Matahari mulai menampakan sinarnya.
Dama yang tertidur mulai membuka matanya mengeliat merenggangkan otot otot kakunya seraya melirik jam diatas tempat tidur aksa 04.30 berarti adzan waktu subuh sudah berkumandang sedangkan pemilik kamar masih tidur dengan selimut yang menutup dadanya."Sa subuhan ayo tinggal bentar lagi jamnya"
Panggil dama seraya mengoyang goyangkan bahu teman karibnya pelan . Sedangkan sang pemilik nama masih sibuk mengeliat menyingkirkan tangan dama dari bahunya
"Hmmm, jam berapa?"
Gumam aksa seraya menyingkirkan selimut yang membalut tubuh kurusnya
"04.30"
Jawab dama seraya bangun dari kasur aksa menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Sedangkan sang teman terlonjak kaget segera bangun dari tidurnya secara tiba tiba
"duh pusing banget" gumamnya seraya memijit pangkal hidungnya.
Dama yang selesai berwudhu menatapnya dengan raut binggung
"kenapa lo, ndang wudhu rek nanti keburu entek waktune (cepat wudhu nanti habis waktunya)"
Omel dama seraya membuka sajadah yang akan digunakan mereka berjamaah nantinya.
Aksa berjalan pelan menuju ke kamar mandinya seraya memijat kepalanya yang berdenyut akibat bangun tiba tiba ya nasib darah rendah ya gini.
Dama yang paham dengan kelakuan sahabatnya berseru sebal
"Mangkannya apa- apa itu pelan-pelan"Aksa yang diberi nasehat tak menghiraukan sama sekali nasehat dari sahabatnya. Dia berjalan dengan datar menuju kamar mandi.
Selesai berwudhu mereka sholat jamaah yang diimami Dama dengan khusyuk ya memang mereka dua pemuda yang brandalan tapi dama pernah berkata pada aksa
" gapapa sa kita dilihat berandalan sama mata manusia yang penting kita bisa terlihat baik dimata-NYA".
idaman bukan si remaja hitam manis ini, pasti kalau Dama tau PD nya semakin naik 100 persen.
"Salim dulu sama gue cepet gue mau pulang"
Seraya membalikkan badan dia menjulurkan tangannya untuk disalimi oleh sang sahabatnya yang hanya memandang uluran tangannya dengan datar. Dengan gemas tangannya tak kunjung dijabat oleh aksa , Dama langsung menarik aksa dalam pelukannya .
"Aksakuuu sehat selalu bahagia selalu ada bebeb dama yang selalu dihati aksaa" bisik dama di telinga aksa sedangkan aksa menarik tubunya dari pelukan sang sahabat dengan bergidik ngeri dia risih ya kali dia masih normal yaa
"dih apaan sih lo homo ya jauh jauh sana"
jawabnya seraya melepaskan rangkulan sahabat gilanya namun dama semakin mengeratkan pelukannya
"entar gue tinggal nangess"
Namun kata guyonan itu berhasil membungkam aksa
"Jangan tinggalin gue ya dam gue engga mau sendiri di dunia yang jahat ini, Makasih lo selalu ada buat gue yang jahat ini"
Dama tertegun dengan ucapan aksa niatnya bercanda tapi bocah itu menanggapi dengan serius, namun tak lama Dama menanggapi dengan lelucon
"gitu dong nyadar kalau lo sahabat gue yang songgong tapi kenapa gue sayang yaa heran kadang gue, udahlah gue mau pulang dah mandi sono lu udah jam 6 ini gue belum siap"
Jawab dama seraya melepas pelukan mereka dan segera bergegas untuk pulang kerumahnya yang tidak jauh dari rumah Aksa.
"iyee dah sono, gue mau mandi jangan lupa ditutup pintunya"
"ho.oh, lu mau bareng gue apa bawa motor sendiri sa?"
"Sendiri, ntar gue mau ke cafe"
"heh bareng ajalah gue kan mau ngikut" sahut Dama mencak mencak dia tidak rela kalau harus meninggalkan Aksa sendirian
Bucin sekali Dama ini Ya Tuhan, terkadang orang memandang aneh persahabatan mereka karena Aksa yang terkesan cuek dan Dama yang sangat menempel Aksa tapi kenyataannya Aksa yang tidak bisa hidup tanpa Dama, Dama adalah segalanya setelah seseorang yang dulu menjaga nya yang entah sekarang berada dimana.
"Heh malah ngelamun, gue cabut Assalamualaikum jam 6.45 gue disini"
Teriak Dama seraya bergegas meninggalkan kediaman sang sahabat.
"Ok, Waalaaikumusaalam"
Aksa berjalan merapikan kamarnya dan segera mandi .
"Makasih Tuhan sudah mengirimkan segalanya , Jangan hilangkan lagi" gumamnya disela sela aktifitas bersih bersihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Lara
Ficção AdolescenteJika memang itu bukan kebahagianmu maka carilah kebahagian yang lain .. "Bahagia yang ciptain diri lo sendiri bukan dari gue sa" Algara Sabirru "Iya tapi gue engga bisa bang, itu engga semudah yang lo bilang" Aksara Albirru