satpam tersebut

"Iya Pak"

"Kalau begitu saya antar saja"

"Boleh Pak?"

"Boleh atuh Neng, ayo Monggo"

Raliansa mulai mengikuti langkah satpam yang mengantarkannya ke ruangan kepala sekolah.

Tak berselang lama kini gadis itu sudah berada didepan ruangan yang bertuliskan 'Ruang kepala sekolah'.

"Ini Neng ruangannya, kalau begitu saya permisi ya"

"Baik Pak, terima kasih"

"Ya Neng sama-sama, Mari" pamit satpam tersebut. Raliansa pun mengetuk pintu dihadapannya

"Masuk" ucap seseorang dari dalam sana.

Dengan segera Raliansa membuka pintu ruangan tersebut dan terlihat seorang pria paruh baya yang sedang mengecek berkas-berkas dihadapannya sambil ditemani dengan secangkir kopi dimejanya.

"Permisi Pak" ucap Raliansa

***

Setelah bertemu kepala sekolah kini Raliansa sudah berada didalam kelasnya dan berusaha memahami apa yang dijelaskan oleh sang guru Fisika.

Namun tak lama suara bel yang menandakan jam istirahat pertama berbunyi dengan nyaring, membuat guru Fisika tersebut menghentikan pembelajarannya.

"Baiklah anak-anak cukup sampai disini pelajaran kita hari ini ketemu lagi di pertemuan selanjutnya".

***

"Hai Ra, mau ngantin?" Tanya gadis yang duduk dihadapan Raliansa yaitu Aruna Tanisha gadis dengan rambut ikal dan bando berwarna biru yang melekat di kepalanya.

"Boleh" jawab Raliansa lalu segera membereskan mejanya.

"Lu gak ajak gua gitu Na?" Ucap gadis berambut sebahu dan diikat satu dibelakang itu, yang duduk bersebelahan dengan Aruna, dia adalah Diandra Estiana.

"Kagak" jawab Aruna

"Oh gitu, oke fine thank you." Kesal Diandra

"Ututu tayang, becanda doang buset" ucap Aruna merangkul bahu Diandra.

"Ayo Ra" ajak Aruna menarik tangan Raliansa.

Ketiga gadis itu terus melangkah menuju kantin untuk mencari isian untuk perut mereka yang sudah keroncongan meminta diisi.

"Oiya Ra, lu kan anak baru nih ya lu harus hati-hati" ucap Diandra.

"Loh kenapa?" Tanya Raliansa

"Disini ada satu geng yang suka bully murid baru atau pun murid yang keliatan lemah dimata mereka, dan lu jangan sampe berurusan sama mereka deh" jelas Diandra membuat Raliansa sedikit menarik ujung bibirnya.

"Udah gua duga" gumam Raliansa namun terdengar samar-samar oleh kedua teman barunya itu.

"Maksudnya gimana Ra?" Tanya Aruna memastikan.

"Ah nggak kok" jawab Raliansa

"Udah lah ayo gua udah laper nih" ucap Diandra.

Saat mereka sudah berada di pintu masuk kantin mereka menghentikan langkahnya sesaat.

"Seperti biasa" ucap Diandra saat melihat pemandangan yang sering terjadi saat dikantin.

"Maksud lu mereka?" Tanya Raliansa.

"Yups" jawab Diandra menarik tangan kedua temannya untuk segera duduk di bangku yang masih kosong.

"Ra mau pesen apa? Biar kita berdua beliin" tanya Aruna.

"Nggak deh, gua masih kenyang kalian berdua aja" jawab Raliansa

"Yaudah lu tunggu disini oke?" Ucap Aruna

"Beres" jawab Raliansa mengacungkan jari jempolnya.

Aruna dan Diandra sudah meninggalkan Raliansa sendirian. Sedangkan Raliansa gadis itu masih memandangi adegan pembully an yang dilakukan oleh beberapa gadis itu.

Raliansa cukup heran mengapa tak ada yang membela orang yang dibully oleh sekumpulan gadis itu.

Sudah cukup Raliansa tak tahan melihat adegan ini, gadis itu memutuskan untuk menghampiri mereka.

Raliansa menahan tangan gadis yang akan menumpahkan segelas es jeruk pada seorang gadis yang tersungkur lemas di lantai kantin.

Dengan cepat Raliansa membalikkan arah gelas itu dan menumpahkannya kepada gadis yang berpakaian ketat itu. Tentu tindakan Raliansa membuat gadis itu naik pitam dan beberapa orang dikantin tercengang melihat tindakan yang dilakukan Raliansa. Termasuk Aruna dan Diandra yang sedang memesan bakso kedua gadis itu terdiam bagaikan patung dengan mata yang melotot.

"Bangun" ucap Raliansa mengulurkan tangannya pada gadis yang tersungkur dilantai tadi.

Penampilan gadis itu sudah sangat mengenaskan rambutnya berantakan karena jambakan yang diberikan kepadanya tadi.

Dengan gemetar tangan gadis itu mulai terjulur dan dengan cepat Raliansa membantunya berdiri.

"Lu! Berani-beraninya lu usik gua!" Kesal gadis yang tadi disiram segelas es jeruk oleh Raliansa.

"Lu gatau gua siapa hah?!" Ucapnya penuh emosi.

"Gua ga peduli siapa lu, dan itu ga penting" ucap Raliansa meninggalkannya begitu saja dan membawa gadis tadi ke toilet.

"M-makasih" ucap gadis itu

"Sama-sama, nama lu siapa" tanya Raliansa

"D-dara" jawabnya

"Okey Dara, gua Raliansa" ucap Raliansa

"Ra!" Panggil Diandra dari arah belakang membuat Raliansa menghentikan langkahnya.

"Ada apa?" Tanya Raliansa

"Lu tuh ya, udah gua bilang jangan sampe berurusan sama mereka" ucap Diandra.

"Kita omongin nanti ya, gua temenin dia ke toilet dulu" ucap Raliansa

"Ra!" Panggil Diandra.

"Runa, boleh ga bantuin gua?" Tanyanya pada Aruna

"Boleh, kenapa" jawab Raliansa

"Temenin dia ke toilet gua beli minum dulu" ucapnya

"O-oke" jawab Aruna

"Thanks Na"

Raliansa mulai melangkahkan kakinya untuk kembali ke kantin dan membeli sebotol air mineral namun langkahnya terhenti ketika tidak sengaja menabrak dada bidang seorang pria.

"Raliansa Aqueena Meilisa?" Ucap pria itu sembari memandangi papan nama yang ada diseragam Raliansa. Sedangkan Raliansa gadis itu hanya memandangi wajah pria dihadapannya dengan tatapan sinis.

"Gua Rafael" ucapnya mengulurkan tangannya pada Raliansa.

Tak berniat menggubris ucapan pria dengan nama Rafael itu, Raliansa memilih untuk pergi meninggalkan mereka.

"Ck, dia pikir dia siapa?"  Gumam Rafael kesal.

Mysterious girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang