🌙 - 04

117 18 0
                                    

Nene benar-benar muak dengan situasi sekarang, perjodohan yang tiba-tiba membuat kepalanya semakin pening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nene benar-benar muak dengan situasi sekarang, perjodohan yang tiba-tiba membuat kepalanya semakin pening.

Padahal dia sudah cukup pusing dengan sikap Amane, tapi apalagi ini? Kenapa sekarang dia malah mendapat paksaan pernikahan dengan orang yang dia tidak memiliki perasaan lebih?.

Nene meraih ponselnya, berniat menelfon Amane untuk bercerita namun sesaat kemudian gadis itu tersadar.

Dia bukan siapa-siapa pemuda itu lagi.

Alhasil, malam itu dia menangis semalam suntuk merutuki kenapa tiba-tiba semesta bertindak menghancurkan kebahagiaannya begitu saja.

= 🌠 =

Sekali lagi, gadis itu akan mencari Amane lagi dan kembali menginjakkan kaki di lapangan fakultas saintek.

Mahasiswa saintek berlalu-lalang, beberapa dari mereka menatap Nene dengan tatapan prihatin seperti - 'Lihat sebentar lagi dia akan dimaki-maki oleh si bintang fakultas'.

Nene menghela nafas, berusaha menyemangati dirinya sendiri jika sebentar lagi ada titik terang dari masalahnya.

Gadis itu berjalan menyusuri taman belakang kampus, berharap menemukan sosok mantan kekasihnya itu.

Tamannya cukup sepi dan benar saja, ada Amane disana yang sedang sibuk dengan setumpuk buku serta laptopnya.

Nene tersenyum miris, benar-benar seperti ada tebing besar yang memisahkannya dengan Amane, maksudnya, Nene yang selalu kuliah dengan santai, terlihat sangat bodoh jika disandingkan dengan Amane yang begitu berambisi dalam kuliahnya.

Kenapa Nene bisa tak tahu malu memiliki pacar seperti Amane?.

"Amane-kun..."

Amane yang awalnya berfokus pada laptopnya pun melirik Nene lalu menutup laptopnya dan melipat tangan didepan dada.

"Lagi-lagi kau, kau ini tidak lelah bertindak seperti orang dungu begini? Tidakkah kau lihat tatapan orang-orang yang prihatin dengan cara kerja otakmu?"

Benar-benar sakit, walau ini sudah sering terjadi tapi rasanya masih sakit, Nene tidak mengenal Amane yang seperti ini.

"Dan apa kau sesulit itu memberiku jawaban yang jelas daripada memaki-makiku begini?"Sahut Nene, Amane menghela nafas berat.

"Jawaban apa yang kau harapkan dariku? Bukankah semuanya sudah jelas? Kita putus karna aku bosan, apa otak kecilmu terlalu sulit mencerna ucapanku huh?"

"Kenapa kau terus-terusan menyinggung otakku?! Aku tahu aku bodoh! Tapi yang aku butuhkan sekarang adalah jawaban dari situasi tidak jelas ini! Sesulit itukah kau membe-"

"CUKUP!"

Amane menggebrak meja di hadapannya lalu menatap tajam Nene.

"Kita putus, karna aku bosan, apa hal seperti itu terlalu sulit kau cerna?! Berhenti terlena dengan mimpimu dan mulailah membuka mata! Kenapa kau ini tidak-"

Amane membulatkan matanya, Nene menangis (lagi) sebelumnya gadis itu selalu menangis saat Amane sudah pergi tapi kali ini pertahanannya runtuh, mimpi? Amane yang selalu membuatnya menjadi gadis paling beruntung sedunia dan jatuh cinta untuk ratusan kalinya hanyalah mimpi?.

Apa benar 5 tahun sebelumnya hanyalah mimpi? Sebodoh apa dirinya hingga tidak sadar jika 5 tahun belakangan ini hanyalah sebuah mimpi?.

Amane menghela nafas kasar lalu mengemasi barang-barangnya.

"A-Aku tidak akan menghiburmu, keputusanku bulat, kita putus jangan kau gunakan air mata menyedihkan itu hanya agar aku kembali padamu"Ucap Amane sebelum akhirnya pergi meninggalkan Nene yang terisak, gadis itu menahan baju Amane.

"Jika itu semua hanyalah mimpi, aku rela tertidur lebih lama, aku tidak sanggup hidup di kenyataan dimana Amane-kun yang dingin padaku"

Amane tak bergeming, pemuda itu menepis tangan Nene lalu menghela nafas lagi.

"Sudahlah Yashiro, aku ini pemuda brengsek yang mempermainkanmu, kau bisa dapat yang lebih baik daripada aku"Ucapa Amane lirih, ada nada sedih di setiap intonasinya namun Amane tidak berbalik, dia memilih tetap melangkah meninggalkan Nene yang masih menangis.

= 🌠 =

Amane masuk kerumah dengan sedikit kasar, dilempar sepatunya dengan asal sebelum akhirnya menjatuhkan diri di atas sofa ruang tamu apartemennya.

"Dia menemuimu lagi?"

Amane yang awalnya menutup wajahnya dengan lengannya pun mengintip dari sela-sela tangannya dan ternyata ada Tsukasa yang entah sejak kapan berdiri didekatnya.

"Ya begitulah, dia gadis yang keras kepala"

"Lalu kali ini kau apakan dia?"

"Dia menangis lagi, kali ini dihadapanku"

Tsukasa memutar bola matanya malas lalu melempar kantung kertas berisi donat dan duduk di sofa sembari menyalakan televisi.

"Hey Tsukasa apa ini?!"

"Berhentilah menjadi bodoh Amane,aku tidak tahu apa yang kau pikirkan tapi aku mulai merasa kasihan pada Nene-chan, dia itu sudah gila mencintaimu"

Amane meremas kantung kreseknya lalu menunduk dengan tatapan menerawang.

"Ini rumit Tsukasa, kau tidak akan mengerti"

"Yah memang, bagaimana aku mengerti? kau saja tidak pernah menjelaskan"

"..."

"Aku memang tidak sepintar kau Amane, tapi terkadang aku ingin memukulmu karna kau suka bersikap bodoh seperti ini"

Amane tertawa hambar.

"Yah aku bodoh, tapi gadis itu lebih bodoh karna masih mengharapkan pemuda brengsek sepertiku"

Tsukasa kembali memutar bola matanya malas lalu melempar bantal kearah Amane.

"Dasar aneh".

"Dasar aneh"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Last Wish || JSHKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang