17 jam & Rasa rindu

23 1 0
                                    

memelukmu pertama kali dibulan desember menjadi candu untukku
genggaman tanganmu menjadi aman bagiku
ciuman dikeningku menjadi ingatan yang terus melekat
boneka pemberianmu menjadi nyaman yang terus aku peluk,
hujan kala itu menjadi pengiring kita melewati dinginnya jalanan
bau aspal menyeruak ke rongga hidung
dadaku sesak disaat realita tak memenuhi ekspektasiku
aku bertanya pada tuhan,
"engkau ingin aku bagaimana?
engkau ingin aku berjuang atau mundur?
tapi kenapa disaat aku ingin mundur kau seolah-olah menyuruhku untuk berjuang lagi"
aku tidak tau akhir dari kisah ini apa, tapi sakit mana lagi yang harus aku coba jika diujung tak ku jumpai bahagia yang ku mau.
harus dibantai berapa kali agar aku bisa mendapatkan takdir sesuai inginku?
apa harus berdarah-darah untuk menuju takdir yang ku inginkan?
cukup melelahkan,
tapi dipaksa kuat, bahkan setengah jalan belum ada.
desember bukanlah bulan yang terlalu buruk,
justru menjadi awal dari sebuah perjuangan, pengorbanan,rasa bersalah dan air mata
januari saksi bagaimana sakit,jatuh,mental berantakan tapi dipaksa bangkit oleh keadaan.
kita kembali kepada realita bahwa tak semua indah
untuk sekarang mari berjuang bersamaku
aku tau ini tidak mudah, tapi pundakmu harus kuat
krikil ini begitu tajam, kita berjalan diatas sebuah masalah
tapi bukankah tuhan tau apa mau hambanya?
rayu tuhan untuk sebuah impian kita.
lantas setelah 17 jam desember lalu, aku pikul rindu dijanuari yang entah sampai kapan bersarang di rongga dada
aku harap ini tak terlalu lama, aku rindu genggaman tanganmu,
jika waktunya tiba genggam tanganku lagi mari berlari menggapai kebahagiaan yang layak kita dapatkan.
kita obati luka ini bersama.

Perkata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang