Happy reading ❤
~●●●~
Chanyeol menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya. Setelah 16 jam melintasi samudra dan benua, ia akhirnya sampai di mansion Phoenix. Tubuhnya sangat lelah, fikirannya juga. Ada rasa jenuh dan letih. Seperti bunga yang tak disiram, layu. Bukan fisiknya, namun jiwanya.
Chanyeol memejamkan matanya. Menggali seukir senyum menenangkan dalam memorinya. Dadanya tiba-tiba merasa sesak, dia sangat lelah. Dia membutuhkan pelukan pelipur laranya.
Ketukan pintu menyadarkannya kembali pada kenyataan. Tanpa disuruh masuk, seorang pria menerobos dengan wajah sumringah yang sangat kentara.
"Kau tidak akan percaya apa yang sudah kutemukan."
Chanyeol masih memejamkan matanya. Suara melingking itu terasa sangat mengganggu sekarang.
"Keluarlah. Aku lelah." Ucapnya parau.
"Aku serius! Kau harus mendengarkanku." Jongdae menggebu-gebu seolah dia membawa kabar yang menggemparkan seisi dunia.
Chanyeol menghembuskan nafas berat, namun masih enggan membuka matanya.
Merasa tak ada tanggapan dari pria yang duduk didepannya itu, Jongdae kembali berbicara.
"Kau tau bukan aku habis menghadiri seminar pendidikan di Daegu? Aku bertemu seorang wanita disana. Cantik." Wajahnya bersemu merah.
"Berhentilah bermain-main. Kembalilah ke markas dan bantu Wendy." Chanyeol menanggapi tak minat. Apa berita bagus itu karena dia sudah menemukan jodoh? Sangat tidak berguna.
"Aish... bukan. Wanita itu kau tau, dia bercerita banyak padaku. Termasuk daerah tempat tinggalnya." Jongdae masih bersemangat.
"Pergilah!" Chanyeol berucap dingin. Merasa informasi yang diberikan oleh Jongdae sangat tidak berguna.
Kim Jongdae tentu tahu nada mutlak itu berarti perintah tak terbantah. Sedekat apapun mereka, jika Chanyeol sudah mengeluarkan nada mutlaknya, siapapun tak akan bisa membantah. Tapi informasi yang dia punya sangat penting. Ia menelan ludahnya kasar dan memberanikan diri untuk melanjutkan ucapanya.
"Kau tidak mendengarku?! Per-"
"Aku menemukan Baekhyun!" Potong Jongdae cepat.
Chanyeol bereaksi. Ia membuka matanya dan duduk tegak menatap tajam Jongdae. Seolah mencari kesungguhan info yang dia ucapkan.
Semua orang di Phoenix tahu jika gadis itu adalah topik sensitif untuk ketua. Dan jika pria ini berani menyebutkan namanya bisa dipastikan ucapannya bukan main-main.
"Wanita yang kutemui di seminar, dia mengatakan jika dia tinggal dengan Baekhyun. Dia bahkan menunjukkan fotonya." Jongdae sedikit gemetar mengatakannya. Tatapan tajam itu bukan main-main. Ia mengeluarkan selembar foto dimana ada 2 orang wanita yang tersenyum dengan mengangkat kedua jarinya.
"Keluar!" Kini tatapan Chanyeol menusuk seperti pedang. Jongdae tak mau berlama-lama berada diruangan itu, hingga akhirnya dia memilih keluar dari sana.
Chanyeol menatap selembar foto itu datar. Wanita disebelah kiri, dimana dia harus menggali sangat dalam di memorinya untuk sebuah senyum, sedang tersenyum riang seolah tanpa beban disana.
Ia berdiri dan keluar dari ruang kerjanya. Melewati ruang tengah dimana anak buahnya yang ikut ke Meksiko sedang mengistirahatkan diri. Bahkan Jongin baru saja masuk bersama 3 orang lainnya setibanya dari Kuba.
"Johny, Jongin, Winwin, ikut aku!" Tanpa menoleh Chanyeol terus melanjutkan langkahnya.
Johny langsung berdiri tegak, tersirat raut lelah disana. Winwin bahkan tak bereaksi dan langsung meletakkan jus yang dia bawa. Segera ia mengikuti Chanyeol.