FEUILLETON

921 118 6
                                    

Sambil nunggu jam makan siang ya~
.

//DRAMA//
.
.
.
Selamat membaca
.
.
.

Hari kerja memang selalu berat, ada saja hal yang menguras energinya selama di kantor. Entah Junghyun yang menolak usulan proyeknya ataupun staf yang tak kunjung paham dengan keinginannya. Jungkook itu akan berbeda selama ada di kantor. Seorang Jeon muda perfeksionis dan profesional dalam banyak hal.

"Gandakan dengan benar! Tinta berwarna saja sudah disediakan oleh perusahaan. Bukankah sudah kukatakan jika harus berwarna?!" Jungkook hampir naik darah karena seorang anak magang yang tak becus menggandakan materi rapat yang akan di gelar setengah jam lagi. Bukan, Jungkook tidak marah, hanya saja cara bicaranya sedikit ketus jika mendapati hal yang tidak sejalan dengan keinginannya.

Sudah Junghwan yang bangun kesiangan hingga harus menemaninya menghadap guru, membuatnya ikut terlambat dengan Lisa yang masih 'ngambek'. Entah apa gerangan yang membuat wanita itu marah cukup lama. Jungkook kan jadi pusing dan frustasi. Sudah tidak tidur peluk Lisa, di kantor ada saja yang memancing emosi.

Anak magang tadi langsung lari tunggang langgang setelah Jungkook mengusirnya. Banyak stafnya yang segan pada bungsu Jeon itu. Meski terpaut usia, dimana Jeon muda itu jauh lebih muda, para staf senior sangat menghormatinya. Selain perfeksionis dan profesional, bekerja dibawah manajemen Jungkook dalam divisi itu menyenangkan. Pemuda itu tahu bagaimana menghormati dan menghargai setiap orang. Hanya saja kesalahan kecil saja dapat membuat bungsu Jeon itu tak suka.

Jika Jungkook di rumah tipikal suami takut istri, maka sebaliknya dengan di kantor. Banyak orang segan padanya. Bukan karena putra bungsu pemilik perusahaan, tapi berkat kerja keras dan otak cemerlang pemuda itu. Setelah sempat marah-marah perkara sepele, Jungkook nyatanya mampu memuaskan para dewan direksi dengan proyek barunya. Bahkan mentraktir anak magang dan staf divisinya dengan kopi hangat dan makan siang.

Setelahnya mereka kembali bekerja hingga jam pulang tanpa lembur. Jungkook tak terlalu suka jika ada karyawan di divisinya yang lembur, apabila bukan deadline proyek mereka yang mengharuskan lembur. Itu berarti mereka menyia-nyiakan jam kerja dan mengurangi waktu untuk berkumpul dengan keluarga atau teman mereka di luar kantor. Hidup itu harus seimbang kawan.

Tapi agaknya keinginannya untuk quality time dengan keluarganya sendiri jauh dari ekspektasi. Sepulang kantor dan tiba di rumah bukannya senyum manis sejuta watt Lisa yang menyambutnya. Namun sebuah silent treatment lainnya dari sang istri tercinta.

Junghwan yang ia pandangi hanya mengangkat bahunya tak tahu menahu atas dasar apa sang ibu marah pada ayahnya. Toh ia masih disayang-sayang seperti biasanya oleh sang ibu, di jemput lalu di ajak makan siang bersama dengan Jaeyoung dan ibunya di restoran Swiss.

"Sayang~" Panggilnya dengan tangan mulai melingkar ke pinggang ramping sang istri dan dagu yang menyandar di bahu sempitnya, "Tidak ada kecupan selamat datang?"

Tak ada jawaban. Lisa tetap sibuk di dapur membuat makan malam untuk mereka bertiga. Wanita itu bahkan dengan mulusnya melepas pelukan Jungkook, membuat ayah muda itu memberengut dan berjalan ke kamar mereka.

Junghwan sendiri tak memperhatikan apa yang orang tuanya lakukan. Bocah itu memilih fokus pada kartun kelinci merah mudanya dengan bermain lego di lantai.

"Hwan-ah~ panggil Daddy-mu untuk makan malam." Pinta Lisa pada sang putra. Padahal biasanya ia akan memanggil sang suami sendiri, sekaligus curi-curi waktu untuk kau tahu lah, mungkin cium atau lainnya sebentar.

Junghwan sih menurut saja daripada kena amuk sang nyonya besar dan ikut didiamkan seperti sang ayah. Dengan malas, anak itu memanggil ayahnya.

"Daaad~ makan malam!!" Teriak anak itu saat tak mendapati ayahnya dimanapun di kamar orangtuanya. Namun ia yakin sang ayah mendengar karena setelahnya suara air terdengar, menandakan bahwa Jungkook mulai menyudahi acara mandinya.

MA PETITE FAMILLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang