Mimpi lagi, selalu. Hal yang sama terjadi berulang-ulang kali, kurang lebih 20 kali, dengan orang yang sama."Siapa sih? Aneh." Ujar seorang wanita yang memiliki nama lengkap Daninzea Sakara, yang biasanya dipanggil oleh sebutan 'Kara'.
Kara menguap lebar, kemudian menarik handuk yang berada di samping tempat tidurnya. Hari senin, waktu dimana para siswa merasa jam melaju sangat lambat, namun jika Hari Jumat, Sabtu, Minggu, waktu terasa sangat cepat berlalu.
Seragam yang sangat melihatkan bahwa ia sudah 'agit' alias kelas tiga, dimana gelar 'utas' dan 'aud' yang dirasakan Kara sudah memudar dan digantikan menjadi gelar 'senior'.
Baju crop, rok span yang melihatkan lekukan tubuhnya, pipi merah, bibir dengan lipmatte nude, rambut di curly, dan jangan lupa 'jedai' alias jepitan badai.
"Duh, jedai gue dimana? Ck, nyusahin." Ujar Kara.
Tempat tidur segitiga bermuda, itulah sebutan yang pantas untuk kasur milik Kara. Segala macam barang ada, seperti catokan, handuk, buku, lipstick, laptop, bedak, dan masih banyak lagi, mungkin disitu terdapat kulkas?
Merasa dirinya sudah siap, ia pun turun kebawah.
"Sarapan, Non?" Tanya Bi Surti sambil menuangkan susu putih ke gelas.
Kara langsung memakan rotinya. "Aku buru-buru." Dilanjutkan menenggak susu putih terserbut.
"Bi, tolong bilang Ayah, aku pulang telat." Ujar Kara yang masih mengunyah roti.
Bi Surti tersenyum. "Tapi Tuan bilang, Non harus pulang tepat waktu." Ujarnya.
Kara hanya membalas tersenyum, lalu berangkat menuju sekolah membawa Ivy si vespa matic berwarna maroonnya.
Tidak, bukan menuju sekolah, Kara malah mengarahkan motor vespanya menuju kedai kopi langganannya dari sewaktu ia kelas 10.
"Bolos lagi, ze?" Tanya Dika, si barista kedai kopi tersebut.
Kara mengeluarkan sepuntung rokoknya, "Enak aja lo dik, gue baru bolos 4 hari, kemarin gue masuk." Ujarnya sambil menghembuskan asapnya.
"4 hari itu lama ze, makin lama lo bolos, makin bego deh lo." Ujar Dika sembari menyiapkan pesanan milik Kara.
"Hot chocolate kan dik?" Tanya Kara.
"Tiap hari lo kan mesen ini. masa gue lupa." Ujar Dika sambil membawakan hot chocolate milik Kara kemudian duduk disebelahnya.
"Hot chocolate khusus buat Daninzea yang bego makin bego karena bolos."
"Iya - iya, gue abisin ini dulu baru gue cabut." Ujar Kara seraya menyeruput hot chocolate favoritenya.
"Jangan bolos terus ze, gue aja yang putus sekolah nyesel banget, pengen sekolah." Ujar Dika sambil mengamati wajah Kara yang sangat sempurna, dipikirnya.
"Setiap gue bolos, lo selalu bilang itu. Gue bilang bokap ya? Suruh lo sekolah bareng gue?" Ujar Kara.
"Gak bisa ze, gue harus nyari uang buat ibu, kalau gue sekolah, yang cari uang siapa?" Ujar Kara yang mempraktikan gaya bicara Dika sambil sedikit dilebih – lebihkan.
Dika terkekeh lalu menoyor pelan kepala Kara. "Ze, lo apal banget ya dialog gue?" Ujarnya.
"Kenapa? Gue bener kan?" Ujar Kara sambil menyeruput hot chocolatenya.
Plak.
"Eh apaan nih?" Protes Kara, sebab rokoknya di tebas oleh seorang laki-laki yang tidak dikenalnya.
"Asep rokok lo, bau tolol." Ujar laki-laki tersebut.
Kara menyeruput hot chocolatenya, kemudian menyemburkan ke wajah laki-laki tersebut.
"Munafik, mana ada jaman sekarang cowo gak suka rokok, paling lo gue sodorin juga mau. Cuih." Ujar Kara sambil meludahi laki-laki tersebut kemudian ia mengeluarkan 100 ribu miliknya dan langsung ia beri ke Dika.
"Cewek tolol, baju gue kotor goblok!" Ujar laki-laki tersebut menggerutu.
Kara menyambar tasnya. "Dik, gue cabut." Ujarnya kemudian pergi, Dika yang sudah tak heran dengan sifat teman semasa kelas 10 nya itu hanya bisa menghela nafas pelan.
"Wah gokil tuh cewek, Kar!" Gerutunya.
Laki-laki yang disebut dengan panggilan 'Kar', hanya diam. "Ganti baju lo, bau." Ujarnya dingin.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖Aku baru selesai UAS guyss!
Do'ain ya semoga nilainya memuaskan yaa! yaaa walaupun pas ngerjain ngangong ngangong☺️
Kalian apa kabarr?
Semoga selalu sehat yaaa!💓

KAMU SEDANG MEMBACA
AKAR
Teen FictionCerita ini ku tulis untuk berterimakasih kepada kamu, manusia bagaikan akar yang kuat, kokoh, dan tidak pernah goyah. Persis seperti nama-mu, kamu selalu membantuku untuk tetap berdiri menerjang kerasnya badai. -Kara, 26 tahun. ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ 27 J...