"Aku bukan."
"...Begitu?"
Cale mengacak-acak rambutnya frustasi. Mengalami sendiri masa lalunya adalah pengalaman menakjubkan yang tidak ingin ia ulangi, namun bagaimana jika ia bertemu masa lalunya dan berbincang satu sama lain?
Ia hampir tertawa karena perasaan absurd.
"Kenapa kau berfikir aku adalah dewa?"
"....Wajahmu?"
"Kau akan memilikinya di masa depan."
Begitu kata 'masa depan' muncul, bahu anak itu tersentak. Cale tak melewatkan sedikitpun bagaimana proses perubahan wajahnya menjadi keputusasaan.
'Aku akan mengalami semua itu...lagi?'
"Apa itu sangat sulit?"
"Sulit...ini sangat sulit..."
"Meski begitu, kau harus bertahan." Cale tanpa ampun menumpahkan kata-kata yang semakin membuat pucat anak disampingnya.
"Ke-kenapa...? Tak bisakah semua itu dipercepat saja? A-ahjussi...tak bisakah anda menolongku?"
"........"
"I-itu...anda, luka...anda mampu menyembuhkannya, aku tak bisa. Jika itu anda, anda bisa membantuku..."
"......."
"Tidak bisakah?" wajahnya terpelintir sedemikian rupa. Suaranya parau, terdengar menyakitkan. Tidak, baginya, semua hal adalah menyakitkan.
Namun, justru Cale lah yang menjadi semakin sakit.
Rehabilitasinya tidak membantu. Meski usahanya berhasil membuat anak-anaknya menikmati masa kecil bahagia menggantikan dirinya, tetap saja, masa lalunya akan menderita.
Cale mengambil tubuh kurus itu ke dalam pelukannya.
"Bertahanlah. Hanya sesaat lagi....kau harus bertahan nak. Aku berjanji, jika kau menahannya sedikit lagi, kau akan bertemu dengan orang-orang yang dapat kau anggap sebagai teman, keluarga yang kau inginkan."
"Meski jalan yang muncul di depanmu sangat berat dan melelahkan, di sana kau akan bertemu dengan orang-orang yang menghargai keberadaanmu."
"Ta-tapi, ini sangat menyakitkan..."
"Kim rok soo...."
"Ahjussi, ini sangat menyakitkan...."
"Kau terlahir untuk dicintai, percayalah itu. Meski orang-orang itu cukup gila dan membawamu ke dalam situasi super menakutkan, orang-orang itu lah yang akan mengulurkan tangan mereka demi melindungimu."
"Jadi kau harus bertahan sedikit lebih lama lagi untuk bertemu dengan mereka. Dan saat itu tiba, rasa sakitmu akan menghilang sedikit demi sedikit."
".....Sungguh? Apa anda mengatakan kebenaran?"
"Tentu. Aku tak mungkin berbohong padamu."
Seperti embun pagi, sosoknya menguap menjadi tetesan cahaya. Matanya masih sama tanpa jiwa, namun air mata yang jatuh dari pelopaknya membuat Cale yakin,
"Ahjussi...apa...**** bahagia?"
Cale mengangguk, "Dia akan."
Anak itu, tersenyum seolah ia telah mendapati dunia. "Begitu ya."
Ini dunia ilusi.
[Pemilik Dungeon bertepuk tangan melihat kisah mengharukan.]
[Beberapa Rasi semakin penasaran dengan kisah masa lalumu!]
KAMU SEDANG MEMBACA
Why is it so hard to make my dream come true?
FanfictionCek aja langsung. Bukan translate.