9

76 4 0
                                    

Tahun ini ngapain ya?

..

Satu pekan berlalu,akhirnya Haechan mulai nyaman bekerja ditempat Mark. Nyaman karena perlakuan karyawan yang jabatannya lebih rendah darinya,dan perlakuan Mark selama ini.

Entah mengapa,Haechan merasa aman didekat Mark.

Haechan sedang bersantai disofa rumahnya. Dia sedang melamun,tapi otaknya masih memikirkan kata-kata Mark satu minggu yang lalu.

"Jujur saja,aku tidak ingin kehilangan Mark lagi. Tapi bagaimana untuk menerima nya kembali?apa Jaemin tahu bagaimana caranya?dan aku akan memberinya waktu untuk beradaptasi dengan Chenle dan diriku. Apakah itu benar?" Tanya Haechan didalam hati.

"Huh....ternyata asik sendiri si pemilik rumah ini" kata seseorang dibelakang Haechan.

Haechan tau ini suara siapa.
Ya,Jaemin.

"Hei,kenapa melamun sih?kau sepertinya sedang banyak pikiran?"

"Jaeeeemmm!" Seru Haechan merengek pada Jaemin.

"Aku harus bagaimana!dengar ceritaku. Oke,jadi satu minggu yang lalu mantan suamiku melamarku yang kedua kalinya. Aku ingin menerimanya,tapi bagaimanaaa!masa hanya menjawab 'iya,aku mau' begitu saja?" Keluh Haechan.

"Chan,kau tidak papa kan?perasaan 3 hari yang lalu kau menyebutnya 'buaya' tapi sekarang seperti anak remaja yang sedang jatuh cinta?secepat itu kau luluh?atau jangan jangan kau saat kecil sering hampir diculik ya?" Tebak Jaemin.

"Is!bukan seperti ituuu!"

"Habisnya kau begitu saja sudah luluh. Begini saja. Kau pelan pelan tunjukkan jika kau sudah menerimanya tapi tidak kau katakan. Seperti ajak dia menginap,tidur bersama,berpelukan atau yang lainnya. Lakukan seperti kau baru saja menjadi istrinya. Aku yakin suatu saat dia bertanya 'apa kau menerimaku kembali?' Dan saat itulah kau jawab 'tentu saja,kenapa tidak' begitu Chan!"

"Kau memang sahabat yang baik!tidak ada solusi paling baik selain dari Jaemin seorang!" Bangga Haechan.

Haechan tersenyum pada Jaemin lama,tapi bayangan bagaimana dia mengatakan itu ada dikepalanya.

"Eh tapi bagaimana jika dia menolakku?secara kan aku sudah mengabaikan dia selama itu" senyum Haechan luntur begitu saja.

"Ya jika kau benar benar ingin kembali,bujuk dia. Jika kau tidak mau yasudah biarkan saja dia menjadi duda" jawab Jaemin santai sambil menyeruput jus jeruk yang dia bawa dari taman sehabis jalan jalan dengan Jeno.

"Kenapa serumit ini?perasaan dulu saat masih pacaran tidak serumit ini?" Pertanyaan bodoh batin Jaemin.

"Ya jelas beda. Secara dulu kalian hanya pasangan yang bermesra saja. Sekarang,diantara kalian ada rumah tangga yang harus dibangun kembali jika sudah runtuh. Tidak segampang dulu saat pacaran Chan"

"Benar juga. Bodoh" Haechan memukul kepalanya.

"Dan jangan lupakan Chenle. Ditengah kalian ada Chenle"

Haechan mulai memikirkan kedepannya. Oh bagaimana ini?seseorang tolong berikan Haechan petunjuk paling benar.

Tapi petunjuk paling benar adalah dari diri sendiri. Apapun keputusannya,pasti Haechan akan pikirkan dulu kedepannya seperti apa.

"Jaem,bisakah kau menjemput Chenle?jadwal meetingku dimajukan"

"Oke"

Jaemin keluar dari rumah Haechan dan pergi mengambil kunci mobil.

Haechan berlari kekamarnya dan mengganti pakaianya dengan jas dan kemeja biru.
Tidak lupa dia membawa jam tangan rolex yang dibelikan Mark.

Sudah rapi,dia pergi keruang tengah mengambil hpnya dan mengambil kunci mobil.

Be Alright!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang