Part 3

164 20 0
                                    

Eren melempar koran ke meja makan, dimana Grisha, Zeke, dan Freida sedang menyantap sarapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eren melempar koran ke meja makan, dimana Grisha, Zeke, dan Freida sedang menyantap sarapan. "Aku tidak ingin terjun dalam bisnis ayah" ucapnya tiba-tiba membuat Zeke berdeham.

Carla yang datang membawa sepiring panekuk menepuk bahu putranya tersebut "Duduk dulu, sarapan Eren" perintah ibunya memaksa putranya itu untuk duduk di kursi meja makan dan menaruh piring panekuk itu di hadapannya.

Eren melihat panekuk itu dengan malas, setiap hari hanya kue dadar, sosis, telur orak-arik dan secangkir kopi. Dimana brioche? Atau biscotti kacang yang renyah? Pria itu mendorong piringnya tidak nafsu makan.

"Aku ingin berkerja perkerjaan biasa"lanjut Eren membuat Grisha menaruh cangkir kopinya. Ia menatap wajah putranya lekat-lekat. "Kenapa Tidak menjalankan bisnis keluarga? Membantu ayah dan kakakmu?" Tanya pria berkaca mata itu.

Eren menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dari kecil sebenarnya ia sangat memimpikan hal ini namun semua itu berubah seiring bertambah usia dan mulai mengerti. Di tambah Historia dulu pernah mendiskusikan hal ini dengannya.

Jika Eren menjadi bos mafia bukankah itu akan menjadi hal yang berbahaya? Menjadi incaran orang-orang dan bagaimana dengan dirinya jika mereka menikah? Dan anak-anak?

Setelah lama memikirkan akhirnya pria itu memutuskan untuk menjadi orang yang biasa-biasa saja.

"Aku hanya merasa itu bukan passion ku ayah" jawab Eren. "Aku ingin berkerja sebagai orang kantoran biasa, tidak terlibat dengan perdangangan gelap ataupun polisi, aku ingin hidup yang tenang"jelasnya membuat Grisha mengangguk.

Pria paruh baya itu memotong panekuknya "Baiklah kalau itu mau kamu. Ayah tidak akan memaksa, ada Zeke yang akan meneruskan ini. Tapi apapun yang terjadi jangan merasa asing dengan keluarga sendiri, hiduplah dengan gaya Amerikamu tapi jangan lupa darahmu itu" Grisha menunjuk Eren dengan pisaunya "Darah Italia" lalu kembali dengan makanannya.

Awalnya Eren agak terkejut ternyata ini tidak sesulit yang ia pikirkan, ia mengangguk. Grisha mengizinkannya begitu saja, itu berita bagus ia jadi tidak harus mengalami pertikaian keluarga seperti di film-film.

Akhirnya ia menarik kembali piring panekuk tersebut dan melahapnya, mungkin ia sudah bosan setengah mati dengan kue dadar hambar ini namun hey setidaknya inilah yang dimakan semua orang disini.

***
"Mikasa hari ini Jean dan ayah ibunya akan kemari, cepat kau mandi sudah siang ini"perintah ibunya. Gadis itu segera beranjak dari ranjangnya yang nyaman dan mengambil handuk.

Padahal hari ini ia ingin bermalas-malasan, terbaring di atas kasur menikmati angin sepoi-sepoi yang masuk melalui jendela yang terbuka lebar. Hari ini masuk sebulan setelah pria itu pergi. Tidak ada surat datang dari pria itu dan itu bukan masalah bagi Mikasa, ia tidak berharap juga. Kalau bukan karena surat Armin yang membahas Eren, Mikasa mungkin sudah lupa akan pria itu.

CacciatoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang