Si Sok Akrab

37 1 0
                                    

"Hei, Kla."

"Hei, Win."

"Temenin ke kantin yuk!" ucap Windi melihat tibanya Kla di parkiran.
Serasa kena todong dan anehnya Kla menurut saja, ia mengangguk seraya menghampiri Windi.

"Omong-omong, kemarin ada yang nanyain kamu, Kla," ucap Windi.

Klarianda mengernyit. Dia merasa tak punya masalah dengan siapapun dan tak kenal juga dengan siapa-siapa di sini, untuk apa mencarinya.

"Senior, tapi lupa namanya," beber Windi.

Klarianda melangkah gontai, tak bicara apapun lagipula bukan sebuah informasi yang menarik dan memang ia tak memiliki ketertarikan terhadap berbagai hal. Apalagi info remeh seperti itu, yang terpenting seingatnya ia tak melakukan kesalahan jadi bukan sesuatu yang patut ditanyakan ataupun dikhawatirkan.

"Oiya, boleh minta Nomor WhatsApp nya kan, Kla?" Windi menyodorkan ponselnya.

Klarianda menatap Windi sejenak, ia tak begitu banyak memberikan nomornya kepada orang lain, hanya neneknya dan petugas listrik, dokter yang merawatnya dulu, dan juga Mang Asep tetangganya. Ia tak ingin berhubungan ke banyak orang, tapi memberitahu Windi bukan suatu yang buruk. Lagipula nanti dia bisa menanyakan terkait kuliahnya, dan sepertinya Kla akan menerima Windi sebagai orang dekatnya.

"Omong-omong, senior itu tampaknya  ngotot banget ketemu kamu loh, Kla."

Klarianda tak menepis ucapan Windi, dan mengambil posisi di bangku depan kantin dan mengusap layar ponselnya, dan membiarkan Windi menuju tempat pesanan.

"Bentar ya, Kla."
Klarianda mengangguk, sesaat kemudian Windi pun luput di kerumunan orang-orang kelaparan sepagi itu. Kantin tampak begitu ramai, mahasiswi tampak duduk berkomplotan dan heboh sekali, barangkali membicarakan bias mereka atau barang-barang terbaru.
Gosip selebgram yang tengah viral atau seputar infotainment.

Juga anak laki-laki yang tampak mengepulkan asap rokoknya di sudut yang berbeda dan beberapa senior yang tampak tebar pesona.

Entahlah, ini bukan lingkungan yang Kla suka. Jika bisa, dari rumah ke kampus lalu belajar dengan dosen dan kembali kerumah tanpa menyinggahi dan menemui orang-orang yang terlalu banyak bicara itu. Tapi mau bagaimana lagi, ketika ia telah memilih ke tempat itu dan harus terima apa-apa di dalamnya. Ya, prahara kuliah.

"Hei, ketemu lagi," ucap Bira yang tersenyum dan melambai ke arah Kla.
Seperti biasa Kla tidan menggubrisnya. Kla hanya menoleh sekilas, karena suara itu tertangkap di telinganya tapi ia tidak berniat sama sekali membalas sapaan itu.  Bira pun mendekat dan duduk di samping Kla.
Secara bersamaan Kla pun bangkit,

"Buruan Win!"

"Iya bentar, kembaliannya."

Kla melipat tangannya dengan tenang melangkah lambat, Windi pun berlari menghampiri. Dan Bira ia diam saja di bangku dengan senyum sempurna, "Dia terlalu dingin, dan ngangenin."

Menyadari punggung keduanya tak terlihat lagi Bira pun ikut bergegas, mereka bertiga pun masuk ke ruangan yang sama, yang di dalamnya para mahasiswa cukup ramai dan gaduh sekali. Namun itu semua terhenti ketika seorang dosen dengan kaca mata tebalnya bergegas menuju meja.

Kla duduk di kursi depan dan Windi di sebelahnya dan disebelahnya lagi Bira, si sok akrab itu. Mau tidak mau Kla harus terbiasa dengan lingkungan seperti ini. Benar saja, Bira masih saja bertingkah seperti yang ia temui di kantin. Melambai dan memamerkan gigi-giginya.
Kla mengalihkan pandangannya.

"Selamat pagi."

"Paagiii Pak."

Para mahasiswa tampak bersemangat begitu juga dosen, suasana tampak riang dan menyenangkan. Maklum saja, masih semester awal.






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

27°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang