Matahari dan Bulan, kedua anak itu berada di rumah Tante Wendy, tetangga mereka. Matahari mengajak Bulan saat beberapa menit sebelum papa mereka pulang dan pastinya Bulan mengiyakannya untuk apa mereka sering sering bersama kedua orang tuanya itu, tidak ada gunanya.
"Lu nggak pulang Ri?" tanya Louis hati hati takutnya anak di depannya tersinggung mengingat Matahari anak yang gampang sekali tersinggung dan marah.
"Nggak" jawabnya santai tidak tersinggung.
"Awan! Kenapa sih setiap kamu pulang marah marah terus, hah?!" teriak dari gedung sebelah, rumah Matahari dan Bulan. Membuat Louis meringis kecil, dia mengerti sekarang kenapa anak ini nggak mau pulang.
"Karena itu?" tanya Louis
"Of course!" jawabnya yang sudah melepaskan gadgetnya melihat ke arah jendela yang terlihat dua paruh payah yang saling tunjuk menunjuk, tersenyum miris.
"Nggak usah senyum Ri"
Louis merasa kasihan kepada sahabatnya yang merupakan anak dari keluarga yang hancur atau yang sering didengar brokenhome. Louis melihat Matahari, Matahari adalah sosok yang sangat kuat, bagaimana kalau Louis berada diposisi orang yang didepannya? Mungkin sekarang dia sudah tidak ada.
Perkataan Louis membuat Matahari menoleh
"Kenapa?" tanyanya polos
"Don't smile! Your smile looks very painful"
"So. what? How am I supposed to be sad? I'm sorry my tears are gone" ucapan Matahari terlewat panas sama seperti namanya, Louis menghela napas kasar, temennya bener bener bodoh.
"Lu butuh nangis Ri, dengan nangis lu bisa tenang" nasihat Louis
"Gue nggak bakal nangis sampai gue mati, mau karena apapun itu gue nggak mau nangis!"
"Kenapa?" Louis hanya bisa mengeluarkan pertanyaan kenapa
"Kalau gue nangis, siapa yang nenangin Bulan nanti? Gue nggak mau dia lihat gue nangis, gue nggak mau tambah bikin dia sakit hati Louis"
Kenapa bisa anak satu SMP ini jadi sangat dewasa dari pada orang tuanya? Tapi beginilah dirinya, menjadi orang dewasa sebelum waktunya.
Bulan datang dengan wajah sembabnya dan air mata yang masih tergenang dimata indahnya. Membuat Matahari menghela napas merenggangkan kedua tangannya. Lagi dan lagi adiknya menangis karena kedua orang tuanya bertengkar cukup keras,apakah kedengaran sampai kamar milik kakaknya Louis, Ella, juga? Mungkin.
Bulan menangis keras dipelukan kakaknya sedangkan Matahari hanya bisa diam mengeluarkan kata kata manis yang ia miliki untuk menenangkan adik perempuannya. Sudah seperti ini jadwal harian Matahari yang selalu menenangkan adiknya. Tanpa dirinya sadari Bulan tertidur dipelukannya dan tanpa disadari lagi Louis sudah menangis didepannya dengan tisu di tangannya.
"Cengeng banget lu" celetuk Matahari diakhiri dengan ketawa pelannya
"Sedih goblok! Ah elah"
PLAAK
Suara tamparan yang cukup keras membuat dirinya dan Louis kaget dan menoleh ke arah asal suara tersebut, sampai sampai suara tamparan itu juga sempat membuat Bulan yang sedang tidur kaget.
"Siapa itu yang ditampar?!" tanya reflek Louis
"Apa apan kamu Awan?!!"
"Mama lu ditampar anjir! Datangin mak lu astaga kdrt ini anjrit"
Louis sudah berdiri dan hendak memegang tangan Matahari, sayangnya ditepis oleh si empu, Matahari mengerti ada apa dengan wajah Louis dengan segera ia menjawab dengan datar dan dingin.
"Gue nggak bakal kesana! Ngapain ngekhawatirin orang tua yang sama sekali nggak ngekhawatir dengan anaknya sendiri"
Louis menghela napas jengkel, dia nggak mau memaksa Matahari untuk menyelamatkan mamanya cuman apakah Matahari tak memiliki hati nurani.
"Matahari-
"Biarin aja gue nggak ngurus mau mommy gue ditampar apa kek terserah aja papa mau ngelakuin apa aja, gue nggak ngurus, gue tau gue tau, gue memang nggak punya hati"
Rasanya Louis ingin mengajak anak ini kelahi mumpung baru aja dapat teknik taekwondo terbarunya.
"Mana Matahari dan Bulan?"
"Ngapain kamu cari mereka biarkan aja mereka"
"Aku bilang dimana mereka Rhea?!"
"Kamu mau apa Awan?! Kamu kalau jadikan mereka pelampiasan, jangan mereka aku aja Wan!"
"Ri, lu denger kan?! Your mommy staying love you and Bulan" kata Louis yang tiba tiba ikutan datar
"But I don't care, she just acting" katanya dingin, membuang muka
"So stupid! Jangan pernah menyesal Ri!" balasnya dan keluar dari kamar miliknya
'I know I'm stupid, but lu nggak tau hati gue sehancur itu' gumam Matahari yang tidak ada orang satupun yang dengar
Beberapa menit kemudian
"Mbak Wen, Bulan dan Matahari lagi ngapain?"
"Udah tidur tan" jawab Louis dengan sopan
"Mbak Wen, maaf ya aku ngerepotin mbak"
"Ngak usah minta maaf nggak papa kok"
"Huft, aku harus gimana mbak Wen?"
"Mommy pasti lelah sekarang, tapi aku lebih lelah mom"
Hallo dengan @satanghaeee disini, kalian bisa panggil aku TATA.
Btw ini first book aku jadi mohon kerja samanya untuk membantu aku dalam pembuatan book ini dengan memberi komentar, tanda binta dan mem-follow akun aku.
Oh ya, kalau kalian merasa tidak asing dengan book ini, book ini dari akun sebelah @Asahiteryu, awalnya aku meminta tolong kepada temanku untuk memasang book ini sebagai iseng iseng, tapi kayaknya seru juga nulis di akun sendiri jadi aku buat yang baru.
Dan aku pernah bilang kalau book ini setiap per-chap nya tidak panjang!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Egoïstisch || asaryu
Historia CortaKisah antara Rhea dan Awan yang merupakan seorang orang tua dari kedua anak mereka yang berusia dua belas tahun. Tapi dari dasar mereka tidak saling cinta atau mungkin mereka saling sayang tapi saling tidak terbuka. Membuat rumahnya selalu ribut ent...