02

3 2 0
                                    

Jalanan kota di sore akhir pekan cukup ramai, selalu begitu, karena di sini ada festival jajanan setiap malam akhir pekan. Ini tentu suatu kabar baik bagi setiap orang, karena di sini kalian bisa bersenang-senang, membeli makanan dengan harga murah, dan bertemu orang-orang baru. Tapi nampaknya tidak untuk Nata kali ini. Ya, orang ini, untuk pertama kalinya tidak senang dengan festival. Dilihat dari penampilannya yang memang bisa dibilang naas. Wajahnya kelihatan lelah, baju yang dikenakannya sudah dipenuhi bekas keringat, dan di dua tangannya membawa satu jinjingan besar serta satu jinjingan kecil. Jinjingan kecil itu seukuran dua buku, dan itu adalah biang dari masalahnya kali ini. Ah, masih ingat saat Nata berniat untuk mampir ke toko buku? Nah, beginilah endingnya. Dia harus berjalan kaki karena uangnya ludes. Niat awalnya mampir ke toko buku hanya untuk "lihat-lihat saja" gagal, karena di sana dia terhipnotis oleh sekuel terbaru seri buku fantasi kesukaannya. Serta ada satu buku lagi yang berhasil menghipnotisnya, buku yang disukai oleh seseorang yang amat dekat dengannya dulu. Dulu sekali. Sebelum akhirnya sekarang Nata bisa menghadiahkan buku kesukaan itu untuk kado pernikahan dia. Sedih.

Matahari sudah beranjak pulang, orang-orang lulu-lalang dengan kesibukannya masing-masing. Senja yang terlalu indah bagi si Nata yang kebingungan. Nata tidak tahu sekarang jam berapa, ponselnya mati kehabisan daya. Dia juga lapar dan haus sekarang, burger dan minuman vanila yang sempat dibelinya tadi sudah habis di dasar lambung. Penderitaan yang sempurna. Jangan tanya di mana rumahnya, itu masih sangat jauh sekali dari tempat ini. Nata Harus berjalan melawati bentangan jalan raya. Ditengah hiruk pikuk kota menuju malam festival, dia kelihatan bodoh.

Setiap langkah, lelahnya semakin menjadi. Huuaaa... Bagaiman ini. Ditengah keputusaasaan tiba-tiba Nata mendengar kendaraan yang melambatkan lajunya di belakang. Dia menoleh, benar saja, tepat di sampingnya berhenti seseorang.

"butuh tumpangan?"

Nata hanya bengong terkesiap, dilihatnya seorang yang mengendarai motor disampingnya itu. Terima kasih banyak Tuhan, beruntunglah nasib masih baik padanya.

"ayo naik" ucap orang yang ada di motor itu. Suaranya feminim.

Nata tidak memikirkan apapun lagi, dia segera naik di tempat tumpangan. Perasaanya sudah jauh lebih baik sekarang.
Motor itu melaju melewati keramaian jalanan kota. Tepat saat si empu motor itu bicara, Nata sadar bahwa ternyata dia diajak oleh perempuan.

"kalau bukan karena kemeja putihmu, kau pasti sudah di anggap orang gila." ucap si perempuan itu. Nampaknya dia sudah lihai mengendarai motor di tengah keramaian jalanan kota ini.

"terima kasih tumpangannya." balas Nata singkat, dia bahkan tidak ngeh dirinya dikatai hampir dianggap orang gila.
Toh, bukannya Nata memang gila. Hehehe...

"Tak apa, sudah biasa." perempuan itu menjawab ringan.

Nata hanya tersenyum tanpa suara. Entah kenapa jalanan yang dia lihat terasa bergelombang, apakah ini bagian dari acara festival? Nata tidak mengerti, suara hiruk pikuk kota pun terdengar samar-samar sebelum akhirnya tidak terdengar sama sekali. Semuanya remang-remang, hei, apakah listrik mati sekarang?
Pandangan Nata sempurna gelap, bersamaan dengannya yang merasa terjatuh ke belakang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

tautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang