14 - anak laki-lakiku, gagal

132 12 18
                                    











Selamat membaca. ♡'・ᴗ・'♡








 ♡'・ᴗ・'♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Ya udah, ya? Kakak tutup-"

"Eh, bentar. Aku kan belum pesan apa-apa?"

"Cepat. Mau ayam atau bebek?"

"Hahaha, bukan gitu maksudnya! Aku mau pesan buat Kakak untuk jangan pulang melebihi jam sebelas, makan, dan ngabarin nanti, ok? Helmnya sama jaket dipakai selalu, jangan dilepas. Bahaya, ini udah malam soalnya."

"Iya, Soobin. Itu mulu pesanmu tiap aku mau pergi." Meski kamera mengarah ke arah yang tak menentu, namun sedikit terlihat bahwa Yeonjun saat ini sedang buru-buru mengambil helmnya.

"Hehehe. Biar Kakak inget dan bisa jaga diri."

"Jun! Ayo cepatan, gue udah di-spam sama Mark, nih!"

Sayup-sayup, teriakan Hyunjin tertangkap di tengah panggilan antara Yeonjun dengan Soobin.

"Iyain. Udah, nih? Kakak tutup, ya? Tuh, udah diteriakin Hyunjin, Bin."

"Belum. Satu lagi, jangan lupa kalau aku sayang Kakak."

"Hahahah! Iya, sayang Soobin juga. Dah, ya! Aku tutup."





Panggilan pun ditutup secara sepihak. Soobin pun langsung tersenyum tipis, merasa sedikit tenang jika sudah memastikan bahwa Yeonjun akan aman-aman saja saat berpergian. Ia pun mematikan dan meletakkan handphone-nya di meja belajar.

Pandangan Soobin kini menelisik ke buku-buku di hadapannya. Angka-angka dan bacaan-bacaan panjang menghiasi tiap halaman yang terpampang. Semuanya sudah menjadi pemandangan yang rutin Soobin sambangi setiap malam. Belajar menjadi kegiatan wajib yang sudah ditanamkan oleh kedua orang tuanya sejak dini. Kontras sekali dengan Yeonjun, yang jarang melakukannya dan tak pernah ditanamkan untuk belajar oleh Bapak maupun Ibu.

Soobin meneliti pekerjaannya; merasa bahwa ia sudah menyelesaikan semua latihan soal dari buku tebalnya hingga tak ada lagi yang bisa dikerjakan. Jam beker di depannya menunjukkan pukul 19:00, pertanda bahwa ia harus segera turun untuk makan malam.

Beranjaklah Soobin dari duduknya. Merapikan diri di depan kaca sebentar lalu turun dan menemui Ayah dan Bunda di meja makan.

"Bun, Yah!"

"Eh, udah turun gantengnya Bunda. Cepat sini makan sama Ayah!"

Soobin mengangguk dan langsung mengambil duduk di seberang Ayah. Bunda masih sibuk mencatat pesanan bento untuk besok sehingga tak bisa ikut makan bersama. Akhirnya, hanya Soobin dan Ayah yang makan, sementara Bunda hanya menyuruh mereka berdua untuk makan.

bayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang