Aku pun mengeluarkan segala yang kubawa dari rumah dan meletakkannya dengan rapi di sudut mana pun yang aku mau. Setelah selesai merapikannya, aku pun langsung merebahkan badanku pada ranjang yang sudah bersih dan wangi itu, melepas kelelahan yang kudapati sepanjang jalan.
Keesokan harinya!
Aku kenakan sepasang sepatuku, kini kedua sejoli itu menutupi telapak kakiku. Aku keluar menuju salon Bu Ani, terlihat Bu Ani tengah mengeramasi pelanggannya. Bu Ani kini menatapku diikuti bibirnya yang kemudian melengkung tersenyum.
"Kerja, Ndah?" Tanyanya.
"Iya, Bu." Balasku.
"Ada ongkosnya gak, Ndah?"
"Ada, Bu. Gak usah khawatir, saya permisi, Bu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Aku berjalan keluar dari rumah itu, menyusuri gang hingga menemukan jalan raya yang penuh dengan padatnya transportasi. Aku berdiri sembari menengok ke arah kanan untuk melihat adakah angkot yang akan hadir menghampiriku. Tak lama sebuah mobil angkot datang dan menepi tepat di depanku, tanpa komando apa pun, aku lantas masuk dan mendapati tiga orang yang tengah duduk di dalamnya.
Sang supir pun menancap gas karena tak ada lagi seorang pun untuk diajaknya menempati angkot yang dikendarainya. Kaca angkot terbuka sehingga angin dapat menyentuh wajahku, mataku melihat ke arah luar, tampak pemandangan kota yang bisa dibilang sedikit kumuh. Satu per satu orang-orang yang ada di angkot ini pun turun di tempat tujuan mereka, menyisakan diriku seorang yang masih belum mengangkat kaki.
---
"Kiri, Bang!"
Setelah sepersekian menit diriku tak kunjung keluar dari dalam mobil antar-jemput umum ini, seketika mulutku menitah sang juru mudi karena lokasi yang aku tuju sudah di depan mata. Aku pun keluar dari dalam sana dan memberi uang kepada si supir lewat kaca depan mobil. Mobil itu pergi berlalu, aku berbalik, kulihat berdiri bangunan besar, industri produksi yang terkenal sekota Bekasi.
Aku melangkah dengan cepat dan sigap karena ini hari pertamaku mengabdi pada perusahaan besar ini. Tapi aku harus ingat, sebagai anak magang, aku harus menjaga sikap. Baru saja aku melewati pintu masuk kantor ini, seorang gadis mendekatiku
"Anak magang, ya?" Tanyanya.
"Iya." Balasku dengan nada grogi.
"Oh, ngambil apa di sini?"
"Ngambil kantor."
"Wah, berarti bareng sama saya. Yuk ikut saya."
"Iya, terima kasih."
Aku berjalan mengikuti setiap langkahnya, menyusuri megahnya dan luasnya pabrik yang memproduksi keypad ini. Dari pandanganku, tampaknya ada ratusan atau bahkan ribuan yang bekerja di tempat ini, dengan departemen yang berbeda-beda. Hingga sampailah aku di ruangan dengan dengan banyak komputer yang berbaris rapi.
"Nah, ini komputer kamu. Eh, kenalin, saya Indah." Katanya sembari mengajak berjabat tangan.
"Saya Endah." Kataku sembari menjabat tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST: RUMAH BESAR PENUH MISTERI
HororMohon perhatian! Cerita ini adalah cerita fiksi yang saya padukan dengan kejadian-kejadian nyata yang dialami oleh seseorang yang kupanggil dengan sebutan 'Ibu'. -------------------------------------- 'Banyak orang menjadikan kost sebagai tempat tin...