prolog

17 6 3
                                    

      Gadis remaja menatap berkas yang diletakkan di atas meja oleh  detektif swasta yang dia sewa. Dia mengambil berkasnya dan mulai membaca isinya dengan sesakma. Tidak ada satu katapun yang ia lewati. Di meletakkan berkas itu sedikit kasar. Tidak pernah dalam benakknya sekalipun bahwa orang yang selama ini dicari ternyata ada didekatnya. Bahkan sangat dekat.

    Perasaan gadis itu sekarang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Ia merasa kecewa, sedih, bahagia dan marah. Semua perasaan itu menyatu menjadi satu. Itulah mengapa dia selalu tidak bisa saat melihatnya terluka ataupun merasa sedih. Tapi karena tidak bisa menerima takdir, dia menepis perasaan itu dan terus membuatnya terluka.

     Matanya mulai memanas, sebisa mungkin ia menahan air mata yang akan keluar. Keheningan melanda mereka setelah beberapa detik. Gadis itu berdehem sejenak agar tidak terdengar suaranya yang parau. "Anda yakin dia orang yang saya cari?" Tanya gadis berkerudung putih. "Saya sangat yakin, seperti yang sudah anda ketahui bahwa kembaran yang anda cari.."
*******

     Dia berlari kearah kamarnya dan segera mengunci pintu kamar. Badannya bersandar pada pintu, badanya yang lemas membuatnya terduduk dilantai. Tak lama terdengar suara pintu diketuk. Gadis itu menghiraukan suara kedua orang tuanya yang memintanya membuka pintu. Yang dia lakukan hanyalah memeluk kedua kakinya dan menulusupkan kepala di antara tangannya. Menumpahkan semua rasa sesak didada.  Dia tidak menyangka bahwa takdirnya akan seperti ini. Orang selama ini dianggap kedua orang tuanya, yang selalu ada untuknya, selalu mendukungnya ternyata bukan kedua orang tuanya.
******

     Remaja perempuan yang berbaring ditengah jalan sontak membuat semua pengendara menghentikan kendaraan. Sebagian orang yang melihat korban tabrak lari segera menghampiri gadis remaja tersebut sehingga menciptakan kerumunan. Remaja laki-laki yang melihat kerumunan segera berjalan kesana. Sebenarnya dia harus segera kembali kerumah membawa titipan ibunya. Tapi hatinya tiba-tiba tergerak untuk menuju kerumunan tersebut.

     Langkah remaja laki-laki itu semakin dekat dengan krumunan. Tiba-tiba perasaannya menjadi tidak enak. Dia membelah lautan manusia merengsek masuk. Tatapannya terpaku pada gadis yang tergeletak bersimbah darah. Dengan langkah pelan dia mendekat ke arah korban. Saat ingin membalikkan badan gadis remaja itu,perasaanya semakin tidak enak. Remaja laki-laki menggelengkan kepala, berharap fikiran buruknya tidak menjadi kenyataan.

    Sepertinya takdir tidak berpihak padanya. Betapa terkejutnya dia setelah melihat korban tabrak lari tersebut. Tanpa berfikir panjang dia membawa kepala korban itu kedalam pangkuaannya."Ira bangun buka mata lo" ucapnya menepuk pelan pipi Ira. Berharap gadis itu membuka mata. Perlahan bulu mata lentik itu bergerak pelan. Mata yang tadi terpejam kini terbuka meski tidak lebar.

"Ra...vi" remaja laki-laki bernama ravi menggenggam tangan ira. "iya Ira, kenapa? Ada yang sakit?"
"Le...pasin ta...ngan Ira, kita gak mukhrim" ucap Ira terbata-bata. Ravi yang mendengar perkataan Ira segera melepas tangan ira dengan hati-hati.

"Maaf ira."
"Ra...vi badan gue sa...kit. Gue nitip adik gue."
"lo ngomong apa sih, lo yang bakal jaga dan ngelindungi adik lo bukan gue. Siapa pun tolong telfon ambulan teman gue sekarat." Ravi berteriak marah karena ambulans yang tidak kunjung datang.

"gue ca...pek, ter...rimakasih su...dah kembali dan ada di saat tera...khir gue. Ravi Ira pa...mit. Assalamualaikum" menepuk pelan pipi Ira saat kelopak mata itu kembali terpejam.
"Ira bangun. IRAAA"

AIRETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang