Bagian 00 - LILI

34 1 0
                                    

Bagian 00 - LILI

Auretta Leslie merupakan anak tunggal dari Reina Leslie yang dikenal sebagai CEO perusahaan berpengaruh di pusat kota. Gadis manis pemilik wajah cantik dan manis ini kerap disapa Lili oleh teman-temannya. Lili menyukai hal-hal yang berbau seni dan estetika membuatnya terjun ke dunia lukis.

"Good morning, Bun. Gimana kondisi Bunda hari ini?" Lili dengan ceria duduk di kursi meja makan untuk menyantap sarapan hari ini.

"Good morning, sayang. Bunda selalu dalam kondisi baik untuk Lili," balas Reina dengan senyum terbaiknya.

"Bunda jangan terlalu capek. Lili nggak mau Bunda kenapa-kenapa," ucap Lili.

"Of course, babe. Bunda akan selalu sehat untuk Lili," balas Reina membuat Lili tersenyum.

"Makasi banyak ya, Bun. Bunda selalu mengusahakan apapun untuk Lili. Lili janji akan selalu bikin Bunda bangga, apapun yang terjadi."

Reina menghentikan santapannya, beralih menatap Lili dengan penuh haru. Reina menitikkan air mata dan menghampiri posisi Lili untuk memeluk putrinya hangat.

"Bunda yang makasi, nak. Kalau bukan karena kehadiran Lili di kehidupan Bunda, sekarang mungkin Bunda udah nggak ada."

Reina mengelus kepala Lili lembut menyalurkan kasih sayangnya.

"Masa lalu Bunda dulu seberat itu ya?"

"Kalau berat, nggak mungkin Bunda bisa kuat sampai sejauh ini kan?"

"Kalau ditanya cita-cita aku apa, mungkin aku bakal bilang menjadi Bunda."

Reina menguraikan pelukannya sambil menggelengkan kepalanya.

"Jangan menjadi seperti Bunda, nak. Lili harus jadi diri sendiri dan jadikan hal-hal baik dari Bunda sebagai inspirasi untuk maju. Oke?"

•••

"Lo ngga ada niat pacaran gitu Li? Lo cantik. Siapa coba yang ngga mau sama lo," ucap Amelia. Salah satu teman dekat Lili yang dikenal dengan sosok yang manis dan lembut. Amelia merupakan gadis dengan pemikiran dewasa juga berwawasan luas di antara teman-temannya.

"Belum ada niat ke sana sih, Mel. Kamu tau sendiri, aku ini sebodoh apa kalau menilai orang."

"Lo ngga mungkin salah menilai orang Li. Menurut gue, Raden memang udah pilihan yang cocok buat lo. Gue yakin, pasti Raden juga suka sama lo!" komentar Alatea. Salah satu teman dekat Lili yang dikenal dengan sosok yang cantik dan baik hati. Alatea merupakan gadis dengan karakter yang heboh dan slengean, Alatea suka membuat teman-temannya tertawa dengan candaan yang dibuatnya.

"Raden?" sebut Lili dengan wajah penuh tanda tanya, lalu tertawa kecil. "Mana mungkin seorang Raden suka sama aku, Tea. Standarnya pasti jauh lebih di atas aku."

"Ish! Lo satu ekskul sama dia, Li. Masa lo ngga merhatiin tatapannya yang sebegitu menenangkan waktu natap lo?" Alatea menanggapi sanggahan Lili yang masih merasa mustahil dengan perkataannya.

"Perasaan gue ngga enak ke lo, Li. Gue ngerasa lo diincer seseorang," ucap Elodie. Perkataannya yang tiba-tiba itu membuat ketiga temannya menoleh bersamaan.

Elodie merupakan teman dekat Lili yang terakhir. Dikenal sebagai sosok yang misterius dan serius di antara ketiga sahabatnya itu. Elodie lebih suka diam, mengamati, dan beraksi tanpa sepengetahuan siapa pun. Selain dikenal introvert, Elodie memiliki karakter tomboi  dan berani. Elodie tidak suka ada yang mengusik teman-temannya.

"Kita juga tau kali kalau Lili diincer semua orang. Siapa coba yang ngga mau sama Lili?" komentar Alatea dengan nada hebohnya. Elodie rasanya ingin meraup wajah Alatea untuk menyalurkan kekesalannya.

"Lo kalau ngomong yang bener dah, El. Gue jadi takut deh," komentar Amelia.

"Gue serius. Kapan lo pernah ngeliat omongan gue ngga terjadi?" balas Elodie, datar. "Gue cuman bisa bilang itu aja. Ngasi tau supaya Lili lebih berhati-hati, sisanya nyusul."

"Akhir-akhir ini, lo ngerasa diuntit atau dijahatin gitu sama orang Li?" Alatea menyenggol lengan Lili yang sedang melamun memikirkan perkataan Elodie.

"Ngga pernah. Aku ngerasa aman kok," balas Lili.

"Saran gue, lo sama Raden harus deket. Biar ada yang ngejagain lo."

"Tuh kan! Elodie aja approve sama Raden. Masa lo masih ngga percaya diri sih, Li. Ayolah!" ucap Alatea, heboh bukan main.

"Aku... aku ngga bisa.."

•••

Setelah jam pulang sekolah, Lili menuju ruang kelas tempat diadakan ekstrakurikuler Jurnalistik. Lili merupakan anggota yang pertama datang di sana, sambil menunggu, Lili mengambil posisi duduk pada kursi panjang yang terletak di luar ruang kelas.

Lili merasa pusing sejak tadi, namun ia tetap memaksa melanjutkan aktivitasnya di sini.

"Are you okay, Li? Muka lo pucet." Lili terkejut ketika mendengar suara berat yang tiba-tiba muncul. Kedua mata yang sebelumnya terpejam, terbuka perlahan.

"Raden?" sebut Lili pelan. Lili langsung membenahkan posisi duduknya.

"Aku ngga pa-pa kok, cuman pusing sedikit, nanti juga bakal sembuh sendiri."

"Lo kecapekan, Li.

1001 LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang