- 14; End of Journey

441 44 5
                                    

Begitu banyak hari berlalu, membuat Beomgyu merasa jika ia sedang membuang-buang waktunya. Di dalam kepalanya, ada bayangan wajah Huening Kai beserta ungkapan perasaan anak itu kepadanya. Beomgyu tidak bisa menghitung pasti, kapankah dia menggantung segalanya. Meskipun Kai tampak tidak pernah bertanya, tetapi Beomgyu tetap saja merasa tidak tenang dan hatinya pun selalu berteriak merindukan keberadaan sosok jangkung dengan wajah blasteran tersebut. Maka, tanpa sama sekali lagi berpikir, Beomgyu meraih ponselnya, bertanya jika Kai bisa datang menemuinya atau tidak. Dan kurang dari satu menit, anak itu bilang akan datang dalam satu setengah jam, karena berbenturan dengan kelas untuk mata kuliah satu lagi di hari ini.

Kemudian, Beomgyu bergegas merapikan beberapa sisi ruang yang menurutnya perlu dibenahi. Meski sedikit, ia rasa, dengan suasana yang lebih bersih akan memberikan rasa lebih tenang dan mereka bisa berpikir jernih. Entah kenapa, ia merasa jika kunjungan Kai kali ini membuatnya ingin sekali tampak luar biasa. Ia juga tetap punya rasa kepercayaan yang tinggi, ingin terlihat menarik untuk seseorang yang ia yakini sudah berhasil mengambil hatinya.

Masih ada waktu tiga puluh menit lagi dan Beomgyu menyembunyikan rasa gugupnya dengan berada di dapur, memasak apa pun yang ia bisa. Tanpa mempedulikan apakah Kai akan menyukainya atau tidak, tetapi ia positif yakin jika masakan yang ia buat memang disukai semua orang tanpa terkecuali. Kemudian, sekaligus memeriksa kulkasnya dan beruntung sekali ia sudah memenuhinya dengan banyak minuman. Setiap menit pun detik yang berlalu, tak disadari Beomgyu telah lewat dan sesuai janjinya, Kai datang di waktu yang tepat—meski beberapa menit lebih sedikit.

Suara bel dekat pintu depan terdengar nyaring di telinga Beomgyu, membuat ia bergegas melangkah ke tujuannya, merapikan kembali rambutnya secepat mungkin sebelum membukakan pintu untuk Kai.

Tak ada kata spesifik tentang bagaimana Huening Kai di mata Choi Beomgyu saat ini. Segala kerinduan yang telah tertahan hingga meluap, membuat Kai tampak lebih tampan. Beomgyu tak menyadari jika Kai cepat sekali berubah. Wajahnya lebih tegas, warna rambutnya yang ketika itu pirang, kini berubah coklat muda—mungkin sudah ia cat kembali. Rahangnya tajam, tetapi masih dengan senyuman yang sama. Kai masih tetap terlihat manis dan tampak sangat tinggi berada di hadapannya.

Kai mengernyitkan dahinya ketika melihat Beomgyu tertegun, terdiam di tempatnya. Tidak ada senyuman. Kai tersenyum canggung, "Kak?"

Seketika, Beomgyu tersadar dari lamunannya. Ia berkedip beberapa kali, demi kembali kepada kenyataan dan wajahnya tampak memerah sambil tertawa kaku.

"A, ah. Maaf. Silahkan masuk."

"Permisi."

Kai melangkah masuk sejenak, lalu mempersilahkan Beomgyu untuk berjalan lebih dahulu setelah menutup pintu. Ia pun mengekor sang pemilik ruangan hingga keduanya sampai ke ruang tengah dan mempersilahkan Kai duduk di sofa. Sebelum Beomgyu bertanya ingin minum apa dan beranjak ke dapur untuk mempersiapkan teh yang diinginkan Kai.

Selama menunggu, Kai kembali mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan yang ia rasa, lebih rapi dari ketika ia datang ke sana. Yang justru jelas sekali berbeda adalah bagaimana aroma masakan menyapa indera penciumannya. Kai pun seketika berpikir; apakah Beomgyu benar-benar mempersiapkan pertemuan ini dengannya? Jujur saja, ia tidak ingin terlalu percaya diri, tetapi jika memang benar, Kai merasa sangat terhormat.

Selang kurang dari satu menit, Beomgyu kembali kepadanya dengan secangkir teh dalam genggaman, lalu menaruhnya di atas meja kecil tepat di hadapan Kai. Setelahnya, Beomgyu pun duduk di sebuah kursi bulat yang tingginya sama, tak jauh di sebelah sofa yang sedang Kai duduki. Hanya saja Beomgyu ada pada pandangan sebelah kanan. Keduanya saling berhadapan, usai Kai ditawari untuk meminum tehnya dahulu.

Yours ( Beomkai / Kaigyu )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang