Dua - Fanatic

1 1 0
                                    

Kara mengendarai motornya perlahan sambil memikirkan kejadian tadi, hal tersebut seperti tak asing, sepanjang jalan ia hanya menatap jalanan dengan tatapan kosong tetapi otaknya berkerja dengan keras untuk mengingatnya.

'Kar' Percakapan terakhir yang Kara dengar, ia kira laki-laki gila tersebut memanggil nya nyatanya tidak, laki-laki itu berbicara pada teman disebelahnya.

"Kar? Nama gue kan Kara?" Ucap Kara yang masih dengan tanda tanya dipikirannya.

"Laki-laki yang disebelah si orang gila kayak pernah tau deh gue, gak asing di ingetan gue, siapa ya?" Ucapnya lagi.

Tanpa ia sadari, ia telah sampai didepan gerbang SMA Hartono II. Sekolah dengan jiwa senioritas yang masih amat kental didalamnya, peraturan-peraturan yang sudah turun temurun masih dijadikan buku paduan 'agit' di sekolah ini, dan masih banyaknya tradisi-tradisi yang tidak boleh hilang, sebab jika ada yang hilang sedikit itu akan menjadi masalah yang sangat besar.

Bukan, Kara bukan berhenti di gerbang utama, melainkan di gerbang belakang yang sangat tersembunyi. Jarang adanya guru lewat disekitaran tersebut, dan tidak banyak murid yang tahu gerbang rahasia ini.

Kara memarkirkan motornya dan menyelempangkan tas kecilnya, ia melihat jam di lengannya. "Jam setengah sepuluh." Ujarnya.

"Kalau gue gak ketemu itu orang gila, gue bisa sampai di sekolah jam dua belas, tepat jam istirahat, ck." Gumamnya sambil merapihkan jedainya.

Kara berjalan menuju gerbang lalu membukanya,

"Tepat perkiraan gue, lo akan lewat gerbang ini." Ujar seseorang yang sedang duduk dibawah pohon rindang.

Raka, si 'agit' kurang kerjaan yang 24/7 selalu mengikuti kemanapun Kara pergi, bahkan ia hafal jadwal keseharian Kara. Psikopat? Bukan, lebih ke terlalu fanatic terhadap kecantikan Kara. Raka selalu melakukan hal – hal yang tidak terduga sedari kelas SMP, namun sewaktu 'utas' tidak terlalu ekstrem dikarenakan banyak 'agit' yang mengincar Kara, jadi Raka lebih memilih untuk mundur perlahan.

Oh iya, dari 1000 alasan mengapa Raka melakukan hal tersebut ke Kara, salah satunya yaitu ingin membuat Kara berubah, ia tahu betul sifat asli Kara yang berbanding 180 derajat.

"Jam setengah sepuluh, tumben? Biasanya pas istirahat baru lo dateng? Kenapa? Udah mulai tobat?" Tanya Raka bertubi – tubi yang membuat Kara mendengus kesal.

"Ohh gue tau, lo kangen yaa sama gue?" Godanya.

Kara memutar bola matanya, malas. "Gue abis ketemu sama orang yang bikin gue badmood hari ini, jadi stop bikin gue badmood untuk yang kedua kalinya. Please." Ujar Kara.

"Wah, siapa yang berani bikin Zea-nya gue badmood? Suruh ketemu gue deh, Ze" Ujar Raka.

Kara mendengus kesal. "K-A-R-A" Ejanya. "Stop panggil gue Zea, nama gue Kara, okay? Gue mau ke kelas. Thank you." Ujar Kara, lalu berjalan menjauhi Raka yang hanya bisa diam.

"Gue gak kenal Kara, gue kenalnya Zea.." Ujar Raka dalam hatinya.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Hmmm lanjut ga nih?😋

Pantengin terus yaa!😚

AKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang