Mira menatap gelisah putrinya yang sangat pucat, tadi sewaktu masih di tempatnya bekerja, Tere menelfon jika Mecca sakit dan Tere sedang ada di perjalanan mengantarkan Mecca untuk pulang. Mira lantas langsung pulang.sampai di depan rumah, Mecca dan Tere sudah sampai lebih dulu dan menunggunya agar pintu rumah bisa di buka dengan duduk di kursi teras rumah.
"Yaampun, bentar-bentar tante bukain pintunya," Ujar Mira yang berjalan tergesa sambil mencari kunci pintu di tasnya.
setelah pintu terbuka, Mira dan Tere bersamaan memuntun Mecca menuju kamar Mecca dan menidurkannya disana.
Tentu saat ini Mira sangat khawatir dengan kondisi putrinya itu. Mira menyentuh jidat Mecca yang terasa hangat saat bersentuhan dengan punggung tangannya.
"Badan kamu hangat, Bunda ambilin obat ya? atau kita ke rumah sakit aja biar dokter periksa?" tanya Mira.
Dengan lemas Mecca menjawab, "Gak usah bunda, Mecca mau sama bunda aja," jawab Mecca dengan suara serak dan lemas.
"kalo gitu bunda ambilin obat sebentar," Mira lantas keluar dari kamar Mecca dan meninggalkan keduanya.
"Ca, lo ga usah pikirin ya masalah tadi, itu bukti kalo dia iri sama lo," Ucap Tere.
"Gue bakalan selalu bantu lo kok," tambah Tere.
Tere juga ikut sedih dengan kejadian hari ini, lihat saja nanti ia pasti akan membuat medina mengaku telah melakukan ini semuanya.
"Nih Ca obatnya, duduk dulu ya," Ujar Mira yang kembali datang membawakan obat penurun panas dan segelas air putih untuk Mecca.
Mecca mendudukan dirinya dengan bersandar pada kepala ranjang tidurnya. sedangkan Mira duduk di tepi ranjang membantu Mecca meminum obatnya.
"Tadi pagi kayaknya kamu semangat bengat Ca berangkat sekolah pagi, sekarang sakit, di sekolah ga ada apa-apa kan?" Tanya Mira.
Tadi pagi ia berangkat lebih pagi dari biasanya bukan karena terlalu bersemangat tapi karena ia menghindari mahesa yang akan menjemputnya.
"Gak papa kan tere?" kini Mira berganti menatap tere.
harus menjawab apa Tere? tidak mungkin kan ia mengatakan semuanya dengan jujur?
"Em---," Tere bingung harus menjawab bagaimana, sedangkan Mira menatapnya dengan tatapan menunggu jawaban dari Tere.
Tok Tok Tok
Tiba-tiba terdengar sebuah ketukan pintu, membuat Mira menatap arah lain.
"kayaknya ada tamu?" ujar Mira.
"Bi--biar Tere aja ya buka tante, tante nungguin Mecca aja," usul Tere sekalian menjadi alasan kabur dari pertanyaan Mira tadi.
Tere keluar dari kamar Mecca sambil menghembuskan nafas lega, untung saja ada hal yang membuat ia tidak menjawab pertanyaan Mira, namun tetap saja nanti Mira juga akan mengetahui semua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahesa: Imprecation
JugendliteraturKarena sumpah serapah yang diberikan Medina, Mecca yang notabenenya seorang playgirl di Amerta. Kini menjadi sulit untuk mendapatkan 'pacar' terlebih untuk mendapatkan hati seorang Mahesa si sulung kaya raya yang dijuluki sebagai sultan Amerta, pemi...