Bab 1

14 4 6
                                    

Gadis berambut panjang terlihat masih bergelung di dalam selimut. Hingga sinar matahari menerobos di antara jendela, menerpa wajah gadis. Gadis itu bergumam tidak jelas karena merasa terganggu. Ditambah dengan suara ketukan pintu yang sangat keras.

Dia berjalan kearah pintu hendak membuka pintu. Saat melihat siapa orang yang berada di balik pintu gadis itu penutup pintu dengan sangat keras. Tanpa memberikan orang itu kesempatan untuk bicara. Sementara orang itu hanya bisa menatap pintu itu dengan tatapan nanar.

"aretha segeralah turun kebawah, papa dan bunda sudah menunggu di bawah." Tidak mendengar ada balasan orang itu memilih pergi.

Sementara gadis bernama Aretha segera mandi dan siap-siap. Hanya membutuhkan waktu 15 menit, Aretha sudah siap dengan tas tersampir manis di salah pundaknya. Setelah di rasa penampilannya sempurna dia melangkah keluar kamar.

Tepat di anak tangga terakhir dia mendengar canda tawa dari meja makan. Selalu seperti ini, pemandangan yang sama setiap pagi. Dan juga piring makan yang isinya sudah tinggal setengah. Meski sudah sering berada di situasi seperti ini, dia tetap merasa sakit. Segera ia tepis perasaan itu. Bagaimanapun juga ia tidak ingin terlihat lemah.

Dengan cepat dia mengambil roti dan mengoleskan selai. Kedatangannya menghentikan pecakapan mereka. Aretha tidak pedulikan hal itu. Setelah selesai dia segera beranjak pergi meninggalkan tempat makan. Tidak ada yang mencegahnya pergi. Mungkin mereka sudah capek, batin aretha.

Jika biasanya Aretha berangkat menggunakan mobil, hari ini dia memutuskan berangkat menggunakan montor sport. Roti yang masih berada di tangannya ia buang di tempat sampah yang ada di garasi. Biarlah hari ini dia tidak sarapan.

Aretha menancap gas menuju sekolah. Beruntung jalanan tidak terlalu. Jadi dia bisa melajukan kendaraannya dengan cepat. Tanpa takut di teriaki pengendara lain. Sebenarnya dia tidak takut, hanya saja dia tidak ingin suasana hatinya semakin buruk.

Sepertinya Aretha berangkat terlalu pagi. Terlihat hanya segelintir murid yang ia temui sejak menuju ke kelas. Kondisi yang menguntungkan bagi Aretha untuk menenangkan diri. Di lipat kedua tangan yang ada di atas meja lalu menumpukan kepalanya. Perlahan mata indah itu menutup, pergi ke alam mimpi.

Tapi ketenangan itu tidak bertahan lama. Saat suara cempreng milik seorang gadis berteriak tepat di sebelahnya. Aretha yang merasa terganggu mendudukkan badan sembari memberi tatapan tajam.

" Lo sih teriak-teriak gak jelas. Singanya jadi bangunkan." bisik pemuda bertopi kepada gadis bersura cempreng. Yang sayangnya terdengar sampai airetha.

"Kalian berdua bisa diem gak" mereka berdua yang mendengar suara Airetha langsung terdiam tak berkutik. 

"lo ada masalah sama bokap?" tanya laki-laki berhodie hitam.

"Sama sepupu sendiri gak tahu, jelas dia lagi ada masalah ama bokapnya Reza." Jawab gadis bersuara cempreng kepada pemuda berhodie yang bernama Reza.

"Terus kenapa lo teriak gak jelas sampai bangunin Aretha, Mia Allura." Ucap lelaki bertopi yang mengacak kepala Mia gemas.

"Dhefin singkirin tangan lo dari atas kepala gue."

Bukannya melakukan apa yang dikatakan Mia. Dia justru mengusap kepala mia dengan keras. Membuat kerudung yang di gunakan mia tidak beraturan. Mia yang terlanjur kesal membalas perbuatan Dhefin. Hingga terjadilah aksi kejar-kejaran.

Sementara dua saudara yang melihat itu hanya tersenyum. Reza yang melihat mood adik sepupunya sudah kembali, merasa senang. Ada untungnya menyuruh dua manusia itu untuk berangkat pagi.

Reza meletakkan kepala adiknya dengan pelan di pundaknya. Yang entah sejak kapan duduk dibangku sebelah Aretha. Mengusap rambut Aretha dengan kasih sayang. Seolah mekatakan kepada Aretha masih ada dirinya yang akan selalu ada untuknya.

Hingga terdengar suara bel masuk. Reza dan Dhefan memutuskan untuk kembali ke kelas. Sementara Mia dan teman sekelas Aretha terlihat sedang membuka buku fisika. Belajar, mengingat-ingat rumus untuk ulangan. Sedangkan Aretha memilih memainkan ponselnya. Hingga guru datang menyuruh menutup buku dan mulai membagikan kertas ujian.

AIRETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang