Part 6

224 20 0
                                    

Tw: Adult Content

There is a boy that i know, we were friends, we were more than friends.

Akhirnya menginjak umur empat belas tahun, rambut semakin panjang namun itu bukan masalah. Mikasa tidak dapat memakai pakaian dalam lamanya lagi. Perlahan payudaranya mulai membesar dan awalnya itu sangat meganggu. Dan ukurannya semakin lama semakin besar se-iring waktu, hal baiknya Eren tidak pernah meledeknya dada rata lagi.

Tidak hanya Mikasa yang mengalami perubahan, Eren dan Armin juga. Keduanya menjadi tinggi, walau masih tinggian Mikasa di banding Armin. Dan suara mereka berubah! Menjadi berat. Pubertas sangat menampar mereka.

Dan mulai lah perasaan aneh dan janggal itu muncul.

Hari minggu siang, seperti biasa Eren dan Mikasa tidur bersama di sofa halaman belakang. Kali ini Armin tidak bisa ikut mereka karena ia sedang ada urusan keluarga.

Sofanya lumayan lebar namun tubuh Mikasa dan Eren tidak kalah besar. Berhimpitan di sofa bergerak mencari kenyamanan. Eren dapat merasakan dadanya bersentuhan dengan dada Mikasa membuat jantungnya berdegup kencang namun berusaha untuk tetap tenang.

Sedangkan Mikasa dapat merasakan lutut Eren menyentuh bibir bawahnya hanya dapat mengambil nafas dalam-dalam. Posisi yang aneh namun keduanya secara lowkey menyukai itu.

Namun mereka tidak bisa seperti ini lama-lama. Eren berusaha merubah posisinya namun hanya menambah panas ke-adaan. Lututnya tidak sengaja bergerak dan bergesek dengan bibir bawah Mikasa membuat gadis itu terkesiap.

"Ah!"ucapnya dengan suara bisik namun dapat Eren dengar membuat cowok itu terkejut. Apakah Mikasa baru saja mendesah? Eren melanjutkan menggerakan kakinya membuat gadis itu memekik.

"Eren!" Mikasa meremas baju lelaki itu. "Hm?" Responnya seperti tidak melakukan apa-apa. "Hentikan"ucap Mikasa mengundang senyuman miring pada wajah cowok itu.

"Kenapa? Aku tidak melakukan apa-apa"

Mikasa berdecak "Eren".

Cowok itu tertawa jahat dan kembali menekan kakinya di antara selangkangan gadis itu membuat tubuh Mikasa bergetar "kenapa? Apakah enak?"tanya Eren membuat Mikasa tersipu malu dan duduk menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.

"Itu pelecehan terhadap anak di bawah umur" Eren ikut duduk dan bersandar.

"Kau sudah lima belas tahun Mika"

"Itu masih di bawah umur"

Eren memutar bola matanya "Kau sudah lima belas tahun" Mikasa menaikan alisnya sebelah "lalu?"tanya gadis itu bingung.

Lelaki itu mengusap wajahnya mengingat cerita teman-temannya di Amerika, George bahkan bilang bahwa adik perempuannya sudah melakukan sex padahal umurnya baru empat belas tahun. Saat pertama kali mendengarnya tentu saja Eren terkejut namun ternyata sex di bawah umur menjadi hal biasa di kalangan remaja walau itu sebenarnya sih tidak benar.

Eren hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Mikasa. Disini, perempuan harus menikah dulu baru bisa berhubungan tubuh dengan suaminya. Dan pasti itu juga lah yang sudah tertanam di kepala gadis itu.

"Lagipula kau sudah punya pacar kan?"Tanya Mikasa lagi membuat Eren terdiam. Lidahnya seperti baru saja tersengat lebah, tidak dapat berbicara.

Bagaimana ia bisa lupa? Bodoh! Eren hampir memukul kepalanya sendiri.

"Historia?"

Mikasa mengangguk.

Apa kabar gadis pirang itu ya sekarang? Eren mendengus bagaimana ia bisa lupa. Ia tidak percaya kepada dirinya sendiri. Lelaki itu mendongak melihat Mikasa di hadapannya yang masih melihat lelaki itu menunggu penjelasan.

CacciatoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang