part 2

3 0 0
                                    

Kegiatan di sekolah sudah berakhir para siswa dan juga guru-guru mulai meninggalkan kawasan sekolah, begitu pula dengan Raliansa gadis itu berdiri di halte untuk menunggu jemputan supirnya.

"Ekhem" suara deheman milik seorang pria terdengar ditelinga Raliansa gadis itu melihat ke samping dimana ia melihat Rafael dengan sebatang rokok ditangannya, membuatnya bergeser dan mengibaskan tangannya didepan wajah.

Tak lama Rafael mematikan rokok itu dan membuangnya lalu menginjak sisa rokok tersebut.

"Nunggu siapa? Mau gua anter balik?" Tawarnya.

"Gausah thanks" tolak Raliansa.

"Yakin?" Tawarnya sekali lagi namun tak digubris oleh Raliansa, gadis itu memilih menunggu ditempat lain, daripada terus meladeni pria itu. Namun baru beberapa langkah ia melangkah tangannya ditarik oleh Rafael.

"Tunggu" ucap pria itu.

"Apaan lagi sih?" sewot Raliansa menghempaskan genggaman tangan Rafael.

"Lu harus hati-hati, selain lu anak baru lu juga udah berani lawan Clarista" ucapnya

"Lu bisa minta bantuan gua, kalau mereka ganggu lu" lanjutnya sembari tersenyum meremehkan Raliansa.

"Gak perlu" balas Raliansa.

"Gak usah sungkan, gua bakal selalu bantu lu kok. Gua duluan ya" ucap Rafael meninggalkan Raliansa dan mengambil sebatang rokok lagi dari sakunya dan menyalakan rokok tersebut.

Tak lama sebuah mobil berhenti tepat dihadapan Raliansa dan perlahan sang pengendara menurunkan kaca mobil tersebut, dan terlihatlah sosok Julian Kakak laki-laki Raliansa yang sedang tersenyum tanpa dosa.

Raliansa membuka pintu mobil tersebut, dan bersiap-siap mengeluarkan kata-kata umpatan untuk sang Kakak.

"Babi lu, lama amat anjir" gerutu Raliansa.

"Ketiduran gua" ucap Julian mulai menjalankan mobilnya.

"Iye dah serah lu Bang" kesal Raliansa.

"Gimana kepala lu? Sakit lagi kagak?" Tanya Julian

"Kagak, mungkin karena dosis obatnya agak ditambah" jawabnya.

"Kalau lu ngerasa sakit lu bilang aja ke guru minta pulang cepet" ucap Julian.

"Hm, gua tidur ya Bang" ucap Raliansa mulai mencari posisi duduk yang pas agar dirinya dapat tertidur.

***
Matahari mulai terbenam Raliansa menggeliat diatas kasur dan memposisikan dirinya untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang sembari memegangi kepalanya.

Tokk.. tok..

Suara ketukan pintu itu berasal dari luar kamar Raliansa dan tak lama pintu itu terbuka dan menunjukkan keberadaan sang Ibu dengan nampan yang berisi makanan dan segelas air dan tak lupa obat yang harus diminum oleh putrinya itu.

"Loh udah bangun Nak? Baru aja Bunda mau bangunin kamu" ucap Rininta.

"Bunda padahal gausah repot-repot Aku bisa turun" ucap Raliansa menerima nampan tersebut.

"Ah nggak apa-apa sayang, ayo dimakan abis itu obatnya diminum ya"

"Iya Bun, makasih"

"Sama-sama sayang, Bunda tinggal ya ada tamu dibawah" pamit Rininta mengelus surai putrinya.

Rininta meninggalkan putrinya dan menutup pintu perlahan sembari melambaikan tangannya.

"Dek! Yuhuuuuu" terdengar suara Julian yang menonjolkan kepalanya disela-sela pintu yang sedikit terbuka.

"Apaan lagi" tanya Raliansa membuang nafasnya kasar.

"Gua mau mintol" ucapnya polos mulai mendekati Raliansa yang sedang melahap makanannya.

"Mintol apaan?"

"Ntar malem gantiin gua balapan ya?" Pinta Julian.

"Kagak aelah, lu sendiri tau kan gua lagi sakit" jawab Raliansa.

"Ayolah Dek, demi Aodra"

"Kagak kagak, lu aja sono"

"Lu kan tau, gua ga sanggup lawannya berat Dek, cuma lu yang bisa"

"Kagak elah, gua aduin Bunda loh lu nyuruh gua balapan"

"Ayolah Dek"

"Kagak kagak"

"Gua traktir martabak deh sebulan"

"Gila lu, gendut iya gua ntar"

"Dek plis lah"

"Si Bintang aja kalo gitu"

"Bintang kagak bisa"

***
21.00

Kini Raliansa berada diarena balapan sebenarnya ia terpaksa menuruti kemauan kakaknya.

"Mana sih, kaga tepat banget" gerutunya pada beberapa teman Julian yang berada disampingnya.

"Kagak tau tuh" jawab Sera.

"Tapi lu beneran gapapa Queen?" Tanya Gema.

Queen adalah nama panggilan Raliansa di Aodra. Sedangkan Aodra itu adalah nama geng motor yang diketuai oleh Julian. Ntah bagaimana bisa orang seperti Julian bisa menjadi ketua geng motor.

Brum... Brumm...

Suara deruman motor terdengar ditelinga Raliansa dan juga teman-temannya. Membuat mereka menatap kearah sumber suara.

Hingga sebuah motor berhenti tepat disamping Raliansa dan sang pengendara mengulurkan tangannya pada Raliansa.

"Sorry telat" ucapnya.

"Langsung aja ye El" ucap Sera.

"1"

"2"

"3"

Ucap seorang gadis yang berdiri digaris start sembari mengangkat bendera.

Raliansa terus melajukan motornya dengan kecepatan tinggi dan berhasil memimpin didepan.

Bila ditanya bagaimana dengan orang tuanya? Ntahlah Raliansa menyerahkan urusan itu pada Julian bila ia terciduk ataupun dimarahi oleh kedua orang tuanya ia akan menyalahkan Julian terlebih dahulu.

Tak berapa lama garis finish ada depan dengan jarak beberapa meter lagi, lawan Raliansa mengambil alih posisi Raliansa yang memimpin namun tak lama karena Raliansa berhasil mencapai finish lebih dulu.

Teman-teman Raliansa bersorak ria, menyoraki nama Queen, dan Gema yang sedang video call dengan Julian agar ketua nya itu dapat menyaksikan bagaimana adiknya menghadapi ketua Alaska.

Sera dengan segera memeluk Raliansa, begitu juga dengan Gema dan anggota Aodra lainnya.

"Lu berhasil Queen" ucap Sera.

"Haha, udah gua pengap" ucap Raliansa membuat teman-temannya berhenti mengerumuni dirinya.

Perlahan gadis itu membuka helm full face nya dan menampilkan rambutnya yang tak terikat terurai begitu saja.

"Cong-" ucap lawan Raliansa yang terpotong saat ia menyadari siapa yang baru saja ia lawan.

"Lu?!" Ucapnya membuat Raliansa menatap pria itu yang tak lain Rafael.

Mysterious girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang